twenty one

593 47 4
                                    

.
.
.

"Anak sekarang, kalau lagi patah hati pasti ujungnya bunuh diri."

"Iya tuh, padahal cuma cinta monyet dah."

Yeri melirik pada Yeonjun, menyandarkan kepalanya ke meja. "Gue takut Jun."

"Apa dah?"

"Chan. Dia kelihatan patah hati juga."

Yeonjun diam, dia menutup koran harian yang dipegangnya dari pojok baca di kelas. Dia menaruh koran itu sebelum menyandarkan tubuhnya di kursi sambil bersedekap. "Gak lah, Chan masih waras."

"Gak ada yang bilang dia gila-adohh!"

"Bukan itu maksudnya." Yeonjun memukul kecil kepala belakang Yeri, membuat gadis itu bangun dan mengaduh di tempat duduknya. "Gue yakin, Chan malah lega."

"Maksud lo?"

".."

"Ngomongin gue ya?" Chan muncul membuat keduanya diam.

"Kagak, sok tau lo." Yeonjun duduk tegap, pura-pura menggambar di kertas nya. "Pengen banget di omongin terus."

Kadang setiap harinya Chan ingin menjedukkan dua kepala itu sekaligus satu sama lain. "Gak seru, ah." Chan duduk sambil meminum jus buah dalam kotak nya. Lalu ia menarik koran yang habis di baca Yeonjun. "Bunuh diri terus beritanya. Lagi *ngetrend* ya." Gumamnya.

"Ngetrend juga lo gak bakalan join kan?" Sebenarnya Yeonjun tidak serius mengatakan itu, tapi wajah khawatir Yeri dan dirinya tidak bisa di sembunyikan walaupun Chan tidak melihatnya. Chan hanya mengendikkan bahunya sambil terus membaca koran itu.

......

Hari ini adalah hari pertama di tahun baru, sambutan kepala sekolah baru, ditambah siapa teman kamar Chan yang baru? Penasaran tidak??

Itu dijawab kapan kapan. Nah kalau ditanya gimana Chan setelah kejadian itu.. udah kayak q n a men, dia juga capek ditanyain mulu sama temen-temennya.

Dengan itu, Chan hanya bisa senyum ala Densoden rasa strawberry, manis manis kecut kayak hidupnya.

"Sambutan yang luar biasa, gue capek dengerin daripada berdiri." Yeonjun menutupi pandangan nya dari cahaya matahari yang langsung menusuk matanya, ia menggeram kecil kesal karena upacara ini belum juga berakhir.

Tapi tidak hanya Yeonjun, teman-teman atau bahkan angkatan yang lain sudah mulai mengeluh juga, ada yang mengobrol, duduk di antara teman-temannya, bersandar di tembok, bahkan bercanda mengerjai temannya.

Sama dengan Yeonjun, Chan juga sudah menguap beberapa kali, dan ia pun sudah lelah untuk berdiri. Bahkan setelah upacara berakhir trio kita ini belum juga berpencar untuk masuk ke kelas.

Saat mereka duduk di bawah pohon menunggu bell pelajaran pertama berbunyi, Chan melihat sekitarnya dan berfikir. Apa yang Tuhan rencanakan saat dia memotong umurnya sendiri saat itu? Apa dia masih bisa bercanda dengan teman-temanya? Apa dia masih bisa merasakan rasanya ujian dan naik kelas bersama mereka? Apa dia masih bisa bertemu Hans-

"Chan! Oy! Malah bengong." Chan sedikit gelagapan saat Yeonjun mengagetkannya.

"Sorry sorry. Mau langsung ke kelas kan? Ya ayo tunggu apa lagi?" Chan bergegas pergi dari barisan yang sudah dibubarkan. Sementara dua orang dibelakangnya saling menatap bingung. "Lah dia yang bengong, kita yang ditinggal?"

"Yaudah ayo ikutin." Yeonjun akhirnya mengikuti Yeri saat gadis itu menyusul Chan didepan.

Kalau dipikir-pikir jika bukan (tidak) bersama Hansol. Kehidupannya bakal tetap sama saja kan? Dia hanya perlu Yeri dan Yeonjun, mungkin kehidupannya akan terus berjalan dengan sedikit lebih berwarna.

Ya, semoga.

...

Tok tok..

Haloo! Maafkan aku yang sudah menaehsyakjkks-

Aku juga rindu sama book ini, sayangnya lagi buksibuknya..
Terimakasih atas dukungan, kunjungannya!

See you next part?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

i just need you [SolChan/VerChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang