4. Kembalinya Alya Ke Sekolah

15 3 6
                                    

Saat ini Alya tengah menangis tersedu-sedu di kamarnya. Duduk di atas kasur meratapi kekejaman Ayahnya. Alya tidak habis pikir kenapa Ayahnya sekarang memaksanya untuk kembali ke sekolah. Alya sungguh tidak ingin itu. Dia sangat takut, apalagi jika orang lain sampai melihat wajah jeleknya. Kemudian ejekan kembali Alya terima, ini pasti sangat menyakitkan baginya.

Terdengar pintu dibuka, Pahmi masuk menghampiri Alya dengan membawa sebuah kardus.

"Kak Alya."

"Kenapa kau kesini? Kau bersekongkol dengan Ayah untuk merayuku agar mau masuk sekolah ya?" tegur Alya masih sambil sesenggukan.

"Siapa? Aku kesini membawakan sesuatu untukmu." Pahmi menunjukan kotak yang ia bawa.

"Untuk apa? Aku sudah memilikinya?" sergah Alya.

"Punyamu sudah buruk. Lihatlah, ini sudah usang dan sobek di beberapa tempat. Aku akan membantumu membuat yang baru dan lebih indah. Kau pasti suka." jawab Pahmi ikut duduk di atas kasur Alya.

"Benarkah?"

"Ya. Mari kita buat bersama. Lepaskan dulu kardusmu." ucap Pahmi.

Alya akhirnya melepaskan kardusnya, masih sambil menangis dan menggerutu dengan wajah imutnya.

"Aku tidak mau ke sekolah Pahmi. Tapi Ayah memaksaku. Aku harus bagaimana? Tolong aku."

Pahmi begitu tercengang menatap wajah Kakaknya yang selama lima tahun ini belum pernah di lihatnya kembali.

(Jelek apanya. Dia cantik sekali.)

"Pahmi. Kenapa melihatku begitu? Aku jelek sekali ya? Hikss...hikss,"

"Eh, tidak kok. Kakak ku manis. Sangat manis." jawab Pahmi.

"Kau pasti berbohong kan. Agar aku mau ke sekolah?" Alya tidak mempercayai kata-kata Pahmi.

"Kak Alya boleh tidak percaya padaku. Suatu saat nanti kau akan percaya. Baiklah, sekarang aku akan membantu mu membuat kardus baru untuk kepalamu."

"Tapi aku tidak mau bersekolah!" bantah Alya.

"Hem.. sebenarnya, semua orang juga tidak mau bersekolah. Termasuk aku. Jadi sebaiknya kau coba untuk pergi. Hanya untuk bersenang-senang seperti kami sekaligus kau bisa menyenangkan hati Ayah," ucap Pahmi.

Alya belum menjawab, dia masih terdiam kesal.

"Begini saja. Jika besok kau tidak senang, kau boleh pulang. Bagaimana?"

Alya nampak berpikir sejenak, kemudian akhinya mengangguk. Pahmi merasa sangat senang, dan semangat untuk membuat kardus yang indah penuh kertas warna-warni untuk Alya.

Keduanya terlihat sangat bahagia penuh candaan sambil menggunting kertas warna warni untuk ditempel ke kotak kardus itu. sampai tak terasa kotak kardus baru sudah selesai dengan sempurna.

"Ah, ini sudah jadi. Coba pakai." Pahmi mengangkat kardus itu dan menaruh di kepala Alya.

"Hah! Pahmi. Ini gelap!" pekik Alya.

"Astaga! Maaf. Ini terbalik! HAHAHA" jawab Pahmi yang salah memasang kardus dengan lubang berada di belakang. Sambil tertawa Pahmi memutar kardus itu, memposisikan lubang berada di depan sehingga Alya bisa melihat keluar kardus.

"Kau bercanda ya?" Alya memukul lengan Pahmi. Anak itu tertawa.

"Sekarang sudah tidak gelap kan?"

"Ya. Ini baru benar." sahut Alya, terlihat sangat senang dengan kardus barunya.

"Kau terlihat lebih cantik dengan kardus barumu." ucap Pahmi.

"Ah, terimakasih Pahmi."

"Sama sama kak Alya sayang..!" memukul kepala kardus Alya.

INSECURE GIRL [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang