SELAMAT MEMBACA!!
HAPPY ENJOY!Seokjin terpaku menatap kearah pemamdangan luar jendela kamar rawatnya. Malam ini, banyak sekali bintang diatas sana seolah menandakan jika malam ini adalah malam yang cerah ceria. Namun, yang kini Seokjin rasakan berbeda dengan suasananya.
Tangan yang kurus kering itu mengusap air mata yang tak mau berhenti sejak tadi. Otaknya terus saja memutar apa yang sempat ia curi dengar dari ibu kandung dan juga ayah tirinya.
Meninggalkan sementara.
Kata-kata itu terus saja menganggu Seokjin, seolah ia memang diciptakan untuk peran itu.
"Sakit, kan?"
Suara itu—
"Jungkook?"
Mata Seokjin sedikit melebar kala melihat remaja dengan luka di tangannya itu.
"K-kenapa bisa datang lagi?" Tanya Seokjin heran.
Pemuda berpenampilan awut awutan itu berjalan mendekat dan ikut berdiri menatap jendela. Ia mencoba untuk tersenyum ketika melihat pemandangan malam yang indah nan tenang itu.
"Kau.. Mendengarnya bukan?" tanya Jungkook to the point.
Seokjin yang mendengar itu tentu saja terdiam. Walaupun pernah menyadari jika Jungkook hanyalah ilusi, tapi untuk saat ini Seokjin sedikit terpengaruh.
"Jangan sok tahu. Kau itu hanya ilusi. Makhluk tak nyata!" Tegas Seokjin dengan tatapan tajam.
Jungkook yang melihat reaksi waspada Seokjin hanya tersenyum puas. Dia seolah sedang mentertawakan Seokjin saat ini.
"Ibumu hanya kasian dan iba tahu! Jangan berharap lebih pada orang lain selain dirimu sendiri. Walau kelihatannya baik, percayalah jika mereka itu hanya pura-pura agar kau tak mengacaukan hidup mereka,"
"Dan kau tahu? Dari pengalamanku, orang tua itu hanya berpura-pura baik saja. Mereka tak akan benar-benar baik padamu kecuali jika mereka menganggapmu benar-benar darah daging mereka. Tapi, jika hanya dianggap sebagai keluarga saja maka percuma. Pada akhirnya, yang menang itu akan selalu kebahagiaan mereka saja. Tak ada kau di dalamnya."
Seokjin menoleh pada Jungkook. Kata-kata anak itu barusan sedikit banyaknya membuat Seokjin terpengaruh. Apalagi, otaknya terus aaja memutar banyak kemungkinan kemungkinan dari apa yang ia dengarkan dari mulut sang ibu tadi.
Apa katanya? Kasihan?
Mungkinkah yang selama ini terjadi hanyalah bentuk dari rasa kasihan?
"Ibumu itu keterlaluan karena lebih memilih suaminya ketimbang kau. Tapi, harusnya sadar diri saja. Kau hanyalah putra yang tak pernah diinginkan. Adapun dibiarkan tetap hidup, itu semua hanya demi harta. Jadi, kau itu tak pernah berarti. Bahkan sekarang ini juga sama saja!"
"Tidak mungkin.."
"Mama tidak sejahat itu.." Ucap Seokjin tak percaya.
Hati Seokjin tentu tertohok mendengar ucapan Jungkook barusan. Apa yang sahabatnya itu katakan ada benarnya. Apalagi, ucapan tentang Seokjin yang memergoki obrolan Yuna dan ayah tirinya cukup membuat Seokjin percaya pada ucapan anak itu. Namun, apa se-menyenangkan ini mempermainkan hatinya?
Apakah ibunya sejahat itu?
Seokjin tak yakin pada semuanya. Tapi apapun kenyataannya, penyataan Jungkook tak salah semua.
Melihat Seokjin yang bimbang membuat Jungkook menyeringai lebar.
"Kau masuk perangkap!" seru Jungkook dalam hati kegirangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender [라벤더] SELESAI
Fanfiction* Jangan lupa vote dan follow aku ya! . . . Lavender punya arti kesetiaan. Ia menjujung tinggi rasa percaya tanpa sedikitpun ingin berkhianat. Ia suci. Dan dia juga indah. . . . [SEMUA ISI CERITA DAN TOKOH HANYA FIKSI BELAKA. BIJAK-BIJAK DALAM MEMB...