Rumah berwarna cream dengan corak putih itu berada di sebuah jalan Jambu 1 No.27 Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok-Jawa Barat. Dengan dihiasi dinding bebatuan dan jalan setapak yang akan membawa pada sebuah pintu utama rumah tersebut.
Pada sisi kanan rumah itu terdapat sebuah taman bunga milik Ibu Rafiqah, tentu Ananta juga sering membantu merawat taman itu. Sementara di sisi kiri rumah alias bersebrangan dengan taman milik Ibu, terdapat sebuah kolam ikan milik Tanjung, ada pula kandang kucing yang terbuat dari kayu.
Rumah asri tadi merupakan rumah Ananta. Terletak strategis yang berhadapan langsung dengan jalan utama.
Untuk Ananta sendiri, ia merupakan anak bungsu di keluarga ini, mempunyai nama lengkap Ananta Abimanyu Mahardika dengan ciri khas memiliki kulit yang lebih gelap dari keempat saudaranya menjadikan dia sangat mudah untuk dikenali jika memang keluarga mereka berkunjung ke rumah saudara di kampung ketika idul fitri tiba. Umurnya kini menginjak 21 tahun dengan memiliki tinggi badan 177 cm dan berat badan 56 kg. Ananta punya bekas luka pada kaki kanannya, walaupun luka itu sudah sembuh namun ternyata bekasnya masih tersisa. Luka itu ia dapatkan ketika masih sekolah, ia terjatuh dari sepeda miliknya ketika akan berangkat sekolah pagi itu.
Anak bungsu di keluarga ini sangat dimanja dan disayangi. Ia lulusan SMA kemudian mengambil kuliah jurusan psikologi. Ananta juga menjadikan salah satu kakaknya sebagai panutan dirinya hidup selain dari Ayah Imran, walaupun ia memang dekat dengan Fadhil namun ia ingin sekali bisa seperti Satria.
Sedikit informasi juga tentang bagaimana penampilannya yang lebih berbeda dari saudaranya, ia sering memakai kolor dan kaus hitam jika sedang di rumah. Namun jangan salah, Ananta sangat memperhatikan penampilannya ketika di luar rumah dengan lebih sering memakai kemeja biru tua atau jaket kulit hitam dengan bawahan jeans hitam. Anak bungsunya Ayah Imran ini mempunyai alergi terhadap debu dan tidak suka dengan buah apel juga kacang-kacangan. Ia lebih suka mengemil kuaci sambil menonton film horror bersama Satria di ruang keluarga. Ananta sangat merasa terganggu jika dirinya melihat belalang atau serangga di taman milik Ibunya.
Sementara itu malam ini taman milik Ibu tersirami oleh air hujan yang turun semenjak petang tiba. Kucing Tanjung sementara diungsikan di kamar sang pemilik, alasannya sederhana yaitu karena Tanjung tidak mau kucingnya sakit kehujanan.
Gemericik air di luar rumah begitu jelas terdengar ditelinga keduanya, diselimuti dingin yang kian menusuk ketika malam semakin larut.
Seorang wanita berjalan mendekati kedua puteranya yang sedang berbincang, saling duduk berhadapan dengan handphone digenggaman masing-masing, namun salah satu dari mereka ada yang sedang mengelus bulu kucing miliknya untuk memberi kehangatan. Padahal Tanjung seharusnya paham untuk tidak membawa serta kucingnya berbincang ketika Fadhil dengan jelas punya alergi terhadap bulu kucing.
"Kalian masih sibuk?" tanya Ibu membuat keduanya seketika menurunkan atensi terhadap layar pipih tersebut. Mereka malu karena Ibu melihatnya memainkan handphone namun malah dituduh sedang sibuk.
"Kita cuman ngobrol kok, Bu." jawab salah satunya.
"Ya sudah, nanti ikut nyusul makan, ya!" ucapan itu sangatlah tulus dan lembut. Ia kembali beranjak setelah mengelus pundak keduanya secara bergantian.
Meninggalkan kedua puteranya yang saling berbalasan tatap lalu beranjak dari posisi duduknya untuk segera menyusul.
Perkenalkan putera sulung pertama yang lahir di keluarga ini bernama Fadhil Abimana Mahardika, umurnya saat ini sudah menginjak 29 tahun dengan ukuran tubuh yang tidak terlalu berbeda dari Ananta namun ia memiliki kulit putih, hal ini sangat berbeda dengan adik bungsunya yang bisa dikatakan manis karena memiliki kulit sedikit gelap diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA [END]
FanfictionSebuah kilas balik ketika Ananta masih bisa tersenyum bukan karena terpaksa. Dan merupakan sebuah kilas balik ketika Ananta pertama kali diperkenalkan pada perihnya kesakitan. "Nan, mana senyumannya?" -Satria Abizar Mahardika. "Aaaaa ... gak mau Bu...