AUTHOR POV
"I love you, Han Minsuk." ucap Louis kepada Minsuk, bahkan ia juga memberikan senyumnya yang hanya pernah dilihat Minhyuk. Ya, Louis benar-benar telah jatuh kedalam pelukan Minsuk, adik kembar dari kekasihnya.
Minsuk masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia masih terus mencoba mencerna lima kalimat yang baru saja diucapkan oleh Louis. Matanya berkedip-kedip bingung, bibirnya terbuka, dan jangan lupakan keningnya yang berkerut halus
Dilain sisi, Louis masih mencoba meredakan detak jantungnya. Ia merasa seperti terbakar. Setelah beberapa menit lamanya, Minsuk baru menyadari apa yang sudah diucapkan oleh kakak kelas nya itu. Dia mengungkapkan cinta pada Minsuk.
Dengan sepersekian detik, wajahnya yang tadi putih bak susu menjadi merah seperti delima. Ia malu, sangat malu. "H-Hyung a-aku—"
"Apa yang sedang kalian lakukan? Bel sudah berbunyi dari sepuluh menit lalu, cepat kembali kekelas," ucap salah seorang guru yang sedang berpatroli keliling sekolah.
Minsuk dan Louis hanya mengganggukkan kepala dan pergi menuju kelasnya masing-masing. Selama perjalanan menuju kelas, Minsuk masih berusaha meneanggkan degup jantungnya. Ini merupakan pertama kali dalam seumur hidupnya, ada seseorang yang mengatakan itu kepadanya–dalam arti berbeda tentunya. Sedangkan Louis, ia hanya menghela nafas senang saat bisa mengungkapkan isi hatinya. Ia bukanlah tipe pria yang memendam perasaan kepada orang yang ia cintai.
KWANGSOO POV
Apa jadinya jika seorang Donghyuk mendapat pernyataan cinta dari primadona dikelas ini. Ya, seperti yang kukatakan. Donghyuk kini tengah mendapat pernyataan cinta dari salah seorang perempuan tentunya. Tapi, bukan Donghyuk-ku namanya jika ia tidak bisa menolak perempuan itu.
"Terima kasih karena kau sudah berani mengungkapkannya padaku. Tapi, sungguh aku tidak bisa." Ucap Donghyuk kepada Sooyoung–perempuan yang berdiri dihadapannya.
"Tapi, kenapa? Bukankah kau tidak mempunyai kekasih Donghyuk-ah?" kata Sooyoung.
Sial, kenapa dia masih harus ngotot untuk bisa menjadi kekasih Donghyuk. Dia itu sudah menjadi milikku. Sial. Sial. Aku hanya bisa terus mengomel dibalik dinding. Apa lebih baik aku menghampirinya saja? Tapi itu aneh, alasan apa nanti yang akan aku pakai. Tck, aku terlalu banyak berfikir.
Kakiku bergerak menuju tempat Donghyuk berdiri. Ia terlihat sedikit risih dengan Sooyoung. Tidak bisakah Sooyoung melihat itu? Dasar wanita.
"Dongdong, apa yang sedang kau lakukan? Oh hai Sooyoung?" Aku memberikan senyum kepada Sooyoung dan berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Sooyoung hanya menundukkan kepalanya. Bahkan aku bisa melihat semburat merah diwajahnya, manis memang. Tapi Donghyuk tetap yang pertama dihatiku.
"Ah tidak ada. Sekali lagi maaf Sooyoung, aku tidak bisa. Ayo kita kekelas Kwangsoo." Donghyuk berjalan sambil menarik tanganku. Ingat menarik tanganku, seharusnya dia menggenggam tanganku saja.
"Aku bersyukur kau datang diwaktu yang tepat Kwangsoo." ucap Donghyuk sambil menghembuskan nafas lega miliknya.
Aku hanya memesang senyum. Tentu saja aku tersenyum, pertama karena aku berhasil membuat dia tidak menerima gadis tadi, dan kedua dia berterima kasih padaku.
Ini seperti mimpi, tapi menyenangkan. Sangat. Mungkin Tuhan sedang mengulurkan tanggannya kepadaku.
DONGHYUK POV
Sudah hampir enam bulan aku tinggal bersama dengan Kwangsoo. Dan aku justru merasa bersalah pada bibi dan paman–orangtua Kwangsoo. Tentu saja, aku merasa seperti memisahkan mereka dengan anaknya. Mungkin sebaiknya aku menyuruh Kwangsoo untuk tinggal kembali saja kerumahnya? Tapi apa dia mau? Nanti saat pulang, aku akan membicarakan ini dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Hurts {BoyxBoy-LGBT}
Non-FictionAku mendengar suara dentingan piano dari ruang musik. Merdu! itu yang kufikirkan. Saat aku melihat siapa yang memainkan piano tersebut, aku terpeson amelihat mata hitam lekat miliknya. Dia bahkan lebih indah dari sebuah lukisan, dan bahkan lebih se...