Bagian 11

1.4K 75 3
                                    

[[Donghyuk POV]]


Sudah lebih dari beberapa minggu ini selalu saja ada laki-laki aneh yang mengikutiku. Yang biasanya hari-hari disekolahku selalu damai, kini berubah drastis.

"Dongdong kau mau menemaniku pergi kesupermarket?" tanya Kwangsoo yang keluar dari kamarnya.

Tumben sekali dia mau pergi keluar malam-malam begini, apalagi kesupermarket. Ah iya benar saja dia mau pergi, aku lupa kalau persediaan makanan sudah habis. "Aku ikut, tunggu sebentar aku ambil jaket" jawabku dan langsung pergi menuju kamar.

at supermarket

"Uh…Kwangsoo-ah kau merasa tidak kita sepertinya diperhatikan oleh orang?" tanyaku pada Kwangsoo. Jujur saja aku memang merasa aneh akhir-akhir ini.

"Tidak, kenapa? Ada yang memperhatikan kita kah?" tanya. Aneh, kenapa Kwangsoo menjadi seperti pendiam. Padahal biasanya dia selalu ribut dan tak terkendali. Tapi dia sekarang berbeda. Apa dia sakit? Mana mungkin, diakan anti yang bernama sakit. Tapi kenapa coba.

"Hn, tidak." jawabku singkat dan mulai mengambil alih troli yang tadi ia bawa. Rasanya aku ingin menendangnya keras-kerasa kalau menjadi pendiam seperti ini.

Setelah hampir satu jam aku berbelanja keperluan makanan untuk sebulan akhirnya kami selesai. Dan ini terasa sangat lama, berbeda jika ia ribut. Dari awal dia selalu saja diam, hanga berbicara seperlunya. Aku ingin menanyakan kenapa, tapi aku takut.

Ditambah dengan keadaan yang gelap seperti ini, seharusnya aku tadi membawa mobil saja. Juga, kenapa aku merasa sedri tadi ada yang mengikutiku. Tapi, tiap aku berbalik tidak ada siapa-siapa disana. Aku mempercepat langkahku untuk berjalan disamping Kwangsoo, tapi naas sebelum aku berada disampingnya ada sebuah motor yang melaju dengan cepat dari depanku.

Seperti disambar petir aku sama sekali tidak bisa bergerak, jika saja bukan Kwangsoo yabg menarik dan menelukku dengan erat. "Apa yang kau fikirkan? Kau mau bunuh diri?!!" teriak Kwangsoo saat memelukku.

Badan ku bergetar, aku takut sekali. Aku sama sekali tidak bisa berfikir dan menjawabnya. Aku hanya bisa terisak dipelukkannya. Sebelumnya aku juga pernah seperti ini, tapi saat itu aku sendirian. "Jangan pernah pergi meninggalkanku bodoh!" ucap Kwangsoo putus asa.

Aku tak mengerti maksud dari ucapannya, ia mengatakan seolah-olah aku orang yang berharga bagi hidupnya. "Kwangsoo-ah… tadi aku—"

"—kita harus pulang secepatnya" ucapnya memotongku berbicara. Badanku masih bergetar, bahkan jantungku rasanya seperti akan keluar. Siapa orang tadi? Kenapa dia mau mencoba menabrakku?

.

.

.

.

Setibanya kami dirumah, Kwangsoo langsung mengunci rapat pintu rumah. Bahkan dia tidak pernah meninggalkanku sebentar saja. Dia juga tidak tidur semalaman hanya untuk memastikan aku tetap baik-baik. Dan, akibatnya saat bangun pagi ini dibawah matanya terdapat lingkaran hitam bahkan wajahnya pun sangat kusut.

"Kan sudah aku bilang, aku baik-baik saja. Kenapa harus sampai tidaktidur coba?" ucapku kesal saat menyiapkan sarapan.

"Aku kan hanya khawatir jika saja ada yang tiba-tiba masuk dan mencoba untuk membunuhmu." jawabnya. Segera saja aku memukul kepalanya itu. Bagaimana bisa dia berfikir seperti itu. Memang mungkin saja tapi apa iya, orang itu sampai mau mencoba menbunuhku segala.

"Kau gila Kwangsoo" ucapku kesal.

"Terima kasih. Tidak usah memujiku segala Princess" jawabnya sambil memakan sandwich yang baru saja kubuat. Segera saja kelemparkan sendok yang kebetulan ada didepanku. Gila. Dia memang gila. Gara-gara kejadian semalam, ia memanggilku dengan sebutan princess. Apa-apan itu, jelas-jelas aku laki-laki. Seharusnya Prince bukan princess. "Lihat kau marah dan bertingkah layaknya Princess" ucapnya lagi. Dan kali ini aku ingin mencekiknya agar diam. Tapi belum sempat aku berdiri dia sudah terlebih dulu lari.

Love is Hurts {BoyxBoy-LGBT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang