﹝16﹞‣Mengakhiri

14 5 7
                                    

Bangunan berwarna putih yang dipadukan dengan warna coklat itu memang hanya terlihat seperti empat lantai ke atas. Namun, semua pekerja sana juga tahu jika masih ada ruang di bawah tanah yang berjumlah empat lantai ke bawah. Di lantai bawah pertama hanya ada ruangan rapat. Di lantai bawah kedua, tempat para Exintent skala besar biasanya berkumpul. Di lantai tiga bawah tempat gudang berisikan berita-berita lama. Lalu di lantai empat terbawah, tempat menentukan nasib akhir dari mereka yang keluar dari Exintent .

Raka tidak bisa melihat apa-apa sejak beberapa jam yang lalu. Dirinya hanya menduga bahwa sudah hampir tujuh atau hingga delapan jam berlalu sejak matanya ditutupi dengan kain berwarna hitam dan ia diseret ke ruang bawah tanah lantai keempat. Di sebuah ruangan yang aromanya terasa apek dan udara lembap yang tidak mengenakkan. Lalu, dua jam setelah ia didiamkan di satu ruangan, suara wanita yang berteriak terdengar. Wanita itu hanya memaki orang-orang yang menyeretnya. Meskipun tidak melihat, Raka tahu bahwa wanita itu adalah Kemala.

Ia tidak bisa berteriak memanggil nama Kemala, sebab ketika Kemala berteriak memanggil namanya, Kemala akan terdiam selama tiga puluh hingga enam puluh detik, lalu wanita itu akan terbatuk sembari memaki. Raka hanya bisa berteriak untuk mengatakan bahwa wanita itu harus tenang dan jangan mengatakan apa-apa.

Tepat ketika Raka hendak mengeluarkan suara untuk berbicara pada siapa saja yang berjaga di depannya, tiba-tiba saja ia mendengar suara yang sangat berisik. Seperti beberapa benda yang patah, teriakan kata pengkhianat ataupun makian. Suara entakan kaki itu tidak terdengar banyak, tetapi tetap tidak bisa ditebak jumlahnya.

Ruangan yang ia tempati tiba-tiba diterobos, menghasilkan suara berisik yang lebih besar daripada pintu awla yang dihancurkan. Pria yang berjaga di depannya berteriak, lalu tubuhnya terdengar jatuh.

"Tidur nyenyak, Raka?"

Penutup mata pemuda itu dibuka, menampakkan cahaya yang amat menyilaukan, lalu menampilkan wanita berambut ikal seleher dengan pria yang berambut acak-acakan di sebelahnya, membuat Raka sedikit terheran-heran dengan penampilan yang berbeda itu.

"Gak usah bengong, cepat pergi. Waktu kita gak banyak," ujar pria itu.

Raka tertawa kasar. "Lu harus ganti model rambut jadi kayak gini, Han." Pria itu kemudian berdiri dari tempatnya dan keluar dari ruangannya. Di ruangan sebelah, Kemala sudah terlepas dari ikatan tangan dan serta kain yang menutupi matanya. Di sebelahnya ada  wanita berhijab coklat dan pria berambut klimis yang masih sangat rapi.

"Dara! Abraar!" seru Yohan sedikit kaget. Ia tidak menyangka kedua rekannya ikut dalam penyerangan yang ia dan Maya rencanakan.

"Kalian terlalu ribut. Kalau gak cepat, kalian bakal ketauan sama mereka. Mereka udah manggil bantuan tadi." Abraar membalas.

Kini mereka berenam keluar dari ruang bawah tanah itu. Hanya ada satu jalan untuk keluar dan itu adalah jalan keluar yang sama untuk masuk. Derap langkah kaki mulai memenuhi perjalanan mereka. Pelarian itu tidak akan mulus ketika mereka melakukannya di markas yang dipenuhi dengan mata-mata yang berbakat.

Raka mengerti apa yang sedang terjadi. Pemberontakan. Ada beberapa mata-mata yang turut membantu mereka menghalangi para penjaga. Bahkan menyadari fakta jika Dara, Abraar dan Yohan ada untuk menyelamatkannya dan Kemala juga membuktikan bahwa mereka memberontak.

"Kita tau, Ka. Kita cuma salah satu pengisi peran buat mereka yang nunggu pemilu selanjutnya. Tapi kali ini semuanya udah kelewatan."

"Bagaimana dengan hasil rapatnya?" tanya Raka dengan napas yang suah mulai tidak teratur. Satu lantai lagi maka mereka akan berhasil keluar dari bangunan itu.

"Mereka akan menyewa pembunuh."

Sialan! Pak Tua Sialan! Raka hanya bisa mengumpat di dalam hatinya.

The Innocent [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang