ANANTA 3 : TANJUNG YANG HEBAT

222 25 4
                                    

BTW, votenya jangan lupa sebagai uang parkir hihi 😂
Isi partnya 90% tentang Mas Tanjung dan Ayah 😘 kuy kenalan lebih jauh :)



___________

Kamu tidak akan mengenal makna kasih sayang tanpa lebih dulu menjadikan senyum sebagai teman.

[ANANTA]

"Tanjung ..."

Ayah mengambil posisi duduk sekaligus untuk menemani Tanjung sore ini. Anak keduanya sedang terus menatap gerakan jarum jam diatas sana, menoleh sejenak dengan mengulas sedikit senyum.

Perlahan Ayah merangkul tubuh Tanjung yang terasa lebih ringan. Ia menepuk beberapa kali tangan kurus itu lalu memperhatikan keadaan kamar anaknya. Tak terlalu lama Ayah memperhatikan, netranya kembali terfokuskan kembali pada Tanjung yang juga menatapnya dengan sorot mata lemah.

"Ayah gak ngizinin kamu buat jadi pendiam, nutupin apa yang bikin kamu kecewa selama ini. Ayah cuman mau kamu menjadi anak yang kuat, kokoh berdiri diatas kaki sendiri." Ucapan itu menjadi awal percakapan Ayah sore ini.

"Kamu memang anak tengah antara Fadhil dan Satria, mungkin karena umur kalian yang gak terlalu jauh jadi Ayah sering lupa buat bersikap adil sama kalian bertiga. Ayah bikin Tanjung kecewa, ya?"

Dengan terpatah-patah Tanjung menggelengkan kepala. Raut wajahnya kini berubah murung dengan menundukkan kepala. Puncak kepalanya kini terasa diusap pelan oleh tangan yang sudah berjasa membesarkannya.

"Ayah gak akan kasih kamu pilihan antara mau mainan mobil atau lego, sekarang waktunya kamu yang mencari pilihan itu, ingatlah bahwa mengikuti kata hatimu merupakan jalan yang terbaik. Kamu harus tahu juga bahwa Ayah lebih senang jika kamu menjadi dirimu sendiri." Ketegasan itu disertai dengan Tanjung yang menolehkan wajahnya dan menatap lekat kedua netra gelap milik sang Ayah.

"Gak perlu kamu bekerja terlalu keras hanya untuk mendapatkan atensi banyak orang, yang bener itu kamu bekerja sesuai keadaan hati, biarlah nanti orang-orang yang akan dengan sendirinya memperhatikanmu." Terakhir Tanjung menanggapi kalimat ini dengan senyuman.

Ia sejujurnya ingin menangis dan masih terkejut dengan kehadiran Ayah di kamarnya. Hatinya sekarang sedikit lebih lega, ia coba untuk belajar ikhlas dengan semuanya. Ia buang ego yang sudah mengendalikannya sejauh ini.

Tanjung berjanji ingin mengubah diri menjadi lebih baik, bukan orang lain sebagai tolak ukurnya namun ia akan menjadikan dirinya sendiri yang kemarin sebagai tolak ukur itu. Bagaimana pun juga, ia yang 100% bertanggungjawab atas hidupnya, orang lain tak akan peduli dengan kegagalan atau kesuksesannya karena mereka hanya menjadi audiens, bukan sebagai pendukung selamanya.

"Dan satu hal lagi, Ayah gak mau lihat kamu cuman diem di kamar terus, makan sedikit, banyak melamun. Jauh dari pandanganmu, sebenernya Ayah khawatir kenapa kamu tak banyak bertingkah. Apa ada yang membuat kamu terganggu?" Ayah mencoba bertanya lagi. Sebenarnya Ayah sangat sensitif jika sudah menyangkut keluarga, maka dari itu kehadirannya sekarang mendorong ia menjadi pendengar untuk Tanjung. Ia tidak akan memaksa Tanjung untuk bercerita jika memang hal yang mengganggu itu masuk ke ranah privasi anaknya.

Ayah yakin Tanjung mempunyai jiwa tanggungjawab yang besar terhadap hidupnya sendiri.

"Yaudah, sekarang Ayah akan ubah kamu seperti Tanjung yang dulu ... Tiiit!" dengan lembut Ayah mengubah posisi Tanjung agar berhadapan dengannya lalu mencubit pelan hidung mancung anaknya disertai suara tawa yang pelan.

"Haha ..." Tanjung paling ingat, kalau Ayahnya memang dulu sangat suka dengan bentuk hidungnya. Ayah tidak jarang mencubit hidungnya saat sedang gemas sampai Tanjung bisa kembali tertawa seperti ini.

ANANTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang