﹝Prolog﹞

89 22 2
                                    

Napasnya menderu kencang di antara dinginnya udara yang menusuk tubuh. Keringat dingin bercucuran, berulang kali membasahi tanah yang kerap kali menjadi pijakan pemuda bertinggi 175 senti untuk berlari. Rambut pirangnya itu berulang kali berterbangan akibat hembusan napas serta lari yang tak kunjung berhenti.

Suara sirine turut menjadi latar belakang suara saat berlari. Hanya saja, otot kakinya tidak lagi kuat untuk berlari. Kantung matanya turut memburuk. Bibirnya kering, layaknya orang yang sakit dan tak kunjung membaik. Ia tidak ingat sudah berapa lama berlari dari musuh-musuhnya.

Ia sampai di bangunan–bangunan terbelakang. Seperti sebuah gudang dengan banyaknya truk-truk. Beberapa orang yang ada di sana memperhatikan dirinya yang tergeletak di atas tanah. Beberapa juga meneriakinya supaya peri dari kawasan tersebut. Hanya saja, kakinya tidak mau mengikuti perintahnya untuk berdiri dan berlari.

"Raka!"

Pria berambut pirang itu berusaha keras mencari asal suara yang memanggil namanya. Matanya bahkan sudah mulai terasa berat untuk terbuka. Ia ingin menyerah. Janjinya kepada rekannya beberapa waktu lalu ingin ia ingkari. Ia juga sudah berbohong pada dirinya sendiri. Ia tidak tahan lagi.

Bertahanlah, kita akan pergi ke tempatnya! Suara itu semakin mendekat. Suara yang berasal dari wanita berambut ikal seleher. Ia kemudian membopong tubuh pria yang lebih besar darinya itu. Hanya saja, pria itu tidak lagi sadarkan diri.

"Kita pasti bisa, Raka."

The Innocent [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang