Nineteen

450 56 1
                                    

"Lo gak apa apa gue tinggal? Gak ikut liburan di rumah gue aja?" Yeonjun menangkup pipi itu.

Chan menyingkirkan tangan itu dari pipinya, menggeleng pelan. "Gak, gue disini aja. Lagian banyak temennya."

Yeonjun menyipitkan matanya. "Banyak temen gimana?! Yeri juga pulang. Semua anak di asrama lo kebanyakan pulang juga. Chan-"

Ucapan cowok itu berhenti saat mendengar namanya dipanggil dari jauh. Ayahnya melambai disana. "Ck. Kalau lo beneran gak mau ikut, gue suruh Rocky temenin lo atau lo yang gue suruh pindah ke kamarnya."

"Gak apa-apa, gue udah biasa sendiri."

"..." Hening. Yeonjun mendesah pasrah. "...yaudah."

"Hati-hati yoo."

Langkah Yeonjun menjauh, tapi sosok itu masih sesekali menoleh kebelakang. "Dadahh." Lambai Chan saat melihat sosok itu menghilang setelah menutup pintu mobil.

Ia melihat sekeliling nya. Banyak anak-anak lain juga yang dijemput untuk liburan akhir tahun dan merayakan natal bersama keluarga. Ada juga anak-anak yang tidak pulang sedang melihat pemandangan yang sama, tapi bersama teman-temannya. Saatnya ia melangkahkan diri kembali ke kamar dan mengurung diri hingga natal tiba.

Kamarnya jadi dingin, sudah lima hari kamar ini sepi sekali. Chan tidak berharap lebih kecuali teman sekamarnya kembali. Ya, Hansol menghilang entah kemana setelah malam itu.

Tidak ada surat izin yang sampai ke wali kelasnya, tidak ada kabar dari kedua temannya yang lain. Ponselnya pun tidak diambil dari keduanya.

Hansol menghilang tanpa jejak hampir seminggu, dan hampir tahun berganti baru.

Chan menghela nafasnya saat menatap kasur dingin di sebelahnya. Setengah semester dia habiskan untuk bersandiwara harus berakhir paksa juga.

Ia sadar, bukan soal seksualitas dirinya yang menyimpang atau tidak. Tapi semua yang di dapatnya dari cowok itu sangat berpengaruh terhadap hatinya tanpa memandang siapa dan apa jenis kelaminnya, dan jauh dari Hansol yang masih menyukai Seungkwan atau tidak, hatinya yang ternyata mencari kejelasan jadi sering sakit tiba-tiba.

Ia sudah merasakan sejak lama, sejak cowok itu masih berambisi balas dendam seperti katanya sendiri.

Hansol memang membuatnya lebih nyaman dan aman. Tidak ada sosok ayahnya lagi yang membayangi nya di manapun. Tidak ada yang sama lagi seperti yang di 'rumah' lama, walaupun tidak langsung.

Chan menutup matanya perlahan. Menjatuhkan dirinya pada alam bawah sadarnya, berharap mimpi yang indah akan di kabulkan oleh Santa Claus pada malam sebelum natal ini. Walau mungkin tidak akan terjadi.

....



"Gabut banget lo, segala nyuruh guru buat gue angkat telpon lo disini."

Tawa dari seberang terdengar membuat bibirnya terangkat kecil.

"Takut aja kalau lo tiba-tiba kangen gue tapi gak tau mau ngabarin lewat mana."

Kini ganti dirinya yang tertawa. "Dih siapa lo, seleb?"

Chan kembali mendengar tawa dari sana juga. "Yeri dah balik ke asrama?"

Walaupun tidak terlihat, ia tetap mengangguk. "Iya. Syukur lah gue kalau jajan sekarang gak kelihatan suram, udah gak sendiri terus."

Hening sejenak, Chan memainkan kabelnya sambil mendengarkan grusak grusuk disana.

"Udah ketemu?"

"Ketemu apa?"

Yeonjun malah diam. "Hansol."

Sekarang malah Chan yang diam. "Gue.." matanya memandang sekitar, "belum."

Hela an nafas terdengar dari sana. "Dahlah, kagak usah di pikirin. Besok gue balik kita rayain tahun baru bareng-bareng pokoknya."

"..."

"Chan?"

"Huh?"

"Gue tutup ya. Bye darling."

"Bye."

TBC

i just need you [SolChan/VerChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang