Intensitas pertemuan antara Ify dan Rio semakin meningkat. Entah bertiga dengan Atan, atau hanya berdua. Sekedar makan malam bersama atau seperti hari ini dimana Ify sudah berada di mobil Rio dengan tujuan ke salah satu tempat wisata di Surabaya.
Kebun Binatang Surabaya.
Atan merengek ingin berlibur bertiga. Meski berkali-kali diberi pengertian, tetapi balita itu sama sekali tak peduli. Hingga Ify pun mau tak mau harus memenuhi permintaan balita yang sudah mencuri hatinya itu.
Weekend memang waktu qtime yang cocok. Maka tak heran saat mereka sampai di kebun binatang sudah sangat ramai. Bahkan mereka hampir tidak mendapat tempat parkir saking ramainya.
Ify turun terlebih dahulu, membuka pintu belakang dan membantu Atan untuk keluar. Ify membawa tas kecil berisi susu dan air mineral untuk Atan. Berjaga-jaga kalau balita itu haus saat tengah bermain.
"Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Rio begitu mereka bersiap masuk.
Ify menggeleng. Setelah membayar tiket masuk, mereka mulai menjelajahi area. Dengan Atan yang berada di tengah, kedua tangan digandeng oleh Rio dan Ify, Atan terlihat begitu bahagia. Senyum tak pernah luntur dan terus berceloteh yang ditanggapi dengan sabar oleh Ify.
"Mama, itu hewan apa?" tanya Atan begitu mereka sampai di salah satu kandang.
"Itu namanya kancil, Atan pernah denger lagu si kancil anak nakal nggak?"
Atan menggeleng. "Ada lagunya, Ma?"
Ify mengangguk, kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan Atan.
"Lagunya gini, Si kancil anak nakal, suka mencuri ketimun, ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun."
Setelah mendengar nyanyian Ify, Atan tertawa, sementara Rio mencoba menyembunyikan senyum. Melihat Ify menyanyi lagu anak-anak dengan begitu ekspresif terlihat sangat lucu.
"Berarti, kancil itu nakal ya, Ma! Kan sekarang dia dikurung."
Ify terdiam, tampak menimang bagaimana menjawab pertanyaan Atan dengan tepat. Rio yang melihat kesulitan Ify pun membantu, ikut berjongkok, melihat kancil yang tengah makan.
"Kancil yang ini dikurung bukan karena nakal, karena di sini terlalu banyak hewan, jadi kancilnya dikurung biar aman. Biar Atan juga bisa lihat tanpa takut diseruduk." Jelasnya.
Atan tampak mengangguk-angguk memahami ucapan sang ayah. Ify yang mendengar itu bisa menarik kesimpulan bagaimana Rio mendidik sang anak. Tak seperti kebanyakan orangtua yang membuat cerita mitos dan lucu hanya agar sang anak tertawa atau menurut dengan perintah mereka, Rio justru membeberkan semuanya sesuai kenyataan. Mengajarkan logika dan kejujuran yang justru membuat balita itu terlihat cerdas untuk usianya.
"Tapi kancil yang itu kok beda, Yah?" Atan menunjuk hewan uang berada di kandang sebelah.
"Itu namanya rusa."
"Bedanya apa?"
Kritis sekali, Ify membatin. Menatap interaksi ayah dan anak seolah sedang menyaksikan proses belajar mengajar dimana siswanya sangat aktif bertanya.
"Lihat tanduknya, kalau kancil nggak punya tanduk, kalau rusa punya tanduk."
"Waahhh iya, itu tanduknya besar banget," ucap Atan dengan takjub. Mulutnya membentuk huruf o dengan mata yang berbinar takjub.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dan menjumpai berbagai banyak hewan. Atan terus bertanya kritis, bahkan perbedaan monyet yang membuat Rio serta Ify harus mengutip penjelasan dari hasil searching di google.
Lelah berkeliling, mereka kemudian duduk di salah satu kursi yang tersedia, Atan minum susunya, sementara Ify dan Rio juga meminum air mineral.
"Ma, kok di sini nggak ada pinguin, ya?" celetuk Atan tiba-tiba setelah keadaan sempat hening.
"Karena rata-rata pinguin hanya hidup di tempat yang sangat dingin."
"Ada pinguin yang hidup di tempat hangat, Ma?"
"Ada, namanya Galapagos Pinguin , tapi hanya ada di Galapagos, Amerika Selatan sana," jelas Ify setelah seraching di google.
"Berarti Atan nggak bisa pelihara pinguin, Yah?"
Rio yang tengah minum tersedak, Ify terkekeh sembari menepuk lembut punggung Rio tanpa sadar.
"Atan mau pelihara pinguin?"
Atan mengangguk semangat.
"Kenapa?"
"Jalannya lucu, Atan pengen balapan lari sama pinguin,"
Ify dan Rio total gemas. Bagaimana bisa Atan berpikiran akan lomba lari dengan hewan karnivora itu?
*
Hari beranjak siang saat Atan, Ify dan Rio keluar dari area kebun binatang. Mereka berjalan dalam keheningan menuju tempat parkir mobil. Sebuah insiden lucu, membuat mereka merasa canggung satu sama lain. Sementara Atan yang tak tahu apa yang terjadi dengan dua orang dewasa itu merasa sangat bahagia karena ini pertama kalinya ia berlibur dengan formasi lengkap.
Saat masih di depan kandang merak tadi, Atan ingin berfoto. Tentu saja keinginan itu dikabulkan oleh Ify dan Rio. Kebetulan Rio memang sengaja membawa kamera, karena ingin mengabadikan momen lucu sang anak. Entah sudah berapa foto yang tadi ia ambil, entah secara sadar atau pun candid. Tentu saja Ify juga ada di dalamnya.
Atan semula berfoto sendiri, tempat saat sang merah mengembangkan ekornya. Kemudian Ify berfoto bersama Atan, kemudian Rio dan sang anak dan Ify yang menjadi juru foto. Tak pernah terpikir dalam benak Rio dan Ify jika mereka akan berfoto dalam satu frame saat kemudian salah satu pengunjung mendekat.
"Mau saya bantu buat foto?" tawarnya.
Ify menggeleng. "Terima kasih, Pak! Tapi kita sudah selesai," tolaknya dengan senyum sopan.
"Loh, tapi kalian belum foto bersama bukan?"
"Tapi--"
"Mama, ayooo kita foto bersama!" seru Atan dengan antusias.
Maka, tak ada kesempatan lagi bagi Ify untuk menolak. Ia berjalan mendekat, mengambil sisi kiri Atan, sementara Rio berada di sisi kanan. Keduanya berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang balita.
"Lebih dekat lagi!" Pengunjung itu memberi aba-aba, membuat Ify semakin mendekat hingga tak ada jarak yang tersisa. Ia juga kemudian merasakan sebuah tangan bertengger di pundaknya. Tak ada waktu untuk menyingkirkan karena sesaat kemudian terdengar bunyi klik saat gambar terambil.
"Satu foto lagi, ayoo!"
Ify merutuk. Kenapa bapak-bapak itu justru terlihat lebih semangat?
Rio bangkit, menggendong Atan di tangan kanan sementara tangan kirinya merengkuh pinggang Ify dan ditarik mendekat. Ify tercekat, tapi tak kuasa menolak. Ia merasa pipinya sangat panas. Mungkin kalau berkaca, pipinya sudah semerah tomat.
Pengambilan gambar selesai, kamera kemudian kembali diberikan kepada Rio yang masih menggendong Atan.
"Kalian benar-benar keluarga yang serasi." komentar bapak-bapak itu yang membuat Ify tersedak ludahnya sendiri.
"Terima kasih, Pak!" balas Rio santai yang membuat Ify tak habis pikir.
"Mampir makan dulu ya nanti? Sepertinya Atan juga udah ngantuk dan lapar," ucap Rio sambil memandang Ify lembut yang membuat gadis itu total menggila.
SINTING!! APA MAKSUDD???
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Mama! ✔️
RomancePART LENGKAP SAMPAI END, TAPI .... (EPILOG DAN EXTRA PART DI GOODNOVEL DAN INNOVEL) Ify pikir, dilecehkan dan dipecat dari pekerjaan adalah kesialan terakhirnya hari itu, namun nyatanya semesta masih menguji kesabaran Ify dengan mendatangkan balita...