.
.Gaesss gangga is back!!!!
Yukkk komen dan votenya yaaaa.
.
.
Satya membawa gangga kedalam kamarnya. Begitupun gara yang mengikutinya dari belakang.Perlahan dia letakkan tubuh gangga diatas ranjang, terlihat anak itu masih belum tersadar dari pingsannya. Suhu tubuhnya juga tinggi.
"Bang tolong kamu jaga dia sebentar ya. Ayah mau ambil kompresan dan obat dulu" ucapan satya barusan hanya diangguki oleh gara. Setelahnya ia terfokus pada gangga yang masih memejam.
Dan ia terkejut saat tiba-tiba tangan gangga menggapai tangannya.
Dapat gara rasakan genggaman adiknya itu begitu erat. Seolah ia takut akan sendirian.
Gara gunakan tangan satunya untuk menepuk-nepuk dada gangga.
Puk puk puk puk
"Tenang, lo udah aman. Udah gak gelap lagi" kalimat itu berulang kali gara ucapkan untuk menenangkan gangga sampai beberapa saat kemudian satya datang membawa obat dan kompresan...
"Hey. Bangun dulu. Kamu harus minum obat" ucapan kaku satya tadi sungguh membuat gara malas. Jelas-jelas orang yang sedang terbaring itu pingsan. Mana mungkin bisa mendengar kan.
"Ayah, dia pingsan kalo ayah lupa" satya yang mendengar itu lamgsung menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Akhirnya gangga didudukkan dan disandarkan pada dada sebelah kanan satya.
Gara perlahan membuka mulut gangga dan menyuapkan obat tadi. Gangga melenguh sejenak, ia tanpa sadar mengalungkan tangannya pada pinggang satya.
"obatnya pait nek, gangga gak suka. Gangga gak suka gelap nek hiksss" racau gangga itu membuat satya dan gara saling bertatapan. Ada rasa kasian dihati keduanya.
.
.
.
.
.Baru semalam ia membuat heboh saat pulang dalam keadaan pingsan. Namun pagi ini gangga sudah turun dengan seragam sekolahnya lengkap.
Tadi pagi ia terbangun dengan kompresan yang melekat didahinya. Ia sempat berpikir jika ayah atau abangnya yang membantu semalam. Tapi buru-buru gangga tepis pikiran tidak masuk akal itu.
Saat akan menuju pintu keluar ia tak sengaja berpapasan dengan santani.
Bundanya.
Gangga yang melihatnya sontak berhenti. Ia menunduk tak berani memandang wajah itu. Entah mengapa ada rasa takut tersendiri dalam dirinya.
"ganga berangkat ya bun" lirihnya pelan. Dan berlalu begitu saja dari hadapan santani.
Gangga tidak mendapatkan skors atas perbuatannya kemarin. Tapi ia harus menjalani hukuman membersikan area sekolah, seperti toilet dan beberapa kelas.
Saat ini gangga sedang berada di halaman belakang sekolah bersama bisma dan juna.
"lo berdua bener-bener gila. Seniat itu lo mau ngerjain gua? " ucap gangga. Saat melihat wajah dua orang didepannya itu jujur gangga sangat marah.
"Wow. Santai aja dong. Lo boleh gak ngelakuin itu semua kok. Tapi lo tau apa artinya kan? " ucap bisma yang memandang remeh kearah gangga.
Mendengar hal itu, rahang gangga mengeras. Ia merutuki dirinya yang bodoh karena mau berkorban untuk gara.
"Hahahaha" tawa itu menguar dari bisma dan juna yang puas melihat wajah tak berdaya dari gangga.
"lo jangan sekali-kali berani ngelawan gue. Atau lo bakal tau apa akibatnya. Yaaa anak manis! " ucap juna dan setelahnya meninggalkan gangga sendirian disana.
.
.
.
.
.Jarga sedari tadi bingung melihat keterdiaman gangga. Iya jarga tau tentang masalah kemarin, tapi dia juga yakin kalau ada sebab dibaliknya. Walaupun ia baru mengenal gangga baru-baru ini, tapi ia tahu bahwa teman sebangkunya itu buka orang yang seperti itu.
"lo butuh temen cerita? " ucap jarga akhirnya yang membuat gangga kemudian menoleh kearahnya
"Hmmm? "
Jarga mengangguk. "iya. Lo butuh temen cerita? Gue siap kok dengerin cerita lo"
Gangga tersenyum mendengarnya. Ia tidak tahu bahwa orang narsis seperti jarga bisa sepeduli ini.
"gue ada cerita. Tapi belum saatnya gue ceritain ke orang lain ga. Makasih ya lo mau nanyain hal kaya gitu ke gue. " pernyataan gangga itu dapat dimaklumi oleh jarga. "santai aja. Lo tau kan kalo ganteng sama baik itu harus balance" gangga memutar bola matanya malas saat jarga kembali pada mode narsisnya.
.
.
.
.
.Santani kini tengah membuat kue kesukaan gara dan satya didapur. Memang santani selalu rutin membuatkan makanan-makanan favourite keluarganya.
Gangga barusaja menuruni anak tangga, bermaksud untuk kedapur untuk mengambil air putih.
Namun tanpa sengaja kedua binar antara ibu dan anak itu saling bertemu. "Bunda lagi apa? " ucap gangga memecah keheningab
Santani melihat sekilas dan langsung melanjutkan kegiatannya tadi.
"Bunda lagi bikinin ayah sama kak gara kue ya? "
Tidak ada jawaban
"bunda nanti bakal buatin gangga kue juga gak? "
Tidak ada jawaban
"Bunda kapan sih selesai marahnya ke gangga? Gangga kan anak bunda juga sama kaya kak gara. Bun -
Plak
Tamparan keras itu mendarat dipipi gangga.
Sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Dapat ia lihat sorot mata sang ibu yang penuh dengan kemarahan.
"Jangan pernah menyamakan diri kamu dengan gara. Kamu itu cuma anak haram. Kamu cuma anak yang terlahir dari sebuah kesalahan! "
Ucap santani"Tapi aku juga gak mau lahir dari kesalahan bunda. "
"JANGAN PANGGIL SAYA BUNDA!! "
"terus aku harus panggil apa? Bunda aku kan cuma bunda. Kalau bisa milih juga aku pasti bakal milih gak lahir sama sekali daripada harus ngalamin sakitnya jadi gangga yang kaya gini" ucap gangga tak mau kalah.
"apa yang harus aku lakuin supaya bunda mau maafin dan terima aku? " lirih gangga
"Cukup pergi dan menghilang dari hadapan saya! " santani mengatakan itu tanpa mau menatap gangga.
Gangga mengggeleng.
"Gak untuk sekarang bunda. Aku bakal berusaha sebisa aku dulu buat luluhin hati bunda.
Nanti kalau memang aku udah kalah, aku bakal pergi dengan sendirinya. Kapan-kapan buatin kue buat aku juga ya nanti bund" ucap gangga dengan semangat dan jangan lupakan senyuman manis yang kembali terbit dari bibir mungilnya..
.
.
.
.
..
.
.Tbc.
.
.Gimana gangga kali ini????
Jangan lupa vote and komen yahhh

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Gangga
Fiksi PenggemarBagaimana jika kita terpaksa harus tinggal dengan orang tua yang tidak menginginkan kita?? kakak? bagaimana jika sang kakak juga tak menginginkannya? . . . #1 at Gangga Tag