POV Jona
"Itu anak-anak mama.." Aku menunjuk gerombolan teman-teman ku di halaman depan.
"Hahaha! Kamu kenapa?" tanya mama yang masih menyiapkan beberapa masakan di dapur.
"Jona bukan anak mama.. udahlah" Aku sok ngambek.
"Jona ngambek nggak dikasih tahu tante, kalau hari ini kita diundang tante kesini" elas Bale.
"Ada-ada aja, malu sama otot dikit-dikit ngambek." mama mencubit perutku.
"Aduh.. Dek.. kita pergi aja " Aku merangkul Ze yang saat itu juga ikut sibuk bersama mama di dapur.
"Iiihh.. kok ajak adek, adek dikasih tahu mama kalau mereka mau dateng tau." Jawab Adikku
"Hah? mama tega bener tega.." Aku geleng-geleng kepala.
"Jona, udah cukup actingnya.. bantuin mama.. " Mama mencubit lagi perutku.
"Aduh.. Mama! Tu kan gentian butuh bantuan aja.. Jona.."
"Mau nggak?"
"Iya..iya.." Mama selalu menang.
"Hari ini ada acara apa? kok masak banyak banget?" Tanya Nelly.
"Biasa pasti arisan sosialita.." godaku.
"Hahaha.. nggak, hari ini ada acara pertemuan gereja, biasanya tempatnya gantian nah ini kebetulan disini.. "
Percayalah, pertemuan seperti ini sangat sering terjadi dirumahku. Mama punya banyak teman dan komunitas.
Teman-teman mama sudah mulai dateng, kelompok yang idominasi ibu-ibu. Mama itu orang yang ramah dan menyenangkan dia hampir nggak punya musuh. punyanya hanya teman.
"Wah.. Bu Hanna ini putranya? " tanya seorang ibu saat melihatku.
"Iya.. Itu semua anak saya.."jawab mama sambil tersenyum menunjuk teman-temanku yang lain.
"Hah.."
"Hahaha.. itu teman-teman anak saya sudah saya anggap anak sendiri, masuk dulu bu.."
Aku dan yang lain selama acara nunggu di lantai dua, didepan kamarku. Mama sudah menyiapkan tempat untuk kami, sudah di beri karpet juga.
"Mama mu orangnya asyik banget.." Komentar Raffa.
"Belum tahu kalau Mama lagi ngomel aja.. ya dek."
"Dih.. adek nggak pernah diomelin, kak Jona aja.." Ze benar-benar tidak se kubu denganku.
"Dasar.. "
"Eh Jona, Mama mu kok bisa tahu kamu gay?" tanya Raffa.
"Iya gimana ceritanya?" tanya Al
"Ketahuan" Jawabku santai.
"Iya, ketahuan suka sama guru olahraga." saut Ze adikku.
"Hah?? Guru olahraga? Pak Bagus? " tanya Nelly.
"Kok Kak Nelly bisa tahu?" tanya Ze
"Aku juga suka waktu itu.. Asli guru olahraga tercakep yang pernah aku temui" jawab Nelly sumringah.
"Nah bener kan? Kakak bilang apa? Kakak tu seleranya tinggi hahaha" aku ketawa.
Tapi setelah dipikir-pikir kenapa seleraku dan Nelly bisa sama? Wah kami ditakdirkan menjadi sahabat.
"Yang kayak apa orangnya? " Tanya Al penasaran.
"Idola hampirsemua guru sama murid cewek, badannya.. sixpacknya.. " jawab Nelly dengan mata berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Proof
Fiksi UmumCerita ini mengandung konten 18+ dan BL Dave Evano Gerard (Dave) Jonathan Ebrahim (Jona) Dua orang yang kalau berkelahi, membuat seluruh kampus heboh, dipaksa untuk selalu jadi satu kelompok. Dave suka sembarangan, suka membully, nggak peduli atu...