Eight

506 59 2
                                    



Chan menghembuskan nafas saat melihat Hansol keluar dari kamar pukul 5 pagi, dirinya belum tidur, bahkan bisa dibilang tidak bisa tertidur. Kalaupun tertidur sebentar yang ada ia terlambat masuk kelas. Chan bangkit dari tidurnya dan mulai mematikan alarm yang berbunyi tepat pukul 5.30.

Ia menikmati kesendirian nya di dalam kamar, menghidupkan mini tape dengan earphone nya yang ia bawa diam-diam dari rumah. Badannya mulai menari mengikuti musik yang mengalun di telinga nya, mulai dari membersihkan kamarnya hingga dirinya hendak mandi.

Hansol tersenyum kecil, dirinya sudah berada di dalam dengan bersandar di pintu yang tertutup, dan mengamati pria lebih muda darinya itu menari dari awal hingga pintu kamar mandi tertutup.

Hansol berjalan menuju ke kasurnya, mungkin kali ini ia harus menumpang mandi di kamar kedua sahabatnya dulu. Tidak baik mengganggu kedamaian orang di pagi yang cerah ini. Pikirnya.

....

Setelah edaran yang sampai untuk seluruh siswa kelas satu, mereka harus menuju aula hari ini, berdesak-desakan karena ingin mendapat tempat paling depan dan nyaman. Chan merengut saat banyak siswa menyenggol bahunya terus menerus, hei itu sakit! Apa mereka tidak memperhatikan bahkan meminta maaf setelah kejadian barusan?!

"Sini." Lengan nya di tarik, itu Yeri. Dia mencarikan tempat untuknya. Ruang aula yang besar ini sekarang nampak seperti lautan manusia. Salahkan saja pada pihak sekolah yang menambahkan jumlah siswa angkatannya.

"Selamat siang anak-anak." Lugasnya, tak lupa senyumnya selalu mempesona. Pria umur tiga puluhan itu walaupun tidak pernah menunjukkan dirinya di area sekolah, beliau terkenal di sukai banyak siswa.

"Siang pak/bapak."

Pak Kim mendekatkan lagi mic nya setelah menerima kertas dari guru lain di bawah. Beliau membenahkan letak kacamatanya sebelum kembali membaca lagi. "Yah, pertemuan kita di aula kali ini untuk menanyakan kesiapan kalian atas ujian semester minggu depan. Apa kalian sudah siap?!"

Sorak sorai pro dan kontra di suarakan membuat guru itu tertawa kecil. "Ah iya, saya tahu kalian semua pasti bisa, untuk itu saya kumpulkan ke sini."

Satu aula kembali diam. Pak Kim melanjutkan. "Kalau kalian semua lolos ujian semester besok, anak kelas satu semuanya...
Sekolah akan mengadakan liburan bersama besar besaran."

Kebisingan terjadi, Yeri dan Chan saling pandang dan tersenyum, tidak jauh berbeda dengan kawan-kawan yang lain.

"Tapi.."

Semua terdiam. Pak Kim tersenyum, "kalian harus mencapai target minimal KKM." Terdengar sorakan Huu disana, justru itu yang semakin membuat pria paruh baya itu tersenyum lebar. "Saya yakin kok, anak bapak ini, anak kelas satu SMA ini bisa untuk meraih nilai di atas KKM."

"...jadi untuk itu, tingkatkan belajar kalian, bapak mulai hari ini sangat bergantung kepada nilai dan usaha kalian. Terimakasih dan selamat siang."

Yeri merangkul pundaknya menepuk nepuknya pelan. "Selagi gue sama lo, nilai gue itu aman. Jadi temen gue terus ya Chan!"

Chan mengusak kepala itu kasar. "Hemm, lagi gini aja lo inget sama gue." Yeri tertawa.

Mereka berjalan kearah luar pintu aula, disana ada Yeonjun tersenyum lebar melambai kearah mereka. Ada Soobin juga disana. Sayangnya pria manis itu bilang ada urusan yang harus di selesaikan, jadi Soobin memilih lebih dulu untuk pergi dari aula.

Mereka berjalan bertiga beriringan menuju kantin. Bercerita banyak hal, Yeri dan Yeonjun pastinya sangat aktif. Mereka menceritakan hal-hal baru yang baru saja di temuinya, Chan hanya sesekali menyimak dan ikut tertawa saat ada hal yang menurutnya lucu.

"Menurut lo, kita besok bakalan kemana?" Yeonjun merangkul dua sahabatnya, menyelinap masuk ke tengah-tengah keduanya.

"Gak tau, gue harap sih jauh dari peradapan dunia ini."

Yeonjun meringis, "Yer, lo kira kita bakalan ke dunia lain apa."

"Mulut lo." Chan menepuk bibir itu. "Gue sih, maunya yang alam-alam gitu, yang bisa lihat sunrise atau sunset nya."

Yeonjun memukul belakang kepala itu pelan. "ciaelah si paling anak senja." Mereka semua tertawa.

....


Benar-benar tidak ada percakapan setelah dua hari lalu, Hansol tidak kembali ke kamar setelah kejadian itu. Tapi saat ia kembali hari ini aura canggung dikeluarkan dari masing-masing itu yang sok sibuk di tempatnya.

Chan ada di tempat belajarnya dan masih menggores penanya, walaupun semua tugasnya sudah terselesaikan itu semua hanya untuk menghindari cowok lain yang sedang bermain ponsel di atas kasurnya sendiri disana.

Hansol? Siapa yang di hubungi nya? Jika sejak tadi dirinya bermain main di lookscreen dan menu nya saja. Memenceti buih buih lookscreen ponselnya yang bergerak, sesekali melirik Chan yang sibuk belajar disana.

Keadaan sebelumnya walaupun aslinya tidak dekat, mereka tidak pernah merasa se canggung ini berada di tempat yang sama. Kecuali saat pertama kali Chan datang, juga masalah Hansol-Seungkwan-Chan, saat pertama kali mereka berpura-pura pacaran.

Perihal pacaran. Chan bertanya-tanya, sudah seharusnya kan mereka mengakhiri ini semua? Seungkwan sudah jarang menghubungi nya, apalagi menemui Hansol seperti dulu. Ya, mereka harus mengakhiri nya.

"Chan/Hansol."

Seperti tidak ada udara disini. Keduanya menahan nafas bersama seperkian detik, setelahnya tidak ada yang melanjutkan percakapan.

"Lo dulu." Chan mengalah.

Hansol duduk di pinggir kasur, terdengar decitan dari sana membuat Chan menoleh. "Gue.. gue minta maaf soal kemarin.."

"Gue yang harusnya minta maaf. Gue dah bentak lo."

"...."

"...."

"...."

"Dah gitu aja?" Chan menaikkan sebelah alisnya.

Hansol menghembuskan nafas panjang dan mengangguk pelan. "Itu aja. Lo, mau ngomong apa?"

"Hansol.. Kita udahan ya?"

.
.
.

Hei hei, gimana konsernya dua hari kemarinn??

Aku engga nonton, tapi ikut seneng dari jauh lihat mereka sama banyak indo carat lewat time line.

Okay, see you next part!

i just need you [SolChan/VerChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang