Eighteen

411 53 0
                                    


Chan menutupi wajahnya dengan bantalnya, tak mempedulikan basahnya bantal itu sekarang. Juga sesekali melihat pintu gelap di ujung sana, berharap terbuka. Tapi siapa yang diharapkan nya membuka pintu itu?? Ah..

Janjinya yang tidak jadi, tapi kenapa hatinya yang sakit? Mung- mungkin saja Hansol lupa, dan malam ini datang padanya untuk meminta maaf. Mungkin juga Hansol hanya terlambat sedikit lebih lama untuk membuatnya menunggu-

Okay. Pilihan yang kedua tidak masuk akal. Ini sudah lebih dari jam 9 malam. Hansol belum juga pulang ke kamar, Hansol...

"Ahh kenapa sih." Raungnya di tengah sengguknya.

Kenapa hanya cowok itu yang dipikirkan nya sekarang. Padahal- padahal-

Tidak tidak, ia tidak memikirkan kejadian ini akan terjadi. Ia tidak memikirkan apakah ia akan marah atau tidak, apakah dia-

Dia tidak menyukai Hansol. Dirinya yakin itu. Tidak, tidak sama sekali. Tapi hatinya sakit, Hansolnya kemana? Mana janjinya?

Hansol Hansol Hansol, yang ada dipikiran nya sekarang. Tidak peduli cowok itu datang dengan lupa janji mereka, Chan hanya ingin cowok itu disini menenangkannya dan meminta maaf..

....









"Maaf."

"...."

Bahkan tidak ada kata yang bisa di keluarkan nya untuk menjawab. Makian, umpatan, bahkan ucapan sayang setelah kata maaf yang biasanya ia ucapkan dulu hilang di tenggorokan nya yang kering. Tangannya hanya bisa meremas foto yang sudah tidak berbentuk itu.

"Maafin aku Hansol."

Baru kepalanya terangkat. Cowok itu menatap wajah sedih yang berjongkok di depannya, menatap cowok itu mengambil foto kusut itu dan menyobek nya sekecil mungkin. "Ini memang aku." Lirihnya.

"Kwan."

Seungkwan, cowok itu berdiri dan menyingkirkan tangan Hansol yang memegang tangannya. "Aku gak bakalan ganggu kamu lagi." Ujarnya.

"Lo gak omong kalau Ming-" Moonbin sigap memberikan jarak antara dua orang itu, takut terjadi apa-apa. "-mingyu... Ah bangsat!"

"Aku gak bisa ngomong ke kamu Sol. Resikonya besar, iya Mingyu ngancam aku." Seungkwan menatap tangan Hansol yang mengepal. "Aku cuma dimanfaatin Mingyu buat ambil hati kamu ...dan aku gak sebaik yang kamu kira."

"..."

"..."

"Tapi aku gak sadar udah jatuh sama kamu."

Tangan Hansol yang sebelumnya mengepal perlahan lemas. Haha, selama ini memang hanya dia yang jatuh cinta sendirian, bukan di selingkuhi tapi memang menjadi orang ketiga dan bukan siapa-siapa.

Ia berbalik, menuju pintu dan keluar dengan membantingnya keras. Ia tidak peduli apapun.


....


"Lo sakit Chan?"

Chan menggeleng. "Gue cuman kurang tidur." Ujarnya.

Yeonjun mengangguk lalu merangkul kawannya itu lebih dekat. "Berantem ya sama Hansol?"

"Dih sok tau." Matanya berusaha tidak bertemu mata lain itu. "Ketemu aja enggak." Lanjutnya.

"Maksudnya?"

Cowok manis itu mengendikkan bahunya, berjalan lebih cepat dari Yeonjun meninggalkan cowok itu sedikit jauh. "Bentar lagi telat Jun, ayo."

Chan berhenti di tempat nya berdiri. Membuat Yeonjun ikut berhenti dan melihat ke arah pandang yang sama. "Kak Seungkwan?" Tanyanya pelan.

"Chan!" Jelas raut wajah yang kelihatan sangat khawatir.

Seungkwan menatap dirinya sebentar. "Hansol dimana?" Tanyanya kemudian.

"Hansol?"

Cowok manis di depannya ini mengangguk tanpa menghilangkan wajah khawatir nya yang semakin jelas. "Semalem dia pulang kan?"

Chan diam, semalam. Semalam adalah waktu dimana harusnya Hansol dan dirinya pergi berdua. Semalam itu dirinya sudah menunggu lama di gerbang belakang, semalam-

"Chan?!" tangan Seungkwan sedikit mencengkeram lengannya. "Hansol pulang kan?"

TBC

Selamat tahun baru, terimakasih sudah ikutin cerita ini sampai 18 part..

i just need you [SolChan/VerChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang