POV Jona
"Ini bu.." Aku menyerahkan tugas yang akhirnya aku dan Dave tulis ulang. Walaupun dalam proses pengerjaannya lebih banyak menguras emosi daripada tenaga.
"Maaf bu terlalu sore.." lanjutku.
"Iya.. iya.. nggak pa-pa" Katan Bu Sasa sambil melirik Dave yang berdiri dibelakangku.
"Sini.." Aku menarik tangan Dave untuk berdiri disampingku. Kenapa hanya aku yang harus menghadapi Bu Sasa? Sedangkan dia berdiri dibelakangku.
"Lepasin." Dave berusaha lepas dari cengkeraman tanganku di lengannya.
"Diem." Perintahku sambil berbisik.
Dave langsung diam.
Dosen lain melihat kearah kami. Aku menunduk memberi salam. Sedangkan Dave berlagak tidak tahu.
"Dave salam," perintahku.
"Nggak," dia menolak.
Aku raih lehernya dan memaksa dia untuk menunduk memberi salam. Walaupun dia meronta, tetap saja akhirnya memberi salam.
"Ok.. saya terima makalahnya.. kalian boleh pergi."
"Iya.. Terima kasih Bu.." jawabku
Ealah, ini bocah. Terima kasih juga harus disuruh?
"Dave," Aku mengguncang lengannya.
"Apa?"
"Terima kasih." aku melotot kearah Dave.
"ya sama-sama" kenapa malah dijawab.
Lagi-lagi aku harus memaksa dia mengucapkan terima kasih.
"Makasih" Akhirnya keluar juga dari mulut Dave.
Akhirnya satu tugas selesai, dan aku bisa bebas dari ruang dosen dengan selamat.
"Udah kan?"tanya Dave sesaat setelah keluar dari ruang Dosen.
"Udah, sana pulang!' Jawabku.
"Brengsek!" Dave memukul kepalaku.
"Sialan! Berani mukul lagi? Aku cium!" Ancamku sembari mendekati wajahnya.
"Gila!!" Dan lagi-lagi dia memukul kepalaku dan lari.
"Sialan!!" teriakku.
Mencium adalah ancamanku yang paling berfungsi sekarang. Aku pernah mencium Dave. Bukan karena ingin tapi lebih karena sebal. Dia benar-benar punya mulut yang kasar. Pikirku biar sekalian dia jijik padaku.
Aku ingat jelas waktu itu.
"Banciiii, "aku mendengar suara Dave sedang mengejek Marco. Salah satu cowok feminim di kelas kami.
Dave memukul kepala Marco itu dengan buku berulang kali. Akan tetapi bukannya melawan, Marco hanya tertunduk dan gemetar.
"Dave! Stop!" Aku rebut buku dari tangan Dave.
"Apa an ? Sukanya ikut campur!" Dave berusaha untuk merebut bukunya lagi.
"Kamu yang nggak punya kerjaan! Suka banget ganggu orang!" balasku.
"Kenapa? nggak terima? Kamu juga gay? Hahaha!!" Dengar kan ucapan Dave, menyebalkan.
Dave udah aku ajak berkelahi berulang kali tetep nggak mempan. Harusnya diapain?
"Dave!!" bentakku.
"Apa?! Eh... Lu pernah cium cowok berarti? Lu kan Gay!"
Aku benci ekspresi wajah Dave sangat mengatakan itu,wajahnya menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Proof
General FictionCerita ini mengandung konten 18+ dan BL Dave Evano Gerard (Dave) Jonathan Ebrahim (Jona) Dua orang yang kalau berkelahi, membuat seluruh kampus heboh, dipaksa untuk selalu jadi satu kelompok. Dave suka sembarangan, suka membully, nggak peduli atu...