1

235 15 0
                                    

"Arrghh."

Nafas memburu dengan peluh di tubuhnya. Netranya meliar menatap kamar yang sangat familiar hingga tatapannya terpaku pada jam digital diatas nakas yang terdapat perhitungan tanggal dan hari.

06.10.

13 Agustus 2020.

Jantung berdetak kencang mengusap wajahnya kasar terkekeh kecil. Kembali menghempaskan dirinya pada ranjang mengatur nafasnya, matanya melihat sebuah guchi dengan bunga mawar putih yang menjadi alasan akhir hidup.

Bangkit mendekati guchi tersebut dan meraih satu tangkai mawar.

"3 tahun, Kau fikir hidupku adalah lelucon Tuhan? Kenapa diriku harus kembali ditahun ini? Tuhan aku ... Lelah." Tangan nya meremas erat tangkai mawar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Menatap pantulan dirinya pada cermin yang berada tepat di depannya. Tatapan mata yang dulu terlihat hangat dan penuh harap sekarang hanya ada tatapan dingin dan kosong.

"Samuel Delana Wijaya sudah mati sekarang hanya ada Samuel Delana tanpa Wijaya."

∆∆∆

Menuruni tangga dengan tas hitam yang tersampir dibahunya. Jika dirinya yang dulu akan pergi keruang makan dengan senyum lebar nan ceria berharap sang papah memberikan cintanya. Sekarang dengan tanpa ekspresi berjalan keluar dari rumah bak neraka ini menuju sepeda motor miliknya.

Sepeda motor yang didapatkan dari hasil menang berbagai lomba melukis menggambar bahkan fotografi. Kehidupannya benar benar memuakkan disalahkan atas kematian ibu dan adiknya yang masih dikandung ibunya dulu.

Berusaha mendapatkan beasiswa untuk terus bisa sekolah karena papahnya bahkan tidak Sudi membiayai nya. Untuk kehidupan sehari-hari nya pun dirinya mendapat pekerjaan paruh waktu di sebuah distro baju cukup terkenal menjadi seorang desain grafis.

Tanpa sadar motor yang dikendarai nya sampai memasuki lahan parkir SMA 2 BANGSA. Setelah memarkirkan motornya berjalan menuju XII IPA 2 seharusnya dirinya berada di IPA 1 namun dirinya harus mengalah dengan sang kakak kembaran Dafandra Geovanni Wijaya , si sulung kebanggaan keluarga Wijaya.

Kelas yang sudah cukup ramai menyambut nya, netranya menatap sosok lelaki yang asik bermain game di ponselnya. Cukup lama memandang lelaki tersebut dengan hatinya yang berdetak menyakitkan.

Flashback

10 Maret 2022

"No? Bilang sama gue kalo itu bohong kan?" Lirihnya.

Tatapan datar dia terima dari sosok didepannya. Mencoba tersenyum dan meraih tangan yang biasa menggenggam hangat, tangan itu menepis tangannya.

"Gue gak suka sama Lo , Lo itu gak lebih dari batu loncat yang gue lakuin sama biar Deket sama orang yang gua suka , Lo itu emang pembawa sial Samuel, tapi gue juga harus ucapin terimakasih sama Lo, karna Lo gue bisa tau kalo Dafandra juga cinta sama gue."

"Maksud Lo? Dafa?"

"Ya seperti yang Lo dengar Dafa, Dafandra Geovanni Wijaya. Lo fikir gue mau sama anak pembawa sial kayak Lo?" Ucapnya kasar yang lantas berbalik pergi.

Pergi meninggalkan Samuel yang terdiam dengan raut kosong.

Flashback end

Sosok itu salah satu orang yang memberi luka pada dirinya dulu. Jika dulu dengan senyumnya dirinya akan senang hati duduk di kursi samping Evano Raffasya Keandra. Cinta pertama nya yang berakhir dengan menyakitkan.

Dengan langkah mantap dirinya melangkah kesebuah bangku kosong di pojok tanpa menghiraukan tatapan bingung beberapa siswa yang melihatnya.

Dirinya hanya harus bertahan selama beberapa bulan sebelum kelulusan sekolah. Dulu dirinya ingin membuat sang papah dapat melihat dirinya hingga harus merelakan beasiswa di Royal College of Art London, mengejar mimpinya menjadi fotografer profesional. Mengubur mimpinya dalam dalam dengan masuk universitas jurusan bisnis dalam negri.

Dan semua hal tersebut sia-sia , perjuangannya berhenti bahkan hidupnya pun berhenti di tangan papah nya sendiri. Tapi tidak untuk sekarang ini adalah hidupnya, dia akan hidup untuk dirinya sendiri.

"Muel? Samuel!?" Tepukan dibahunya membuat dirinya tersadar dari lamunan.

Ditatapnya Evano yang berdiri disampingnya menatap dirinya bingung.

"Lo kenapa duduk sini?"

"Oh gak papa, gue mau duduk sendiri aja  biar Lo gak keganggu."

"Ha? Keganggu? Ya ampun Sam maksud Lo apa sih? Kita itu udh sahabatan lama gila, Uda ayok pindah duduk sama gue!"

"Gue disini aja Van."

"Lo.." ucapan Evano terpotong dengan masuknya guru kedalam kelas.

Dengan decakan kesal Evano berjalan menuju mejanya yang berada di baris kedua dari depan. Tangannya yang berada di kolong meja mengepal erat menatap punggung Evano.

∆∆∆

Disini lah dirinya sekarang, didepan ruang guru menghembuskan nafasnya panjang berjalan masuk menuju meja sang wali kelas.

"Permisi pak Theo."

"Oh Samuel? Ya ada apa nak?" Tanya guru yang masih sangat muda dengan senyum lebar nya.

"Saya mau ngurus beasiswa yang kemarin pak."

"Bener? Syukurlah bapak kira kamu masih bersikeras mau nolak nya lagi, ya sudah semua berkas km sebenarnya udah cukup Muel, nanti yang lainnya akan menyusul setelah kelulusan." Senyum tipis tersunggung dibibirnya.

"Terimakasih pak."

"Sama sama nak , semangat ya." Tepukan lembut di lengan diterima dirinya.

∆∆∆

Netranya mengedar menatap kantin yang terlihat ramai, setelah dari ruang guru dirinya beranjak ke kantin karna lapar yang menghampiri. Sepiring nasi goreng dengan jus mangga ditangannya.

Lambaian tangan Evano membuat nya mau tidak mau menghampiri karna bangku kantin rata rata sudah penuh.

"Lo kemana tadi ? Bel langsung keluar?"

"Ada urusan." Jawabnya singkat.

"Urusan apa?"

Samuel hanya terdiam dengan tetap mengunyah sesendok nasi goreng.

"Wahh ada anak pembawa sial nih?" Ucapan itu membuat nya mengalihkan pandangannya pada sosok yang sangat dikenali.

Sosok yang seharusnya bisa sangat mengerti dirinya...

∆∆∆

GUYS!!!!
Mohon maaf kalo typo🤭
Yukkk bisa yukk votenya 🌟
See next Up😍😍

Adore' YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang