Louis
Sudah seminggu lamanya Minsuk menghindariku sejak aksiden disauna. Saat aku bertatapan mata dengannya, dia akan langsung mengalihkan wajahnya. Atau saat aku berhadapan saat berjalan dia memilih melewati jalan lain. Bahkan lebih parahnya saat aku memanggil namanya, dia akan langsung berpura-pura tidak mendengarnya.
Sebenarnya tingkahnya itu lucu, sangat. Tetapi, itu juga membuatku galau. Padahal minggu ini aku berniat mengajaknya kerumah untuk makan bersama Rex dan ibuku. Tapi semuanya hancur.
Sial. Aku harus memutar otak untuk membuatnya tidak marah dan kembali padaku. Tapi sialnya sekarang aku sama sekali tidak menemukan ide apapun. Apa iya aku harus minta bantuan Ken? Dia biasanya akan tahu apa yang harus aku lakukan.
Dengan cepat aku pergi kekantin. Bocah itu kini menjadi populer, aku sendiri tak tahu kenapa dia bisa populer. Tapi dari yang kudengar ialah Jessica salah satu siswi yang bisa dibilang WOW itu mengatakan cinta kepada Ken. Tapi sudah pasti Ken tidak akan menerimanya, tapi entahlah. Aku tidak bisa memikirkan apa yang dia fikirkan akhir-akhir ini.
"Ken" aku memanggilnya setelah jarakku sudah cukup dekat dengannya. "Oh L. Ada apa? Kau rindu padaku?" tanya Ken. "Ikut aku. Ada hal penting yang mau kubicarakan" ucapku dengan dingin. Bisa kulihat Ken sedikit bingung dengan caraku berbicara dan dia langsung mengikutiku keatap. Satu-satunya tempat sepi yang bagus untuk aku berbicara dengannya.
"Kau kenapa L? Tidak biasanya." tanya Ken setiba kami diatap.
Aku hanya mengusap wajahku kasar. "Listen Ken. Aku tak akan mengulangi ucapanku. Aku sekarang sedang frustasi memikirkan Minsuk. Bocah itu benar-benar masuk dalam hidupku." ucapku dengan nada yang seperti hendak menangis. Entahlah, aku juga tidak tahu.
"L tenangkan dirimu. Bicaralah pelan-pelan." ucap Ken mencoba menenangkanku.
Aku hanya mendesah nafas kesal. Iya aku kesal terhadap diriku sendiri, bagaimana aku bisa hilang kendali seperti ini. Dan kenapa juga harus Minsuk yang statusnya sebagai adik kembar Minhyuk. Sial, semuanya terjadi begitu cepat.
"Dia menghindariku semenjak aku dan dia bertemu di sauna malam itu."
"Sauna? Yang waktu itu dia cemburu padaku?" tanya Ken memastikan. Aku hanya mengangguk menanggapi ucapannya.
"Dia imut sekali. Oh oke-oke kembali ketopik. Kau sudah menjelaskan apa yang terjadi padanya?" tanya Ken. Aku mengernyitkan alisku bingung.
"Menjelaskan? Kenapa harus? Aku tak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sedangkan dia belum menjadi kekasihku."
"Kau tak berubah L. Pantas saja Minhyuk dulu mengatakan kau itu laki-laki aneh."
"Terserah. Tapi apa yang kukatakan benar bukan?"
"Salah bodoh. Kau lupa, dia orang yang sudah berhasil membuka pintu hatimu dengan sifat polosnya. Dan kau—" Ken menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.
"—berhenti bersifat jual mahal. Seharusnya kau menjelaskan padanya, kau harusnya menjaganya. Dia polos L, sangat. Aku bahkan tak akan sanggup untuk menjaganya. Dan kau, orang yang jujur saja bisa menjaganya. Dia sesuai dengan dirimu yang dingin, cuek, dan sedikit menggunakan otakmu itu untuk berfikir." jelas Ken padaku panjang lebar. Aku hanya memikirkan apa yang diucapkannya. Dia ada benarnya.
"Dengar L. Cukup sekali bagimu kehilang seseorang yang berharga dalam hidupmu. Dan saat ada orang lain yang berhasil mengetuk pintumu dengan sekali pukulan, terima dia. Aku yakin, dia tidak akan meninggalkanmu. Kecuali dirimu yang meninggalkannya. Lupakan masalah dia sudara kembar Minhyuk. Ini semua jalan ceritamu. Terima dia, buang ego dan sifat sok' milikmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Hurts {BoyxBoy-LGBT}
Non-FictionAku mendengar suara dentingan piano dari ruang musik. Merdu! itu yang kufikirkan. Saat aku melihat siapa yang memainkan piano tersebut, aku terpeson amelihat mata hitam lekat miliknya. Dia bahkan lebih indah dari sebuah lukisan, dan bahkan lebih se...