Eleven

445 53 6
                                    


.
.
.

Mungkin disini aku bilang dulu ya..
Kalau misal part belasan bakalan panjang dan mungkin ngebosenin karena tentang yang itu-itu saja, tapi ya gimana.. aku gak tau gimana hehe..
Ya jadi beginilah alurnya..

.
.
.
.

Hansol meringis, di depannya ada Chan yang sedang fokus memberikan obat untuk luka di wajahnya. Padahal ingin sekali dirinya pergi dari sini dan menyembunyikan diri dari cowok manis ini, Hansol malu.

"Udah, gue paham kalau lo belum bisa lupain Kak Seungkwan. Kalau lo mau" Ujar Chan terpotong Hansol yang tiba-tiba memanggilnya

Can sengaja membawa kotak P3K dari ruang kesehatan ke rooftop hanya untuk Hansol. Agar cowok itu tidak melihat apa yang memang seharusnya tidak dilihatnya. Pasti hati cowok itu sedang sangat terluka kali ini.

"Chan-"

"Gue belum selesai ngomong ya. Kalau lo mau bilang maaf, mending jangan hari ini."

Hansol terdiam sebentar. "Makasih." Lirihnya.

Chan menaruh obat-obatannya kembali ke kotak P3K lalu menatap Hansol melembut. Dirinya jadi semakin tidak tega. "Gue bakalan bantu lo ngelupain Kak Seungkwan."

Hansol mendongak, menatap tak percaya pada Chan. "M-maksudnya? Lo kan kemarin bilang-" nadanya memelan. "-kita udahan." Ujarnya.

"Anggap aja ini adalah bentuk terimakasih gue ke lo."

Cowok itu sambil meringis, menaikkan satu alisnya bingung. "For what?"

....

Ujian hari pertama suasana kelas tenang, para pengawas kesana kemari seperti polisi sambil memperhatikan siswa-siswi yang sedang mengerjakan soal. Tentunya duduk mereka berpencar tapi Chan dengan kedua temannya tidak berada di satu kelas yang sama.

Dari sisi tengah ke belakang, Chan sudah menyelesaikan soalnya dengan tenang dan teliti. Ia memikirkan kedua temannya yang berada di kelas yang berbeda, apakah keduanya bisa menyelesaikan soal yang sama dengan miliknya ini? Tapi, mereka sudah belajar bersama kemarin. Ia yakin Yeonjun dan Yeri adalah anak-anak yang pintar juga.

"Apa ada masalah Lee Chan?" Chan terbangun dari lamunannya, menggeleng pelan. Sang pengawas tersenyum kecil, lalu menepuk kepala itu dua kali. "Fokus ya."ujarnya.

Chan melihat ke arah pintu. Dari jauh sana ada Yeri dan Yeonjun melambai kearahnya. Senyumnya mengembang. Berarti mereka berdua sudah selesai mengerjakan soal. Chan dengan bersemangat juga melihat lembar jawaban nya dan mengoreksi nya kembali sebelum ia kumpulkan ke depan.

"Sudah selesai?" Tanya pengawas saat ia sudah berada di depan meja guru itu. Chan mengangguk, lalu dirinya segera pergi menuju dua kawannya disana. Mereka berhamburan saling memeluk.

"Cepet banget lo berdua selesai." Heran Chan.

Yeri tertawa, mengelus punggung keduanya lembut. "Efek samping temenan sama lo Chan!"

Ketiganya tertawa. Mereka berjalan bersama ke kantin seperti istirahat biasanya. Bedanya, jalan ke kantin kali ini lebih luas karena belum banyaknya siswa yang menuju ke sana.

Setelah urusan Hansol lusa lalu selesai, Chan sedikit bisa bernafas karena untungnya tidak ada campur tangan guru saat itu. Tapi entah luka Hansol terlihat atau tidak di saat pelajaran.

"Tuh pacar lo." Pipi Chan memanas saat Yeri tiba-tiba menyeletuk begitu, ia menoleh dan disana ada Hansol duduk sendirian di kursi kantin.

"Kak Hansol." Apa-apan, memanggil sok akrab begitu. Tapi dari samping, Chan memperhatikan raut wajah Yeonjun. Pria itu tampak lebih menyebalkan dari hari biasanya.

"Oh, sini." Yeri menggandeng tangannya untuk mendekat ke arah Hansol. Lalu mereka menempatkan diri di kursi masing masing. Tentunya dirinya dekat dengan cowok itu.

"Tumben sendirian kak?"

"Pada belum selesai." Jawab Hansol singkat. "Kalian gak jajan dulu?" Tanya nya kemudian.

Yeri berdiri, menggait lengan Yeonjun mengajaknya berdiri. "Ini kita mau beli."

"Gue ikut."

"Gak, lo temenin kak Hansol pokoknya." Ujar Yeri sambil menunjukan pose oke yang semakin menjauh.

Hansol berdeham, lalu memutar kursinya menjadi menghadap Chan yang kaku dari samping. "Gimana?"

Chan bingung. "Apanya?" Ujarnya.

"Ujiannya lah. Lo kan gak sarapan." Ucap Hansol, lalu mendorong makanan miliknya ke Chan.

Chan diam, apa maksudnya ini. "Dimakan, jangan dilihatin aja. Gue tau lo-"

"Nih punya lo." Yeonjun menaruh sepiring menu kantin ke kedepan Chan. Cowok itu melirik sinis ke Hansol. "Chan gak bisa makan seafood." Ujarnya.

Suasananya berubah. Yeri perlahan duduk dan menatap pemandangan di depannya khawatir.

"Makasih Jun. Tadinya gue mau nyinkirin udangnya juga kok." Chan menoleh pada Hansol, lalu mengambil satu buah sosis goreng dari milik cowok itu. "Ini aja ya." Lanjutnya.

Selesai makan mereka berpisah, alias Yeonjun yang entah kemana juga Yeri yang tiba-tiba dipanggil oleh seseorang. Kini hanya Chan dan Hansol berdua di meja.

"Lo ada alergi seafood?" Tanya Hansol.

Chan mengangguk lalu meminum jus nya yang tinggal sedikit lagi habis. "Dari kecil." Jawabnya. "Tapi udah gak pernah kambuh sih." Lanjutnya.

Hansol mengangguk paham. "Gak kambuh juga hati-hati. Lo stok obatnya kagak?"

Chan menggeleng. "Gak pernah beli. Lagian gue juga bakalan berhati-hati sama makanan yang gue makan."

Melihat jam dinding yang hampir menunjukan pukul 10 yang artinya istirahat akan berakhir. Hansol melirik tempat makannya yang menyisakan satu sosis besar belum dimakannya. "Habisin ya."

Chan terkejut saat sosis itu berpindah di piringnya, "dahh, gue mau ke kelas. Bell nya udah bunyi."  Hansol berdiri, tersenyum kecil mengusak rambutnya lembut. "Ujiannya yang fokus." Lanjutnya.

Dengan jantung yang berdebar, Chan menatap cowok yang menjauh itu, lalu menatap sosis itu. Senyumnya mengembang kecil sebelum mengambilnya dengan garpu. "Gue kira ngapain." Ujarnya pelan.

Dari jauh Hansol melirik ke arah Chan yang memakan sosis nya, juga arah lain nya. Senyumnya miring, lalu melanjutkan langkahnya pergi dari kantin.

.
.
.

TBC

i just need you [SolChan/VerChan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang