12. Zero: Terpaksa Mengalah

4 2 1
                                    

Pagi ini Mirza sudah berniat untuk menjemput Alya. Mirza ingin mengajaknya berangkat sekolah bersamanya. Ia kini sudah melaju dengan motor kesayangannya ke rumah Alya, dengan hati dipenuhi bunga-bunga bermekaran.

Mirza sudah menghentikan motornya tepat di depan Rumah Alya. Seketika mata Mirza terbelalak ketika melihat Zero yang rupanya pun sudah berada di depan rumah Alya.

"Heh! Apa yang kau lakukan disini?" tanya Mirza mendekati Zero.

"Bukan urusanmu," jawab Zero sambil memiringkan senyumnya.

"Heh! Aku bertanya baik-baik. Kau ini nampak mencurigakan sekali," ketus Mirza.

"Kenapa senang sekali ikut campur urusan ku?" Zero sudah mengepalkan tangannya bersiap meninjunya.

"Aku akan terus ikut campur jika ini menyangkut urusan Alya."

"Jangan sok jagoan!" tunjuk Zero.

"Kau yang sok jagoan!" Mirza balik menunjuk.

Dari dalam Pahmi melihat dua orang itu sedang adu mulut dan segera menyeret Ayahnya keluar untuk menegur mereka berdua. Pak Abim pun buru-buru keluar bersama Pahmi.

"Woiii..! Kenapa kalian ribut-ribut di depan rumahku? Apa ingin aku hajar satu persatu?" seru pak Abim menghampiri mereka sambil berkacak pinggang.

Keduanya langsung menoleh kearah sumber suara.

"Selamat Pagi Ayahnya Alya yang tampan? Aku Mirza. Aku ingin menjemput Alya untuk berangkat bersamaku, aku akan menjaga putrimu dengan sangat baik. Apakah Ayah mengijinkan?" sapa Mirza dengan begitu sopan dan dengan gaya yang lucu.

Pak Abim belum menjawab, kini dia menoleh pada Zero.

"Lalu kau?" tanya pak Abim pada Zero.

"Aku? Aku juga ingin menjemput Alya dan mengajaknya berangkat bersama."  jawab spontan tanpan basa basi dengan nada yang kurang sopon. bahkan lupa untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"Wah.. Kak Alya sungguh beruntung Ayah. Lihatlah, dua pria sekaligus ingin menjemputnya. Ini adalah pertanda baik," bisik Pahmi.

"Pertanda baik kepalamu itu!" Pak Abim memukul kepala Pahmi.

"Ijinkan saja. Ini akan baik untuk kak Alya. Percayalah."

"Aku belum tau bagaimana mereka. Mana mungkin aku membiarkan Putri kesayanganku pergi dengan mereka," sambung Pak Abim.

"Ayah kau bisa memilih di antara mereka. Aku akan memperkenalkan mereka terlebih dahulu padamu untuk bahan pertimbangan," ucap Pahmi tersenyum.

"Dia Mirza, siswa pindahan dari Luar Negeri. Bukan hanya Tampan, tapi dia sangat baik, lembut dan menjadi incaran para gadis di sekolah." ucap Pahmi menunjuk Mirza . Tentu saja Pahmi berkata begitu karena sebenarnya dia tidak menyukai Zero. Lalu dia menunjuk Zero sekarang.

"Dan dia ini namanya Zero! Dia preman sekolah. Dia pembuat masalah nomor satu di sekolah dan hobi berkelahi. Dia juga yang sudah membuat masalah pada Kak Alya beberapa kali. Kau pasti tau itu." jelas Pahmi yang tentu saja membuat pak Abim langsung melotot.

Belum sempat menentukan pilihan siapa yang akan dipilihnya, Alya sudah keluar dari rumah dan berseru pada mereka.

"Ayah! Aku sudah siap! Mari berangkat!"

"Eh, Kak Alya kebetulan sekali. Kemarilah cepat."  seru Pahmi, Alya pun segera menghampiri dan wajah bingung melihat ada Zero dan Mirza ada di depan.

"Kenapa kalian ada di sini?" tanya Alya.

"Kebetulan kak Alya. Mereka ingin menjemputmu untuk berangkat bersama. Kau bisa memilih siapa yang akan kau pilih di antara mereka." ucap Mirza.

Pak Abim langsung melotot. "Tunggu dulu. Aku ingin tau bagaimana cara kalian berdua pergi ke sekolah." ucap pak Abim menoleh pada Zero dan Mirza.

INSECURE GIRL [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang