.
.
.
.
.
Makan malam keluarga santani sudah selesai, sekarang dia sedang membereskan sisa peralatan makannya.“gangga bantuin ya ma,” gangga langsung saja meraih sisa piring kotor yang ada di meja makan dan membawanya ke tempat pencuci piring.
Gangga dengan telaten membersihkan piring tersebut satu persatu.
Santani masih berdiri di dapur, dia melihat bagaimana cara gangga melakukan pekerjaan itu.
Setelah selesai gangga berbalik dan terkejut menemukan sang mama masih berada didapur.
“Loh. Mama masih disini?”
“Saya Cuma memastikan kamu tidak merusak dan memecahkan piring-piring saya”
“Ah itu. Mama tenang aja. Gangga sudah sering kok membantu nenek melakukan pekerjaan ini”.
“oh iya ma, masih ada lauk gak ya? Gangga belum makan dari tadi siang nih. Hehe”
“Makan saja itu lauk sisa tadi. Habiskan saja, saya tidak peduli”
“Makasih ya ma” ucap gangga sumringah.
Bukan gangga tidak diperbolehkan makan dirumah ini, hanya saja dia harus makan setelah semua selesai makan.
.
.
.
.
.
Gara masih berkutat dengan tugas-tugas matematika dan fisikanya. Sungguh menyabalkan memang berkutat dengan angka-angka dan rumus.Krieettt
Gangga menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
“Hai kak. Lo lagi apa?”
“Mau apa lo? Jangan sok akrab sama gue. Bisa?”
Gangga tidak peduli dengan ucapak ketus gara, dia terus berjalan mendekat ke arah gara.
“Lo lagi ngerjain tugas?”
“Tck. Mata lo bisa liat kan gue lagi ngapain!!”
Sunggu tidak bersahabat sekali kakak nya ini. Batin gangga.
“Dih. Gue itu nanya siapa tau gue bisa bantuin lo kak. Coba sini gue liat.”
Tanpa mempedulikan tatapan tajam gara, gangga langsung meraih buku gangga dan duduk lesehan dilantai.Dengan santai dia mengerjakan hitung-hitungan dengan rumus yang sangat amat menyiksa mata itu. 1 jam. Gangga berhasil menyelesaikan tugas gara dengan raut wajah yang bahagia.
Gara yang melihat itu sangat tidak percaya, ada manusia yang bahagia setelah mengerjaan tugas penyiksaan itu.“Nih kak. Udah beres tugas lo” Gangga memberikan tugas itu kepada gara, dan diterima dengan ketus oleh sang kakak.
“Gak yakin gue! Muka lo gak meyakinkan sebagai anak pinter.”
Gangga yang mendengar gara meragukan dirinya tersenyum.
Dia bukan tersenyum karena diragukan, tapi dia tersenyum karena secara tidak langsung gara menyebutnya anak pintar.
“Kalo nilai lo bagus. Traktir gue makan boleh lah kak.”
“Pamrih lo?”
Gara tersenyum miring ke arah gangga.
“Enggak gitu loh kak. Gue itu Cuma bilang kan kalo nilai lo bagus. Ya sekali-kali kan gue ditraktir, daripada gue makan makanan sisa mulu”
Ucap gangga enteng, tapi begitu memiliki arti yang mendalam. Dia hanya ingin makan bersama dengan keluarganya, jika tidak bisa semua satu orang dulu pun tidak apa.
“Keluar lo dari kamar gue.”
“iya iya gue keluar. Jangan galak-galak kenapa deh”
Setelah menutup pintu kamar, gangga hanya mendesah pelan. “Gua harap bisa makan bareng lo, mama, dan papa kak”
.
.
.
.
.
.
Kini di sekolah gara sudah mengumpulkan tugas yang dikerjakan oleh gangga, dan betapa terkejutnya gara karena ternyata semua soal yang dikerjakan oleh “Adiknya” itu tidak ada yang salah.“beneran pinter ternyata tu bocah. Trus gue harus ngajak dia makan bareng gitu. Terus nanti dia kesenengan kalo bisa makan bareng gue?”
Gara yang membayangkan wajah bahagia gangga sontak menggelengkan kepalanya.
“Gak! Gak! Gak!”
Bisa-bisa tambah besar kepala dan menaruh harapan anak itu pikirnya.
Saat sedang asik dengan lamunannya, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri gara.
“denger-denger lo punya adek haram ya?”
Mendengar kata-kata yang di ucapkan ornag tersebut membuat gara langsung menoleh dan menemukan Bisma disana.
Ya, dia itu bisma. Anak pemilik sekolah yang selalu semena-mena. Bisma itu iri dengan gara yang jauh lebih populer dibandingkan dengan dirinya.
“Maksud lo apa?”
“Wushhh, santai bos.
Gue kan Cuma nanya. Lo punya adek haram ya?”Melihat bagaimana wajah mengejek bisma membuat gara seperti ingin langsung memukul wajahnya.
“Gue gak ngerti sama apa yang lo omongin”
“Gangga Putra Maheda. Anak baru kelas XI IPA 4. “
Bisma yang menyebutkan nama lengkap gara tentu terkejut.
Tapi sebisa mungkin ia mengontrol raut wajahnya agar tidak terlihat panik.
“kenapa?”
“Kaget ya? Kalo gua tau semuanya?”“Gua gak kenal sama dia”
Bisma yang mendengar jawaban gara hanya tertawa remeh.
“Yakin lo gak kenal? Kalo gue jadiin mainan tuh anak kayanya seru deh ya?”
“Terserah! Mau lo apain juga dia gua gak peduli”.
Setelah mengatakan itu gara langsung pergi meninggalkan bisma sendiri.
“Kita liat sampai mana lo mau bodo amat sama adek lo sendiri.
Gangga, setelah ini hari lo gak bakalan tenang”.
.
.
.
.
.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Gangga
फैनफिक्शनBagaimana jika kita terpaksa harus tinggal dengan orang tua yang tidak menginginkan kita?? kakak? bagaimana jika sang kakak juga tak menginginkannya? . . . #1 at Gangga Tag