Ten

466 50 1
                                    

.

.

"Aneh-aneh, udah tau itu bilik rusak ada papannya-"

"TADI GAK ADA, TAII." Sembur Chan.

Yeonjun terkejut, sedikit memundurkan dirinya. Chan kayaknya kerasukan. Itu pikir nya.

"Dahlah. Capek gue."

Chan berjalan lebih dulu. Yeonjun masih dibelakang, ia menghela nafas nya. Kekhawatiran atas dirinya yang menunggu Chan lama di kamar mandi tadi menghilang di gantikan sedikit rasa kesal. "Yee, lo udah di tolongin juga." Ujarnya sambil mengikuti langkah cowok itu di depan.

Seakan tidak mendengarkan Yeonjun, Chan masih cemberut mengingat jika ia hampir setengah jam di dalam kamar mandi dengan keadaan lampu mati dari dalam, pengap, dan hari hampir gelap. Yeonjun sangat lama! Apa dia tidak sadar selama itu dirinya menghilang??!

"Chan lo beneran kerasukan ya?"

Jalannya berhenti, wajahnya merengut menatap cowok itu. "Udahlah Junn, gue- gue takut tadi."

Melihat wajah ingin menangis Chan - menurut Yeonjun itu lucu. Tapi cowok manis ini benar-benar ketakutan tadi. "Ututuu Chaniee." Hiburnya sambil hendak merangkul bahu lebih pendek darinya itu, tapi ditepis. Chan benar-benar marah.

....

Chan tidak marah. Hari ini sudah seperti biasa, Yeonjun menghela nafas sekali lagi. "lo kenapa?" Tanya Chan.

"Lo yang kenapa. Kemarin marah sekarang-"

"Oh lo pengen gue marah lagi?" Suara plak khas tamparan milik Chan mendarat di lengannya hingga memerah.

Wajah Yeonjun berubah kesakitan. "Anjir lo." Ujarnya sambil mengusap-usap tangannya pelan. "Tapi kalau kata lo sebelumnya gak ada papannya, kok lo bisa ke kunci di sana? Ada yang iseng?"

Chan berhenti menulis. Ia teringat Seungkwan dan kawannya. "Ga tau, mungkin di isengin setan kali." Jawabnya.

Hari ini Yeri tidak masuk. Katanya sakit, tapi mereka berdua tidak yakin. Kemarin saja mereka bertiga sempat 'menyalin tugas' bersama. Tapi dengan tiba-tiba cewek itu menghilang.

Dan istirahat ini mereka memilih tetap di kelas. Tentunya Yeonjun yang mengikuti Chan, "Yeri sakit apa ya Cok."

"Gak tau. Tanya mak nya."

Percakapan berakhir ketika teman-teman Yeonjun tentunya ikut bergabung di meja mereka, dan Chan yang selesai menyelesaikan pekerjaan nya berniat pergi dari sana dengan alasan perpustakaan. Awalnya Yeonjun ingin ikut, tetapi karena Chan bilang kasian teman lainnya dengan terpaksa cowok bongsor itu tidak jadi mengikuti nya.

Chan berjalan sambil menenteng buku tulis berselip bolpoint nya dan memandang sekitar, sebelum bolpoint itu jatuh kebawah membuatnya berhenti sebentar mengambilnya.

"...seru cuy, kayaknya si Hansol itu belum move on sama mantannya. Sampe dibelain mukulin Mingyu."

"Emang iya?"

"Makanya ayo kelapangan."

Dua orang yang berlari berlawanan arah dengannya itu menyenggol bahunya untuk menyadarkannya. Benarkah Hansol berkelahi hari ini? Untuk mantannya?

Jalannya mundur dan berbalik pergi mengikuti dua cowok yang berbincang tadi. Ada banyak siswa juga yang ikut menuju lapangan bersama mereka.

Disana sudah banyak orang berkerumun, dan pusat nya ada di tengah. Suara khas orang baku hantam dan debu berjatuhan karena area lapangan berpasir terdengar. Chan menerobos kerumunan untuk melihat apakah yang mereka katakan itu benar atau tidak.

Disana Hansol dengan mata tajamnya merasa menang di atas Mingyu yang hampir tidak berdaya. Katakan saja wajahnya sama hancurnya dengan Hansol tapi lebih buruk. Ini tidak benar, Hansol bisa mendapat masalah lebih berat lagi nanti.

"HANSOL!!" Sekuat tenaga ia memanggil cowok itu, dadanya bergemuruh. Jujur dirinya juga sama takutnya.

Hansol menoleh, hanya menoleh tanpa tahu Mingyu yang masih mempunyai kekuatan menghantam kepalanya dengan kepalan tangannya yang keras hingga cowok itu limbung. Mereka melanjutkan pertengkaran kembali.

Chan bingung, apa yang harus ia lakukan. Untuk memanggil Yeonjun di kelas sana juga sudah terlambat. Tidak ada orang disini yang mau memisahkan mereka berdua juga.

Dengan nekat dirinya menuju ketengah mereka berdua. "BUBAR SEMUA, ADA PAK KIM."

Kali ini bukan hanya Hansol dan Mingyu musuh Hansol disana, tapi juga seluruh siswa yang menonton dengan cepat berhamburan meninggalkan lapangan. Ditengah mereka Chan dengan cepat menarik tangan Hansol untuk pergi juga dari sana.

.

.

.

TBC

Segini dulu ya, see you next part.

i just need you [SolChan/VerChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang