13

292 23 0
                                    

"Tanah? Ayah punya tanah . Apa kamu mau?"

"Aku berniat membeli tanah di jalan Lebabal" Rast tersenyum samar setelah dia selesai bicara.

"Itu adalah tanah Ayah. Jika itu untuk membangun rumah sakit. Maka ambillah" Ucap Ericson menggebu.

"Sungguh? Itu benar-benar milik ayah"  Rast berpura-pura di depan Ericson.

"Iya, ambil lah. Jika kamu menginginkan nya"

"Terima kasih ayah. Eve pasti sangat senang. Karena kami berencana agar Eve bisa mengelola nya. Dia ingin bekerja di rumah sakit itu nanti"

"Maka ambil saja tanah ayah di Libabal. Kamu mengincarnya kan. Sekarang ayah memberikan nya. Ini sangat bagus, akhirnya Eve memikirkan masa depannya sendiri" Ericson tertawa pelan. Dia makan buah dengan senang hati. Dia bisa hidup tenang sekarang.

____

Mereka pulang setelah makan siang setelah berbincang-bincang sebentar. Di tengah perjalanan, Eve memasang wajah marah dan menatap Rast dengan terang-terangan.

"Kamu menjadikan aku alasan untuk mendapatkan tanah kan?" Tanya Eve dengan nada kesal.

"Tidak, Ayahmu sendiri yang memberikan nya. Aku hanya bilang sedang mencari tanah untuk membangun rumah sakit, tapi dia langsung menawarkan tanahnya. Tentu saja aku langsung mengambil nya"

Eve sangat curiga pada Rast. Bagaimana tidak, saat dia kembali ke ruang keluarga. Rast berbisik jika misi mereka berhasil, saat itu Eve tidak percaya dan akan menayangkan nya langsung pada Ericson. Tapi Rast malah meminta pamit karena takut pulang terlalu sore.

"Kamu percaya padaku? Aku sama sekali tidak melakukan hal buruk untuk mendapatkan tanah itu. Jika rumah sakit berhasil di bangun. Kamu bisa bekerja di sana dan aku akan memberikan sedikit saham untuk mu. Bagaimana? Bukankah kita sama-sama di untungkan?"

"Beli atau di kasih?" Tanya balik Eve mengacu pada harga tanah.

"Dia memberikan nya"

"Itu berarti kamu yang di untungkan. Bukan aku" Ucap Eve sedikit berteriak. Eve pikir Rast membeli nya, dia tidak tahu jika Rast mendapatkan nya secara cuma-cuma.

"Eve Eve tenang. Kenapa kamu begitu kesal?" Rast mencoba menenangkan Eve yang tampak benar-benar marah.

"Berhentilah bicara" Tekan Eve melempar pandangan nya keluar kaca mobil.

Rast melirik Eve sedikit. Dia memilih menutup mulutnya. Yang terpenting sekarang, dia sudah berhasil mendapatkan tanah tersebut. Rast tersenyum puas dengan kerja keras nya.

Sesampainya di rumah, Eve langsung turun dari mobil tanpa menunggu Rast. Sedangkan Rast menatap kepergian Eve dengan hembusan nafas berat .

"Kenapa dia begitu sangat kesal?"

Rast mengikuti Eve yang berjalan sangat cepat. Dia akan membuka mulutnya untuk memanggil wanita tersebut. Tapi dia menahan dirinya saat melihat Elam duduk diruang tamu seorang diri.

Mereka saling pandang sesaat dan Rast orang pertama yang memalingkan wajah. Dia melihat Eve sudah naik kelantai atas. Dia tebak Eve tidak menyadari keberadaan Elam. Memikirkan nya Rast tersenyum sinis dan mempercepat langkahnya.

Elam terdiam, tatapannya seakan kosong untuk sesaat. Tidak tahu kenapa akhir-akhir ini dia sering merasa lelah dan tidak bersemangat. Tidak ada yang meningkat hampir seminggu. Sementara dia tidak tahu apa yang di rencanakan Rast. Dia tahu dia harus lebih berusaha.

_____

Rast masuk kedalam kamar. Dia melihat Eve duduk di atas tempat tidur dengan posisi bersila. Mata nya menatap lurus ke depan penuh emosi . Rast menutup pintu pelan, dia berjalan dan duduk di samping Eve, sementara wanita di sisinya tidak bergeming sama sekali.

"Kenapa kamu sangat marah?"

"Apa kamu mesti harus bertanya alasannya?!" Ucap Eve menatap Rast tajam.

Rast berdecak kecil mendengar nya. Dia berpaling tidak ingin menatap Eve yang melihatnya sinis .

"Harusnya kamu beli tanah itu. Kenapa kamu harus minta"

"Aku tidak meminta nya" Elak Rast.

"Aku tidak mau tahu. Pokoknya tanah itu harus di bayar, bukannya dananya sudah ada" Tekan Eve menyatakan pikirannya.

"Iya iya... Ok puas?" Ucap Rast lelah. Eve ternyata wanita yang tangguh, dia sungguh tidak bisa berdebat dengan nya.

"Bagus. Awas jika kamu mengingkari nya"

Eve turun dari tempat tidur setelah dia menunjuk Rast dengan jari telunjuknya . Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri .

Rast setelah kejadian tersebut menatap Eve tidak percaya. Dia sudah sering di ancam oleh Eve, dan dia pikir ini sudah keterlaluan. Siapa Eve di sini. Mereka bukan suami-istri sesungguhnya. Kenapa Eve bersikap seakan sedang menjalin hubungan rumah tangga dengan nya.

_____

Rast tidak bisa tidur. Dia berulang kali membalikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, tapi dia masih tidak bisa tidur.

Dia bangun dan menyandarkan dirinya ke kepala ranjang. Di dalam kamar cahaya begitu minim karena Eve tidak bisa tidur dengan lampu menyala .

Rast merasa pengap karena dalam kegelapan. Dia menghidupkan lampu dan tiba-tiba merasakan pergerakan di sisinya nya. Dia pikir Eve akan memarahi nya, tapi tidak. Wanita itu hanya mengigau mengenai makanan.

"Donat enak kak Briana. Ayo makan yang banyak"

Setelah mengatakan hal yang tidak jelas, Eve berbalik dan memunggungi Rast.

Rast mendengus geli melihat nya. Dia pikir Eve sangat lucu saat mengigau. Dia menjangkau ponselnya di atas nakas dan membuka akun sosmed nya.

Dia merasa bosan dan meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Dia sudah akan berbaring. Tapi dia di dikagetkan oleh Eve yang ternyata sudah tidur menghadap kearahnya.

Rast berbaring dengan pelan karena takut Eve akan terbangun. Saat dia berhasil meletakkan kepalanya di bantal. Suara nafas hangat Eve mengenai pipinya. Rast tiba-tiba merasa gugup, pikiran nya mengatakan untuk tidur dan mengabaikan nya, tapi hati nya tergerak dan berpaling.

Wajah Eve membesar di matanya. Jarak di antara mereka sangat dekat, Rast bisa melihat pori-pori kecil di pipi wanita di depan nya, bulu mata yang tidak terlalu panjang tapi cantik. Alisnya sederhana yang menawan dan bibir kecil merah ceri merona.

Rast tanpa sadar menahan nafas takut Eve mungkin akan terbangun karena hembusan nafasnya. Tak sadar sudah lebih dari sepuluh menit dia memandangi wajah istrinya tersebut. Suatu pikiran terlintas di kepala nya, dia memperhatikan mata Eve yang tertutup rapat, melihat jika dia bisa melakukan nya, dia mengangkat tangan dan menyentuh kulit pipi Eve dengan ibu jari.

Kulit wajah Eve terasa lembut di tangan nya. Terlena dengan kelembutan tersebut Rast terus mengusap wajah Eve penuh kenyamanan. Dia pikir dia bisa melakukan nya berjam-jam.

"Aku mau donat, kenapa kamu memberiku kentang kak Briana"

Rast lagi-lagi mendengus geli. Dia tersenyum kecil dan menarik tangan nya, lalu menyatukan kedua tangan dan meletakkan nya di bawah pipi, lebih tepatnya sebagai bantal. Matanya menatap lurus pada Eve yang tertidur dengan pulas.

Puas menatap wajah istrinya, Rast merasa mengantuk, matanya turun secara perlahan dan akhirnya tertutup secara sempurna.

EVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang