Kuat dan rapuh, orang-orang sudah terlalu pandai tersenyum dan pura-pura kuat walaupun jauh di dalam hatinya ada jeritan tangis yang tidak mudah diutarakan.
-ANANTA-"Mas!" teriakan Lintang memenuhi keheningan pagi hari itu. Ia kalut ketika Ananta tergeletak di kamarnya sendiri.
"Ananta drop! Siapin mobil!" tegas Fadhil yang lebih dulu menghampiri Lintang. Lantas disusul Tanjung dan Satria juga.
"Mas kuncinya di mana?" tanya Tanjung yang langsung Fadhil mengulurkan tangan menunjuk salah satu arah.
Dengan cekatan Fadhil dan Lintang membopong Ananta menuju mobil. Mereka sangat cekatan ketika ini menyangkut adik bungsunya.
"Hati-hati Satria nyetirnya!" pesan Fadhil yang langsung Satria angguki.
***
Butuh beberapa jam untuk pemuda itu bisa sadar dan kembali pulih. Keempat saudaranya tidak ada yang beranjak sedikit pun untuk meninggalkannya. Mereka sama-sama berdoa seraya menunggunya terbangun.
"Nan ..."
Perlahan kedua mata lemah itu terbuka. Memandang satu persatu sosok yang menemaninya siang hari ini. Tangannya kembali dipasangkan infus dan rasa pusing masih belum pergi dari menghantam kepalanya.
Namun beberapa detik selanjutnya, ia meringis. Mengadukan perihal kerinduannya pada seorang wanita yang sudah tidak mampu ia dekap lagi.
"Aaa~ Ibu ..."
"Nan ..." cepat-cepat bahu itu Fadhil usap bermaksud menenangkan.
"Kamu engga sendiri. Kita semua bakalan ada untuk Ananta sampe kapan pun ..." tutur Satria berjanji.
Kemudian Satria berucap lagi dengan nada semakin rendah, "Sabar ... Ikhlasin semuanya ... Kita tinggal berlima sekarang ..."
Siang itu mereka saling menguatkan sampai waktu berganti menunjukkan bahwa malam akan segera datang.
Dalam keheningan ruangan ini, mereka bercerita bergantian untuk mengusir kerinduan yang tidak akan ada tempat berlabuh serta titik temu.
Mengadukan seluruh rasa perih yang terkubur baru mampu tersampaikan ketika semuanya saling berakulan dan mendekap satu sama lain. Benar ucapan Satria, mereka hanya tinggal berlima. Sebisa mungkin ego buruk tidak boleh mengambil alih apalagi sampai bisa membuat perpecahan.
Mereka harus bersama-sama, mencari jalan demi kenyamanan dan memberikan rasa aman bagi saudara yang lain.
Ingatlah bahwa darah lebih kental daripada air.
***
Beberapa bulan berlalu, Ananta memandang langit sejenak. Ia menikmati biru dan putih yang saling bersatu padu membuat pemandangan hijau di sekitarnya tampak lebih menenangkan.
Ananta mengingat semua masa-masa sulitnya ketika ditinggal oleh kedua orangtuanya. Bangkit dari keterpurukan dan hanya ada 4 kakak yang masih setia merangkulnya.
Setelah puas melepaskan penat, ia kembali melangkahkan kakinya. Ananta sudah mendapat izin dari Satria untuk menemui Nalendra hari ini setelah transfusi darah.
Bertempat di taman rumah sakit, ketiga pemuda bertemu dalam keadaan siang yang terik namun hembusan angin menjadikan hari tidak terlalu panas. Satu pemuda terlihat berdiri diantara kedua pemuda lain yang sedang duduk pada kursi roda.
"Maaf, ya, Mas baru bisa jengukin kamu ..." ucap pemuda bernama Ananta Abimanyu, ia mengetatkan jaket yang dipakai lalu menoleh dengan raut wajah sedih memandang sepupunya, Nalendra Mahawira.
Pendek lagi 😭 thank you udah baca sampe sini. Love love love pokoknya 💞
![](https://img.wattpad.com/cover/306044422-288-k358032.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA [END]
FanfictionSebuah kilas balik ketika Ananta masih bisa tersenyum bukan karena terpaksa. Dan merupakan sebuah kilas balik ketika Ananta pertama kali diperkenalkan pada perihnya kesakitan. "Nan, mana senyumannya?" -Satria Abizar Mahardika. "Aaaaa ... gak mau Bu...