Tania menatap sebal ke arah Wanda yang dengan tenang nya menyalin satu persatu jawaban yang ia kerjakan semalam. Gadis berambut pendek sedikit gelombang itu, selalu saja meninggalkan catatan dari pak Yanto guru agama mereka.
"Sumpah ya Wan, kalau aku gak turun hari ini. Apa gak di hukum pak yanto kau," ungkap Tania sambil membuka bungkusan permen rasa susu sapi berwarna putih pink yang ia beli saat istirahat pertama tadi.
Wanda melirik suara grusak-grusuk dari bungkus permen susu yang berada di tangan Tania,
"Minta Nii!" seru nya heboh, Tania memutarkan bola mata nya sebal.
Walau sebal, dia tetap memberikan satu cucuk permen susu itu dari dalam saku seragam putih nya.
"Ihh bukain dong, kau gak liat aku sibuk belajar?" tutur nya dengan suara yang di buat memelas.
"Lambe mu wan wan, gak ada kau ya belajar. Itu nama nya nyontek," serobot Rega yang baru saja menghampiri tempat duduk mereka.
Tania mengulurkan permen yang sudah ia kupas kepada Wanda, anak itu langsung kegirangan dan memasukkan nya ke dalam mulut tanpa memperdulikan kehadiran Rega.
"Ga, Ratih belum balik sama si Eril?" tangan yang gencar mencatat jawaban milik Tania pun, terhenti.
Wanda menoleh ke arah mereka berdua karena membicarakan hal membuat Wanda tertarik.
"Iya ya, Ratih kok belum kembali?" bukan Rega yang menyahut namun, Wanda yang tadi mengabaikan gadis itu.
"Yeee, giliran ada nama si Eril langsung nyambung aja kau." sindir Rega kepada nya.
Wanda langsung berdiri dari duduknya dan membersihkan alat tulis yang berserakan di atas meja bagian nya. Rega dan Tania mengikuti gerak-gerik sahabat nya itu dengan wajah terheran-heran.
"Mau kemana kau?" tanya Tania saat Wanda sudah keluar dari zona meja mereka.
"Mau nyusul Ratih, takut dia di goda sama pak Adam." ucapan Wanda terdengar sampai ke telinga Wildan yang dengan hikmat menyantap bekal dari sang ayah.
"Dih, bapak ku walau duda selera nya juga janda montok."ungkap Wildan dari arah belakang barisan Wanda.
Wanda melet sengaja mengejek wildan yang emosinya sebelas dua belas dengan Wanda. Lalu gadis itu berlari ke luar kelas tanpa mengenakkan sepatu milik nya.
Beralaskan kaos kaki putih, dia berkeliling melewati kelas demi kelas di bagian sayap kiri sekolah ini. Demi mencari Ratih dan Eril yang tak kunjung kembali setelah di panggil ke Aula untuk mengambil alat kebersihan baru dari sekolah.
Ratih bersama Eril hampir dua periode menduduki tahta ketua kelas dan wakil nya. Sebagai wakil, Ratih selalu bersama Eril jika ada kepentingan.
Wanda sudah melewati ruang perpustakaan yang tanda nya sebentar lagi akan mendapati aula sekolah yang lumayan besar. Namun, sebuah pemandangan membuat Wanda melotot tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirteen years
RomantizmWanda dengan kisah cinta yang berliku-liku, cukup lucu dan menyedihkan. Start 26sept