Ketemu

1.3K 161 11
                                    

Lora duduk termenung di balkon kamarnya, menatap bulan sabit tanpa bintang. Jangan lupakan masker di wajahnya.

Jika di hitung-hitung sudah hampir tiga tahun Lora tinggal bersama keluarga ini, selama itu pula sangat banyak kejadian serta peristiwa-peristiwa yang mengesankan.

Terkadang Lora berpikir, apakah dia sedang bermimpi? Dimana suatu saat nanti dia akan terbangun dan kembali kepada keluarganya.

Namun jika bermimpi, masa lama sekali sampai tiga tahun. Itu mimpi apa bertapa?

"Ngapain malam-malam duduk disini? Nanti masuk angin loh." Lora menoleh kebelakang dan melihat Maminya berdiri di ambang pintu dengan segelas susu hangat.

Lora tersenyum lalu kembali menatap bulan.

"Kalau di pikir-pikir kehidupan aku tuh aneh bin ajaib ya Ma," ujar Lora membuat Audrine mendekati.

"Aneh gimana?" tanya nya dan ikut duduk bersama Lora.

"Iya, Aneh aja gitu. Coba deh pikir gimana bisa jiwa aku masuk ke tubuh orang asing yang bahkan aku gak kenal, dapat keluarga kaya raya dan orang tua yang perhatian banget sama aku." Audrine tersenyum dan mengelus pucuk kepala Lora.

"Itu artinya Tuhan sayang sama kamu, pasti salah satu doa kamu di jabah sama Tuhan. Ra, Mami tau kamu sebenarnya belum sepenuhnya menerima takdir kamu. Tapi kamu sudah berusaha, sekarang kamu cukup lanjutkan hidup kamu bersama keluarga dan kehidupan kamu yang baru." Lora tersenyum.

Jujur saja hidup dengan kemewahan seperti sebenarnya Lora tidak terlalu nyaman, dia rindu kenyamanan dan keharmonisan keluarganya dulu. Memiliki dua adik yang manis dan penurut, memijit kaki Ayah saat sang Ayah pulang kerja, membantu Ibunya memasak.

Lora rindu itu semua.

"Nih minum dulu, habis itu tidur. Jangan lupa maskernya di bersihkan," ujar Audrine dan di angguki oleh Lora.

Setelah meneguk habis susunya Lora masuk bersama Audrine.

"Gue harap ada keajaiban bisa ketemu sama Adek gue."

Bertepatan dengan permohonan Lora, sebuah bintang jatuh melintasi langit yang terlihat jelas dari pintu balkon kamar Lora.

———

Lora dengan pakaian rumahannya berjalan menuruni anak tangga, hari ini dia tidak ada jadwal kuliah pagi, nanti siang baru ada namun karena dosen memberikan pesan di grup WhatsApp jika beliau tidak hadir maka hari ini Lora resmi libur sehari.

Dengan bandana panda di kepalanya dan sendal berbulu serta celana selutut dan kaos hitam Lora berjalan menuju ruang keluarga.

"Gak kuliah bang?" tanya Lora saat melihat Dimas duduk manis di depan tv menonton film azab di salah satu stasiun televisi.

"Gak, hari ini libur. Lagian juga kita mau reunian di rumah," jawab Dimas sembari mengunyah kripik pisang.

Lora membulatkan bibirnya dan duduk di sebelah Dimas dan merampas toples di tangan Dimas membuat sang empunya kesal.

"Anjir Lo ya, ambil sendiri Sono di dapur!" ketus Dimas sembari menjilati jari-jarinya yang terkena sisa bumbu dari kripik pisang tersebut.

"Elah, ketimbang kripik doang. Ngalah Lo sama Adek," ujar Lora dan mengambil remot dan memindah serial kartun Spongebob Squarepants.

"Azab aja Ra," ujar Dimas bersabar.

"Apaan dah nonton kok azab, mending yang menghibur lah." Dimas menghela nafas.

"Azab itu mendidik Ra, azab itu mengajarkan bahwa karma dari Tuhan itu sangat pedih," jelas Dimas mendramatis.

"Mending nonton siksa neraka sekalian, yang di azab mah udah gak masuk akal lagi. Masa gara-gara sering belanja online matinya ke timpa paket, apaan? Terlalu berkhayal anjir!" bantah Lora kesal.

Jiwa yang Tersesat 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang