15. Ternyata Tuan Muda Kaya

4 2 2
                                    

Di sebuah Rumah yang sangat besar, atau biasa disebut sebagai Mansion. Terdapat puluhan pelayan dan penjaga di dalamnya. Dua orang Penjaga terlihat berlari kecil membukakan gerbang pagar besi untuk seseorang.

"Selamat Sore Tuan Muda, anda sudah pulang?" sambut penjaga itu dengan menunduk hormat kepada seorang pemuda yang langsung melangkah masuk.
Pemuda yang disebut Tuan Muda itu hanya mengangguk, lalu bergegas masuk ke dalam Rumah Besar itu.

Dia terus berjalan ke arah tangga tanpa menoleh ke mana pun dan menaiki tangga menuju kamarnya. Segera memutar kenop pintu setelah ia masuk kamarnya.

Membuang tas begitu saja ke atas ranjang dan membuka sepatu, juga membuangnya ke sembarang tempat.

Segera ia membanting diri ke kasur dengan kedua tangan dilipat di bawah kepala untuk bantalan. Matanya memandangi langit-langit kamar sambil tersenyum.

"Alya, gadis berkepala kardus itu. Semakin hari semakin manis saja. Sepertinya, aku sudah benar-benar jatuh cinta padanya. Heemm.."

Sementara di ruang tengah, Pelayan wanita berlari kecil menghampiri majikannya sambil menunduk hormat.

"Nyonya, Tuan Muda sudah kembali dari Sekolah."

"Hem.. Siapkan makan malam untuknya di atas meja. Jangan ada kesalahan yang membuat Tuan Muda tidak berselera makan." perintah sang Nyonya.

"Baik Nyonya," pelayan menarik mundur kakinya sebelum memutar tubuh untuk berlalu.

"Apa kau belum bisa membujuk Zero untuk membuatnya menerima perjodohan itu?" tanya seorang pria yang juga berada di situ. Ternyata dia adalah suami dari Nyonya tersebut.

"Sepertinya aku tidak bisa membujuknya lagi," sahut singkat sang Istri.

"Kenapa?"

Sang istri berdiri. "Karena aku tidak pernah mau memaksa Putraku. Biarkan saja dia memilih pasangan hidupnya sendiri."

"Mah," Pria iti pun ikut berdiri.

"Dengarkan kata kataku, Pah!" wanita itu mendekati suaminya. "Sebaik apa pun pilihan kita, jika menurut Zero tidak baik, maka dia tidak akan bahagia! Dan aku tidak mau itu terjadi pada Putra semata wayangku!" Tegas sang Istri.

"Jika Vanya bisa mengambil hati Zero, mungkin itu lebih bagus. Tapi jika tidak, maka aku tidak bisa berkata apa pun. Jangankan untuk mendukung, untuk berbicara pada Zero saja aku tidak akan sanggup lagi."

Sang Suami hanya bisa menarik nafas saja. Tidak bisa lagi memprotes alasan istrinya yang memang masuk akal. Zero adalah Putra semata wayang mereka, Satu-satunya Tuan Muda di keluarga Winata setelah sang Adik meninggal dunia secara tragis. Insiden maut itu yang masih begitu membekas di ingatan Zero dan meninggalkan luka yang begitu dalam di hatinya.

Karena itu Zero menjadi Tempramental, lebih suka menyendiri, serta sering marah entah kepada Ibu ataupun Ayahnya. Zero bahkan jarang berbicara dan tidak lagi dekat dengan kedua orangtuanya.

Dia bahkan tidak pernah mau mengendarai mobil sendiri atau menaiki mobil bersama siapa pun. Lebih dari tiga Sopir yang disiapkan Ayahnya, dengan beberapa mobil keluaran terbaru pun tidak ada yang bisa menarik perhatian Zero. Zero tetap memilih pergi kemana pun dengan berjalan kaki atau menumpang Bus saja.

Ada apa dengan Zero? Apa yang membuatnya menjadi seperti ini? Si Pria Tempramental itu ternyata Anak Pengusaha Kaya yang ternama di kota ini.

Ah, ini di luar dugaan semua orang. Tidak ada yang mengetahuinya selain Vanya. Hanya Vanyalah satu-satunya orang yang mengetahui tentang kehidupan Zero.

Baru saja Nyonya Winata hendak melangkah ke arah tangga bermaksud ingin menemui Putranya, dia menoleh ketika suara lembut seseorang menyapanya.

"Selamat sore Tante," sapa wanita itu. Ia datang mengenakan dress hitam.

INSECURE GIRL [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang