Suara bel ketika pintu terbuka oleh pelanggan yang masuk membuat penjaga toko selalu bersedia di tempatnya. Aroma manis dari roti yang baru saja dimasak menyeruak hingga keluar toko. Seluruh roti yang ada seolah membuat siapa saja yang melihatnya akan membelinya. Nyala lampu yang berwarna kekuningan redup menjadi suasana khas di toko bernama Deluna itu.
"Roti isi daging dua, 21, pagi, Raka."
"Pagi. Sebentar, ya."
Pemuda berambut hitam panjang yang diikat, dengan garis luka di pipi kirinya itu menyahut ketika pekerja kantoran sampai di meja kasir dengan dua bungkus roti di tangannya. Pemuda itu menerima uang, lantas menyerahkan sepucuk surat pada pekerja kantoran tersebut.
"Terima kasih. Semoga harimu cerah, Raka!"
Pemuda berambut hitam panjang itu bernama Raka. Hanya seorang penjaga toko roti dengan pekerjaan tambahan lainnya. Toko roti hanyalah kedok untuk pekerjaan utamanya.
"Koran 01."
Raka menoleh, menatap sosok laki-laki berambut hitam yang disisir klimis ke kiri. Membuatnya mau tidak mau harus menutup toko selama sepuluh menit dan membiarkan laki-laki itu berbicara.
"Mereka meminta toko baru," ujar pemuda itu, lalu memberikan sepucuk surat pada Raka.
Raka menghela napas kasar, lantas menerima surat itu, dan membacanya. Surat tersebut hanya berisikan, nama pengirim, perintah untuk mencari toko baru, lalu nama dari pemilik tanah yang bisa dibeli tanahnya. Tidak ada hal yang berbeda seperti basa-basi menanyakan kabar atau bagaimana perkembangan toko rotinya, isi yang tertulis di surat sangat singkat seolah tidak ingin membuang-buang tinta pencetak.
Pupil mata Raka membesar seketika. "Jangan bercanda. Guritno Adjamada? Ketua partai itu? Kenapa harus tanah miliknya?" serunya tidak terima. Ia meremas kertas tersebut, lantas memasukkannya ke dalam saku.
Lelaki yang ada di hadapannya, akrab dipanggil Yohan, itu menjulurkan tangannya, membuat jarak di antaranya dan membuat Raka tertahan di tempatnya. "Guritno itu sekutu kita. Kita butuh tempat lebih dekat dengannya supaya bisa mendapatkan informasi lebih. Belakangan ini ketua frustasi karena berita yang didapat jelek semua."
Raka mengerutkan dahinya. "Kotak Berita kekurangan berita? Jangan bercanda. Kita punya anggota DPR, anggota IT, dan mantan mentri. Gimana bisa kekurangan bahan?"
Yohan menghela napas panjang. "Sejak awal, mata-mata Kotak Berita sengaja membuat mata-mata yang bekerja tidak hanya sebagai wartawan, supaya kita tidak diketahui pihak luas. Bahkan rumor yang beredar dari pekerja sebagai guru dan arsitek tidak dapat membantu banyak informasi. Lu sendiri juga tau, sebentar lagi pergantian jabatan, semuanya mulai sibuk mencari bahan di sana. Jika lambat mempublikasikan, rating perusahaan akan turun."
Raka terdiam, ia setuju dengan kelimat tersebut. Mau bagaimana pun juga, belakangan tugas para mata-mata kekurangan topik penting untuk dijadikan bahan.
"Oh, iya, lokasi bangunannya Guritno itu strategis, kalau lu gak cepat-cepat mungkin bakal ada yang ngambil nanti. Kami juga udah bikin janji temu hari ini di kantor partai Perjuangan Demokrat. Bawa apa yang ada di dalam amplop itu buat masuk ke sana," tambah Yohan. Pintu terbuka, mengeluarkan suara bel yang berbunyi nyaring ke seluruh toko. "Gue tunggu kabar baiknya, Raka." Kemudian Yohan berlalu pergi.
"Strategis? Mereka selalu ngomong omong kosong kayak gitu dari dulu. Tailah," gumam Raka geram.
Kotak Berita. Sebuah kantor berita yang aktif di media online juga percetakkan. Salah satu perusahaan pers terbaik di Indonesia. Setelah disahkan oleh Dewan Pers dan mendapatkan status verifikasi serta status sertifikat, Kotak Berita mulai aktif pada tahun 2011.
![](https://img.wattpad.com/cover/320796702-288-k662492.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent [Terbit]
Mystery / ThrillerJuara 2 Event Writora: Get Your Prompt! 🥈 [Part Tidak Lengkap] Kematian Ketua Partai Perjuangan Demokrat, Guritno Adjamada, menjadi masalah baru menjelang pemilu presiden periode selanjutnya. Raka, yang merupakan penjual roti, dituduh melakukan pem...