"Untuk hadiah utama kasih aja liburan gratis satu minggu ke luar negeri."
Gabriel melongo. Ia sama sekali tak mengerti dengan sikap bos besarnya akhir-akhir ini. Sebelumnya, ia tak terlibat sejauh ini untuk acara kecil yang ia adakan sebagai acara rutin Bfood. Ada banyak cabang perusahaan yang pastinya membuat laki-laki itu sibuk, sehingga ia hanya perlu menyiapkan proposal dan kegiatan sepenuhnya dihandle oleh Bfood. Rio hanya akan menerima laporan pertanggungjawaban saat kegiatan selesai.
Namun tahun ini, Rio juga ingin berpartisipasi sebagai juri.
Sebuah langkah yang membuat para dewan direksi pun berkomentar jika Rio melakukan suatu hal yang tak perlu. Namun, apa yang bisa mereka lakukan? BIAN GROUP adalah kerajaan bisnis yang 60% saham dipegang oleh Rio. Jadi, mereka bisa apa? Keputusan mutlak ada di tangan Rio.
'Nona, mohon tidak masuk dulu, Pak Rio sedang ada tamu'
'Aku nggak peduli, cepat minggir!'
Perdebatan keras yang terdengar membuat meeting antara Gabriel dan Rio tertunda. Keduanya tampak saling memandang dengan heran.
Baru saja Rio berdiri untuk melihat, pintu terbuka lebar dengan suara yang keras. Di ambang pintu, terlihat Alvin dan Shilla. Alvin yang menunduk sebagai permintaan maaf karena gagal menghalangi Shilla, dan Shilla dengan wajah sumringah bergegas masuk menghampiri Rio.
"Rioo, kamu kemana aja, sih? Kenapa sulit banget dihubungin? Aku kangen tau nggak." Ucapnya dengan manja lalu bergelayut di lengan Rio.
"Shilla," suara berat Rio yang dingin membuat gadis itu melepaskan diri.
"Rio kamu masih marah?" Shilla menatap Rio dengan tatapan terluka.
Rio memejamkan mata sejenak lalu memandang Gabriel. Seolah mengerti kode dari Rio, Gabriel kemudian membereskan berkas yang ada di meja lalu pamit keluar.
Pintu ditutup, tersisa Shilla dan Rio.
"Shilla, kamu tau hal yang paling saya benci?"
Shilla menunduk, Rio yang seperti ini membuatnya sedikit takut.
"Cross the line. Kamu tau apa ketakutan saya, kamu tahu semuanya tentang saya dan saya berterima kasih karena kamu masih mau berteman dengan saya, Shilla." Rio menghentikan ucapannya sejenak. Tangannya sedikit bergetar. Ini adalah langkah besar yang akan ia ambil.
"Beberapa kali kamu melewati batas, tetapi saya biarkan karena saya tidak mau menyakiti kamu, bukan berarti saya membenarkan tindakan kamu. Sekarang, saya minta kamu jangan melewati batas, Shilla! Kita hanya teman."
Shilla menatap Rio dengan pandangan terluka. Ia tahu, Rio tak pernah menaruh rasa padanya. Tapi apa salah jika ia berusaha untuk masuk ke dalam hati laki-laki itu? Ia sudah pernah menyerah satu kali saat Rio akhirnya menjalin hubungan dengan Agni lalu menikah dan punya anak. Shilla baru berani mendekat lagi saat Rio sudah resmi bercerai.
"Yo, apa nggak ada kesempatan?" tanya Shilla lirih.
"Maaf, Shilla! Maaf karena saya tidak bisa membalas perasaanmu. Maaf karena sikap diam saya selama ini membuatmu salah paham. Maaf karena saya membuatmu terluka, tapi saat ini di hati saya sudah ada orang lain." Rio menunduk, tak kuasa menatap mata Shilla yang sudah berkaca-kaca.
"Perempuan yang nolong Atan?"
Rio mengangguk. Shilla kemudian terkekeh. Sepertinya sampai kapanpun ia tak akan pernah bisa. Sejak awal, Rio tak pernah ditakdirkan untuknya.
"Gapapa," Shilla mencoba tersenyum meski satu tetes air mata jatuh di pipinya. "Mungkin sudah saatnya aku nyerah. Maaf ya, mungkin sikapku beberapa tahun terakhir ini menyebalkan. Aku cuma takut kalau kamu jadi jatuh cinta sama perempuan lain, meski nyatanya hal itu terjadi juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Mama! ✔️
RomancePART LENGKAP SAMPAI END, TAPI .... (EPILOG DAN EXTRA PART DI GOODNOVEL DAN INNOVEL) Ify pikir, dilecehkan dan dipecat dari pekerjaan adalah kesialan terakhirnya hari itu, namun nyatanya semesta masih menguji kesabaran Ify dengan mendatangkan balita...