3. Pemaksaan

17 3 1
                                    

Seperti biasa, jemari lentik Alya sibuk mengulik tombol keyboard laptopnya dengan begitu lincah. Alya sedang curhat di situs Angsa Jelek Club.

Saat sedang asyiknya, tiba-tiba listrik padam. Alya langsung berteriak-teriak memanggil Ayahnya. Pak Abim, adalah seorang Ayah yang sigap, cepat datang dengan membawa sebatang lilin.

"Jangan berteriak teriak Alya! Kau ini, berisik!"

"Kenapa lampunya mati Ayah? Apa sedang ada pemadaman listrik?" tanya Alya.

"Bukan begitu. Ah, Aku lupa membayar tagihan listrik." jawab Ayah dengan santai.

Mendengar ucapan Ayahnya, Alya langsung marah.

"Ayah! Kenapa bisa lupa sih? Aku jadi tidak bisa menggunakan Laptop ku!" kesal Alya.

"Ya sudah, tidak usah main laptop. Tidur saja. Begitu saja repot!"

"Ayah!" Alya mencubit lengan Ayahnya.

"Apa kau sengaja? Ayah tidak suka aku bermain laptop? Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku sepi tanpa Laptop Ayah! Hidupku hampa!" Alya merengek.

"Ya.. Aku memang sengaja. Sengaja melakukannya! Apa kau puas?" jawab Pak Abim  sambil memajukan wajahnya tanda marah, tapi dengan mimik lucu yang membuat Alya bukannya takut malah cemberut.

"Kau sudah terlalu terobsesi. Kau bahkan duduk di depan laptop selama 24 jam kali 7 hari. Alya, keluarlah dari kamar dan bicaralah pada orang-orang. Aku hanya ingin kau bergaul dengan dunia luar!"

"Ayah..." desah Alya memelas.

"Kau kan tau kalau aku benci dunia luar. Aku tidak mau! Pokoknya aku tidak mau keluar sampai kapanpun! Tidak ada juga yang mau berteman dengan ku, aku ini jelek!" bantah Alya.

Pak Abim hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya dan beranjak keluar kamar Putrinya.

"Bayar tagihan listriknya besok!!! Aku tidak mau tau, atau aku akan mogok makan selama seminggu!" seru Alya sebelum Ayahnya menutup pintu.

Pak Abim hanya bisa membuang nafas panjang tanda menyerah. Dan kini melangkah ke kamarnya sendiri. Pria separuh baya itu terlihat duduk di tepi ranjang sambil sesekali mengusap wajahnya dengan kasar.

"Sampai kapan kau harus seperti itu Alya. Apa kau tau, aku sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan masa depanmu nanti?" Pak Abim bergumam sendiri. Kemudian terdiam dengan cukup lama. Otaknya berpikir keras mencari solusi.

"Aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Hidup Putriku. Alya tidak boleh kehilangan masa remajanya. Dia harus bangkit dan melupakan traumanya," gumamnya kembali. Kali ini penuh keyakinan dan semangat.


***

Keesokan harinya,
Pak Abim dengan pikiran matang mendatangi Dokter untuk mengeluhkan penyakit Alya itu. Namun Bu dokter berkata kalau Alya itu tidak sakit, apa yang Alya derita saat ini namanya 'Hikikomori', sebuah kondisi dimana anak remaja menarik diri dari kehidupan sosial dan memutuskan untuk menyendiri di kamarnya. Pak Abim nampak frustasi, harus bagaimana agar Alya tidak terus mengurung dirinya dibalik kardus. Dia sudah berusaha melakukan berbagai cara, mendatangkan guru agar Alya bisa Home Schooling bahkan memutus sambungan listrik dan internet.

"Anda memutus sambungan internet juga?" tanya Bu dokter.

"Ah ya. Benar dokter."

"Apa anda tahu, orang-orang juga mencoba menggunakan cara memutus sambungan internet untuk memaksa anak-anak Hikikomori mereka untuk keluar." ujar dokter.

"Apa mereka akhirnya keluar dok?" tanya Pak Abim penuh harapan.

"Iya, anak itu akhirnya keluar rumah... tapi setelah itu, dia masuk kembali dan menusuk ayahnya sendiri lalu kemudian membakar rumahnya! HAHAHA.." Bu dokter tertawa terpingkal-pingkal. Pak Abim langsung kesal.

INSECURE GIRL [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang