Skakmat anjir

1.1K 157 12
                                    

Masih di kamar Lora ketiga gadis itu jengah menatap ke sok polosan gadis di hadapan mereka.

"Jadi aku sama Gavin itu udah dekat banget," ujar Sierra.

"Oh, iya. Haha," sahut Lora.

Gak ada yang tanya anjir!!!

"Kalian ini perawatan wajah terus ya?" tanya Sierra.

"Iya, hampir tiap hari sih." Sierra mengangguk.

"Beda banget ya, aku mah gak pernah perawatan. Soalnya wajah aku tuh sensitif gitu sama produk-produk skincare, makanya aku tuh natural. Soalnya kan cowok banyak yang suka natural gitu," sahut Sierra lagi.

"Oh pantes wajah Lo gitu ya Sie, Lo gak pernah skincare an. Kalo gue sih bodoamat sama cowok yang suka natural, selagi gue bisa rawat wajah gue semua bakal gue lakuin," ujar Asya dengan kekehan.

"Iyalah, kan ada modalnya." Lora dan Asya tertawa mendengar sahutan Nina.

"Keluar yuk," ajak Sierra, nah kan pasti kalah telak.

"Lo duluan aja Sie, gue mau ganti dulu."

"Ayo Nina sama Asya, kita keluar."

"Duluan aja Sie, kita nunggu Lora dulu."

"Gue mau berak bentar," ujar Nina dan langsung ngacir ke toilet.

Terlihat Sierra mendengus namun tak urung dia keluar dari kamar Lora.

Asya mengikuti gadis itu dan melihat jika gadis itu benar-benar sudah pergi, dan langsung menutup pintu kamar Asya langsung menghela nafas lalu melihat Lora yang sudah tertawa.

"Anjir ya nih cewek, fick me girl banget sumpah!" pekik Asya langsung merebahkan tubuhnya di kasur.

Nina langsung keluarga dari kamar mandi dan ikut tertawa bersama teman-temannya.

"Ngakak banget sih, tapi kasian ada juga."

"Udahlah, janji hari ini kita mau jalan-jalan. Mumpung libur kan," ajak Asya.

"Gue ganti bentar."


______


"Eh, Dek. Mau kemana?" tanya Arya saat melihat adiknya turun dari tangga.

Semua menoleh kearah mereka, Lora mengajak kedua sahabatnya menuju para abang-abang mereka.

"Bang. Gue mau jalan sama mereka, mumpung libur kan."

Lora meminta izin pada Darren dan Dimas, Asya juga duduk dekat Arya.

"Asya mau jalan boleh kan?" Arya tersenyum dan mengangguk mendengar permintaan Adiknya.

Memang sejak satu tahun lalu mereka sudah sangat dekat, hanya butuh beberapa bulan untuk Asya dapat kembali memaafkan Arya karena melihat perjuangan Arya yang begitu besar untuk kembali dekat dengannya.

"Tapi hati-hati ya, jangan ngebut." Asya tersenyum dan mencium pipi Arya.

Sierra melihat itu mengerenyitkan dahinya.

"Kamu gak malu ya cium-cium cowok di depan banyak orang gini?" tanya Sierra.

Asya menaikan alisnya sebelah, lalu ide jahil terbit di otaknya.

Asya dengan sengaja memeluk Arya lantas berkata.

"Gak. Kenapa? Lo malu ya? Gue sih lebih malu kalo ikut cowok ketempat tongkrongannya tapi maksa, jadi keliatan centilnya." Arya membalas pelukan Asya dengan terkekeh.

Gavin hanya menghela nafas berat, Sierra ini mulutnya memang sangat-sangat minta di sambelin.

"Udah diem aja Ra, jangan bikin ribut." Sierra menghela nafas.

Jiwa yang Tersesat 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang