🌙
"Lalu, apa rencanamu? Apa kau membutuhkan bantuan guild, Miera?" Tanya Nyonya Karin serius setelah melihat raut datar Miera.
Miera tertawa hambar, "Aku tidak yakin Kak Iaros akan semurah hati itu untuk membantu pembalasan dendam orang lain." Gadis itu mulai tertawa dengan lepas mengingat Iaros adalah orang yang pemalas.
"Oh, kau tidak tahu? Bagaimanapun Iaros pernah menjadi warga Kerajaan Utara. Dia tahu sedikit banyaknya kekacauan yang diperbuat Pak Tua stress itu." Nyonya Karin berdecak, ia juga tentunya merasa jengkel dengan Duke Lamont yang terlalu superior untuk disingkirkan.
"Kak Iaros? Nyonya Karin, apa kau serius?" Miera mengambil ikat rambutnya dan mulai memperbaiki gaya rambutnya agar lebih mudah dibawa beraktivitas. Ia menoleh keluar jendela tenda, "Kita harus bergegas, Nyonya Karin, hari semakin siang. Kita harus pulang." Tegas Miera.
"Tunggu aku di kereta. Aku akan mengurus beberapa persediaan makanan untuk mereka." Wanita itu menunjuk segerombolan warga yang sedang berkumpul di tenda pengungsian, di sana Kakek Amor tengah sibuk menerangkan pertolongan pertama dan jalur evakuasi apabila mendadak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Miera menghela nafas pendek, jujur saja gadis itu cukup khawatir untuk meninggalkan para warga di tengah kekacauan yang baru saja mereda.
"Baiklah, berhati-hatilah Nyonya Karin."
Nyonya Karin tersenyum lalu mengangguk, ia dengan cekatan melakukan pekerjaannya. Tanpa menunggu waktu terlalu lama, mereka bergegas kembali ke markas untuk meluruskan beberapa hal.
Selama perjalanan, bukan hanya Nyonya Karin, melainkan Kakek Amor juga menyadari perubahan sikap Miera yang menjadi lebih pendiam. Keningnya mengerut berkali-kali dengan pandangan lurus seakan-akan sedang mengunci suatu pemikiran agar tidak lepas dari kepalanya.
"Hari ini cukup melelahkan, bukan? Kita harus merayakannya sebagai bentuk apresiasi," Celetuk Kakek Amor, ia menoleh pada Miera dengan harapan dapat membuyarkan lamunannya namun sayangnya nihil. Gadis itu masih memandang lurus pemandangan luar dengan mulut yang sesekali bergumam tidak jelas.
Kereta yang mereka tumpangi sudah melewati setengah jalan namun Miera masih tenggelam dalam rencananya.
Miera mengerjapkan matanya beberapa kali, ia kembali berbicara pada dirinya sendiri,
"Aku penasaran kemungkinan apa yang akan terjadi jika aku muncul kembali di hadapan umum sebagai pasangan Arthur? Apa ini akan membuat keluarga Lamont merasa segan? Atau hanya membuat mereka semakin berambisi untuk...""...ra,"
"Tapi aku harus memikirkan kemungkinan terburuknya, apa keluarga-keluarga kecil Hyliese yang tersebar di penjuru Rion akan tetap aman?"
"...iera.."
"J-jika itu tidak berhasil, bukankah aku masih bisa menyelinap untuk mengintervensi urusan Lamont dan sekutunya? Racun... apa itu adalah pilihan terba--"
"Miera!"
Bingo!
Gadis itu mendapatkan keputusannya bertepatan dengan sahutan yang terus memanggil namanya itu. Miera menoleh, ia terkejut melihat seluruh pandangan orang-orang dalam kereta tertuju padanya.Tidak terkecuali Iaros yang biasanya tertidur pulas dan tidak ingin terganggu oleh siapapun.
Oh, gadis itu terpojok.
"Ma-afkan aku, banyak yang harus aku pertimbangkan akhir-akhir ini," Jujur saja Miera merasa bersalah telah mengabaikan mereka.
"Kau tidak ingin bercerita pada kami?" Nyonya Karin mengerutkan keningnya tanda khawatir.
Miera menggeleng pelan, "Aku akan putuskan secepatnya, ini... hanya sekadar pikiran yang merepotkan." Gadis itu tertawa hambar.
"Kami ada dibelakangmu, nak, kau tahu harus berlari pada siapa jika terlibat masalah, sekalipun itu masalah yang melibatkan satu kerajaan," Ujar Kakek Amor tenang.
Sialnya, apa yang dikatakan Kakek Amor hampir mendekati permasalahannya. Ia baru saja merencanakan untuk melawan hampir satu kerajaan. Miera benci mengakuinya tapi pengaruh Lamont dan sekutunya tidak main-main di Kerajaan Utara. Ia teringat akan cerita Ratu Callysta saat Duke Lamont menentang keras pernikahan kedua penguasa Kerajaan Utara itu dikarenakan Ratu Callysta bukanlah pilihan Duke Lamont dan Dewan Kerajaan.
Sayangnya, Callysta adalah wanita picik dan terlalu barbar untuk disingkirkan oleh Duke Lamont yang tempramental.
Miera tersenyum, "Terima kasih banyak, kakek, dan semuanya. Aku harap masalah ini segera berla-" Fokus Miera teralihkan pada sebuah bangunan megah, pemandangan itu perlahan dilewati oleh kereta yang mengangkut anggota guild. Miera sontak berteriak, "Tolong berhenti!"
Kusir kereta kuda itu langsung menghentikan pergerakannya.
"Ada apa?" Iaros bertanya langsung ketika melihat Miera memakai jubahnya dan mengantongi beberapa koin emas."Aku harus pergi, ini penting. Kalian dapat kembali lebih dulu, akan aku kabari nanti!" Miera langsung loncat keluar kereta meninggalkan ketiganya.
Paman Ares yang menumpangi kereta dibelakangnya ikut turun karena melihat adanya hambatan di depan.
"Paman Ares! Aku akan pergi, sampai jumpa nanti!" Teriak Miera yang berjalan cepat menjauhi kedua kereta kuda yang terhenti di tengah jalan itu.
Ares hanya mengangguk dan tersenyum tipis, Iaros yang melihatnya tersenyum sedikit bergidik ngeri.
"Ada apa dengan anak itu? Ia seperti sudah melihat tumpukan emas saja." Kakek Amor berdecak sambil memainkan kumisnya.
Ares menunjuk bangunan megah yang berdiri di kejauhan. "Observatorium Kerajaan Utara. Anak itu tahu jalan mana yang akan ia tempuh rupanya."
Nyonya Karin mengernyit, "Bukankah itu hanya Balai Pengamatan yang digunakan penghuni Akademi?"
"Ia pasti bukan hanya ingin mengunjungi benda mati, Nyonya Karin. Aku ingat di sana terdapat tokoh-tokoh masyarakat yang sudah lama menghuni dan mengamati perkembangan Utara." Iaros menyipitkan matanya, berusaha mendapatkan gambaran yang lebih bagus dari pemandangan di depannya itu.
"Aku dengar ada beberapa orang yang dekat dengan istana, mungkin mereka dapat menjadi fondasi informasi untuk Miera," Ujar Ares.
Kakek Amor menoleh, "Orang dekat?" Tanyanya.
Ares mengangguk, "Jika aku tidak keliru, setidaknya ada tiga orang atau mungkin lebih..." Ia menjeda ucapannya sesaat, mencoba mengingat-ingat sesuatu.
"Beberapa diantaranya ada Nicholas, salah satu petinggi di Akademi dengan kedua anaknya, Varo dan Hazel."
🦢
Terima kasih banyak udah setia nunggu cerita ini, tolong maafkan author kampret ini karena sering hiatus dan down gak jelas :"(
Btw, Q&A bakal muncul di chapter acak kedepannya yaa^^
Semoga kalian masih mantengin terus ni cerita, luv u guys♡Nih, aku drop IG biar kalian bebas ngasih saran atau mau sekadar interaksi ; @memoryla_
Hint : Nic, Varo dan Hazel pernah muncul di cerita utama, TTBW.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Sword [On Going]
Roman pour Adolescents"Apa aku boleh merobek gaunmu, Miera?" Gadis yang dipanggil Miera itu menghela nafas lelah, "Tidak, Arthur..." Miera, gadis berambut pirang itu menatap nanar lelaki di depannya. Akibat dari keputusan yang ia ambil dulu ternyata baru terasa bertahun...