▪▪▪PROLOG▪▪▪

734 66 4
                                    

Rajea tersenyum senang setelah membaca pesan yang baru ia terima. Secara mendadak, teman chatnya di aplikasi LINE yang ia kenal melalui game online mengajaknya bertemu malam ini.

Rajea bergegas menghabiskan makanannya kemudian beranjak, mengambil langkah lebar menaiki tangga menuju kamarnya hendak bersiap. Tidak ingin membuat teman chatnya yang sudah lebih dari setahun itu menunggu terlalu lama.

"Oi, Lampir... mau kemana lo?" Tanya Bram sedikit berteriak.

"Kepo" balas Rajea tanpa menengok ke arah Bram dan bergegas berjalan menuju kamarnya.

"Palingan juga mau apel" Bram berdecak seraya mengintip ponsel Rajea yang masih di atas meja makan.

"Gue jadi kepo"

Laki-laki itu meletakkan ponselnya dan mengambil ponsel Rajea.

"Ceileh... nama kesayangannya nggak asik banget. Kinderjoy" ejek Bram seraya meringis geli. "Ya elah... Lampir sok kiyut amat" gumam Bram kemudian terbahak saat mengintip sedikit isi chat Rajea.

"Palingan tuh cowok langsung kabur kalau tahu betapa cablaknya mulut si Lampir" lanjut Bram masih terbahak seraya meletakkan kembali ponsel Rajea kemudian meminum air putihnya hingga tandas.

Laki-laki itu beranjak, meraih jaketnya dan mengenakannya.

"Jea... cuci piring kotor gue sekalian ya" teriak Bram yang tidak mendapat balasan dari gadis itu.

"Iya Bang Bram yang ganteng" Bram membalas ucapannya sendiri seraya mengambil ponsel di atas meja dan menyimpannya ke dalam saku celana.

"Gue juga mau apel ah" gumam Bram seraya menyugar rambutnya ke belakang dengan siulan merdu menghiasi langkahnya menuju pintu.

***


Rajea berjalan memasuki café. Pandangannya menyusuri penjuru café. Tanpa ia duga justru ia melihat dua sosok yang ia kenal duduk di meja dekat jendela. Hal itu cukup menyita perhatiaannya.

Dengan langkah lebar, Rajea menghampiri meja dekat jendela. Dapat Rajea pastikan jika kedekatan mereka lebih dari sekadar teman. Hal itu bisa dilihat dengan tangan laki-laki itu yang tengah menggenggam tangan gadis di depannya.


"Ekhem" Rajea sengaja berdehem membuat dua pasang itu mengarahkan pandangan terkejut ke arahnya. Tanpa meminta persetujuan dari mereka, Rajea mendudukkan dirinya di sebelah laki-laki itu.

"Hai" sapa Rajea melemparkan senyumnya ke arah gadis di depannya.

"Jea, aku bisa jelasin"

Rajea mengangkat tangannya mengisyaratkan gadis itu untuk diam.

"Sejak kapan?" Tanya Rajea mengarahkan pandangannya ke Arvan lalu ke Alda dengan gerakan slow motion.

Alda diam, gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Sebulan" kini Arvan bersuara.

"Kita udah pacaran sebulan" jelas Arvan.

"Rajea, maafkan aku" ucap Arvan pelan seraya menundukkan kepalanya.


Rajea berdecih pelan. "Lalu?" Rajea kembali bersuara, tatapannya sepenuhnya mengarah ke Arvan.

"Hari ini siapa yang akan kau putuskan?" Tanya Rajea dengan nada tenang.


Arvan menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti maksud Rajea.

"Kau tidak berniat memacari keduanya, kan?" Ketus Rajea. "Kecuali kau benar-benar cowok brengsek" Sindir Rajea sudah mulai kesal.

Arvan mengerjapkan matanya. Tidak percaya akan mendapati umpatan yang keluar dari mulut Rajea untuk pertama kalinya.

"Jea, please... jangan marah dulu" Alda kembali meraih tangan Rajea. Menatap gadis itu dengan mata berkabut.

"Aku bakal jelasin semuanya... tapi please, jangan putusin Arvan"


Rajea menepis tangan Alda.

"Jea!" Arvan menatap tajam Rajea. "Kau tidak perlu sekasar itu dengan Alda"

"Oke. Aku akui semua ini salahku. Jadi, jangan salahkan Alda, Oke?" Arvan mencoba memberi penjelasan kepada Rajea.

Rajea menggelengkan kepalanya pelan, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Kekasihnya malah membela gadis lain di depannya-Ralat! Maksudnya kekasih barunya dari pada dirinya.

"Sebenernya Alda adalah pacar aku sebelum kita pacaran"

Ucapan Arvan membuat Rajea menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Jadi, Alda adalah mantan kamu?"

Arvan mengangguk.

"Terus kalian balikan lagi?" Tanya Rajea menatap Arvan.

"Jea... sekarang aku sama Arvan balikan lagi" cicit Alda seraya memandang Rajea.

Rajea merasa emosi saat mendengar penjelasan mereka hingga tanpa ia sadari tangannya mengambil gelas minuman di depan Alda.


BYURRR!

Alda gelagapan saat wajahnya tersiram air hingga membuat wajah dan sebagaian pakaiannya basah.

"Jea" teriak Arvan seraya mencekal pergelangan tangan Rajea.

Semua mata pengunjung mengarah ke tempat mereka, menjadikannya sebagai bahan tontonan. Hal itu membuat Alda merasa malu dan segera beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan tempat itu dengan terisak.


Rajea menepis tangan Arvan dan meraih cangkir di atas meja itu.

BYURRR!

Sontak Arvan memejamkan matanya, merasakan minuman berkafein yang baru saja mengguyur wajahnya.

"Pergilah! Aku sudah memaafkanmu" ucap Rajea mengibaskan tangannya, menatap ke arah Arvan dengan tatapan mengejek.

Laki-laki itu mengusap wajahnya dengan telapak tangannya, kemudian menatap tajam ke arah Rajea untuk beberapa saat.

"Kita putus!" Final Arvan.

Rajea menganggukkan kepalanya pelan. "Setuju"

Arvan menatap Rajea dengan tatapan kesal. "Mulai sekarang jangan temui aku atau menghubungiku lagi!" Ancam Arvan.

"Oke" Balas Rajea seraya memangku wajahnya dengan tangan, seakan tidak terpengaruh sama sekali dengan ancaman Arvan.

Arvan berdecih, kedua tangannya mengepal menahan amarah, menatap tajam ke arah Rajea.

"Aku nggak nyangka kamu sejahat itu" ucap Arvan kemudian pergi meninggalkan Rajea dengan perasaan kesal sekaligus frustasi.

"Huft" Rajea membuang napas berat setelah kepergian Arvan.

"Benar-benar sialan" maki Rajea mengalihkan pandangannya ke luar jendela seraya menyeka air mata yang lolos membasahi pipinya.

Tanpa Rajea sadari, sebuah senyuman menghiasi bibir laki-laki tampan yang sedari tadi memperhatikannya.

Hingga laki-laki itu teringat sesuatu dan beralih melihat ponselnya.


"Apa dia tidak jadi datang?" gumam laki-laki itu saat tidak mendapati balasan dari lawan chatnya. Akhirnya laki-laki itu beranjak dan meninggalkan cafe.

Random in Love[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang