14

426 68 1
                                    

.

.

.

🅐🅝🅓🅨🅝🅘🅡🅨🅤🅤➋
🅗🅐🅟🅟🅨 🅡🅔🅐🅓🅘🅝🅖

.

.

.

Angin kini berhembus menyapu wajah tampan nan lembut seorang remaja. Jelas terlihat bekas air mata di pipi remaja itu, hanya saja isakannya telah hilang dan berganti dengan kebungkaman yang tak ada habisnya.

Seokjin. Remaja yang penuh luka itu menatap keluar balkon kamar setelah ditinggal pergi oleh sang kakak lagi. Seokjin tahu, kakaknya pergi bukan tanpa sebab, ia yakin pasti kakaknya ingin minta bantuan lagi agar dirinya bisa diperiksa oleh sahabat kakaknya.

Seokjin sadar itu. Seokjin tahu kakaknya mengkhawatirkannya.

Namun, entah kenapa semuanya tak bisa melihat adanya Jungkook bersamanya. Jungkook yang menatap Seokjin dengan tatapan melas miliknya. Tatapan yang bahkan menjadi tatapan paling menyayat yang pernah ia lihat.

Bukan. Seokjin bukan ingin menghilangkan kemunculan Jungkook. Hanya saja dia muncul saat Seokjin sedang hancur. Seokjin tak ingin diganggu. Apalagi ketika dirinya sendiri tak bisa mengontrol rasa sedih di hatinya.

"Jungkook-ah.. Pergilah. Jangan disini sekarang." ucap Seokjin.

Sebelum pergi Seung Ho telah membereskan segala kekacauan hari ini. Kakaknya itu juga telah mengobati semua luka di tubuhnya. Hanya saja, entah kenapa melihat Jungkook yang berdiri di depan pintu apartemen membuat Seokjin siap untuk membuat kekacauan lagi.

"Bukankah kau butuh aku disini? Aku adalah bagian dari derita juga. Ajak aku menderita juga," ucap Jungkook.

Seokjin menutup kedua telinganya. Ia benar-benar sedang tak ingin mendengar semua ocehan Jungkook. Tak masuk akal jika anak itu ingin menyumbangkan luka juga padanya. Padahal, biasanya dia akan semangat membuat Seokjin lupa pada luka.

"Pergi Jungkook! Aku tak suka ada orang lain. Pergi!"

Seolah tak berniat mendengarkan Seokjin, Jungkook malah menyeringai. Remaja itu mengeluarkan sebuah jarum kecil dan menyayatkan ujung jarum yang tajam itu tepat di depan Seokjin. Dan Seokjin tahu, itu sama sekali tak menyakitkan. Hanya saja perih pasti menderanya.

"Lihat ini! Rasa sakit diciptakan untuk dinikmati Seokjin! Jangan terlalu lama menangis seperti halnya orang bodoh. Ayo bangkit! Kita obati diri kita bersama!"

Seokjin menggeleng tertekan.

Ia tak suka menuruti Jungkook apapun itu.

Seokjin beranjak dari duduknya. Ia merasa sekitaran dan berharap jika sesuatu bisa membuat Jungkook pergi.

Matanya tertuju pada sebuah vas bunga dan tentu saja dengan segera ia mengambil vas bunga itu.

PRANG!

"PERGI!!!!"

Vas itu kini telah pecah berkeping-keping, dan ajaibnya seketika itu juga Jungkook hilang tanpa jejak dari penglihatannya.

.

.

.

Sementara itu disisi lain Seung Ho menatap iba pada layar ponselnya yang menampilkan keadaan sang adik kini.

Bukan tanpa sebab Seung Ho pergi begitu saja meninggalkan Seokjin. Ia hanya ingin melihat bagaimana ketika dirinya tak ada dan Seokjin hanya sendirian. Seung Ho memasang dua kamera pengawas untuk melihat bagaimana ketika Seokjin mulai mengalami halusinasi dan delusi. Namun, baru saja beberapa menit ia meninggalkan Seokjin sendirian, sosok Jungkook datang lagi dan membuat Seokjin tak bisa mengontrol dirinya lagi.

Lavender [라벤더] SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang