Om Doni dan Tante Winda baru saja sampai dari Singapura, langsung menemui Dira yang masih sibuk menggendong Sastrana. Semuanya tampak kalut dengan kabar duka seperti ini. Audrey sedari tadi berdiri tanpa berkata-kata terus melihat ke arah ruang rawat tempat tubuh Cakra dipasangin alat medis."Mama yakin kamu kuat nak, dan pacar nya Cakra juga sama kuatnya" hanya tepukkan di bahu Dira yang bisa membuatnya lebih tenang.
Perawat dari dalam ruangan keluar bertanya apakah ada orang yang bernama Dira karena Cakra terus memanggil namanya. Dira yang masih menggendong Sastrana memberikan gendongan estafet pada mama nya. Dirinya masuk kedalam ruangan yang sangat dingin dan higenis ini.
"Cakra, gue disini, gw disini cak.." untuk pertama kalinya Dira memanggil Cakra menggunakan nama depannya.
"Dir.. Dira... Dira ... Dira..." Begitu saja Cakra memanggil tanpa henti. Dira dengan sabar mengiyakan panggilan tersebut.
"Yang mana sakit Cakra? Gue disini, gue ada buat lu, gue gak akan kemana-mana cak... Yang mana yang sakit" hati Dira sangat lah rapuh, melihat Cakra terbaring lemas.
Cakra membuka matanya dan itu kondisi dimana Dira memanggil dokter. Setelah diperiksa dokter kondisi Cakra telah berangsur-angsur membaik. Tapi Cakra terus mencari Dira.
"Gue disini Cakra, gue disamping lu" Dira memegang telapak tangan milik Cakra.
"Punggung gue sakit banget dir, punggung gue sakit"
"Lu kuat Cakra, gue yakin lu bisa lewatin ini semua"
"Gue mau ketemu mama aja, gue kangen sama mama. Gue titip rumah gue sama lu ya," ucapan Cakra membuat hati cakra semakin sakit.
"Gue gak bisa liat lu sakit gini Cakra, lu harus sembuh bro" genggaman tangan Cakra semakin melemah dan oada akhirnya tangan yang Dira genggam jatuh tanpa denyut nadi lagi. Dengan panik Dira memanggil dokter kembali.
Pernyataan dokter yang bertugas membuat hati seluruh orang sangat sakit, kepergian Cakra ternyata sama sakitnya saat dulu Mereka melihat kepergian mamanya Cakra. Audrey yang kuat menahan air mata nyatanya jatuh pingsan dan tak sadarkan diri selama dua jam.
Awan mendung kali ini menyelimuti kediaman Bamantara Sastrana Cakra Wisnu. Rumah yang berlantaikan dua itu kini hanyalah rumah kosong yang Dira masukin. Rumah yang telah kehilangan seluruh penghuni nya. Semuanya berkabung atas kepergian Cakra yang mereka sayangi.
Pemakaman dilaksanakan pada hari Senin 1 Agustus 2022. Dan semua barang kesayangan Cakra tertata rapi di sebuah etalase kecil di atas makam Cakra. Di nisan berukuran sedang tertulis kan nama BAMANTARA Sastrana Cakra Wisnu. Anak kecil kemarin ternyata anak kecil yang baru saja ditinggal pergi oleh orangtuanya beberapa hari yang lalu. Anak kecil itu memiliki senyum yang sama seperti senyum Cakra. Hal tersebut lah yang menggerakkan hati Tante Winda untuk mengurus semua berkas berkas pengangkatan anak adopsi.
Acara tebar bunga dihiasi banyak air mata, dari Dira sendiri, Audrey pacar Cakra, Ica yang juga sahabat Cakra, papa nya Cakra dan istrinya. Mama papanya Dira, dan seluruh pelayat yang berhadir disitu.
Saat Dira pulang ternyata telah hadir pengacara kepercayaan Cakra yang menunggu diteras. Beliau datang sendirian, Dira mempersilakan tamunya untuk masuk dan duduk.
"Ada apa ya pak, pagi pagi hari Senin bapak sudah datang kerumah?" Tanya ringan Dira.
"Sebelum nya saya turut berdukacita atas kepergian mas Cakra. Saya baru mendengar nya tadi pagi jadinya belum sempat ikut mengantar kan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir nya. Maksud dan tujuan saya datang ke sini mas, saya mau menyampaikan amanat dan surat wasiat mas Cakra kepada mas Dira sendiri." Diberikannya surat tersebut kepada dira membuat dirinya terkejut saat membaca bahwa rumah ini bukan hak milik atas nama Cakra melainkan dirinya. Plotwist yang tentu saja membuat Dira sendiri bingung.
Lalu di paragraf terakhir terdapat alasan yang memukul relung hatinya milik Dira. Tertulis bahwa hanya Dira lah orang yang dapat Cakra percaya kan untuk menjaga rumah serta seisinya. Dira selain terpukul dengan kepergian sahabtanya ini juga terpukul karena hanya dirinya yang menjadi satu satunya orang yang Cakra punya seperti perkataan nya saat papa nya datang ingin menikah kembali.
Tiga tahun berlalu.....
Dira datang ke depan pusara sang sahabat nya membawa anak kecil yang dulunya menyelamatkan barang kesayangan Cakra sewaktu masih hidup yaitu kacamata. Sastra kini telah berusia 9 tahun, selain memiliki sudut senyum yang sama ternyata juga memiliki lekuk wajah yang sama seperti Cakra. Mereka berdua berdoa dengan cara yang Sama, yaitu secara muslim. Dira sudah memeluk agama Islam satu Minggu setelah kepergian Cakra.
Alasan Dira yakin untuk menjadi mualaf ialah agar doanya sampai kepada almarhum Cakra. Karena apabila keyakinan nya masih berbeda dengan Cakra maka sampai kapanpun doanya tak akan pernah sampai. Acara ziarah kali ini ditutup dengan tabur bunga mawar dan pembersihan kotak etalase penyimpanan barang-barang milik Cakra yang berada di samping makam.
✨✨✨✨ TAMAT ✨✨✨✨
"Gue udah kehilangan nyokap sejak kecil, tapi gue bersyukur banget ada anak kecil yang tengil datangin gue waktu duduk melamun ditaman sendirian. Lalu dia mau gue ajak tinggal dirumah yang besarnya segaban cuma berdua aja."
🏀 Bamantara Cakra 🏀
"Kalo di ingat ingat lagi, kita ketemu di waktu yang memang terbaik menurut takdir tuhan ya Cakra. Gue janji gue bakal jaga rumah yang besar ini sendirian, eh gak Deng kan gue tinggal berdua sama si Sastra ya.."🛴 Alfandira Joshua 🛴
KAMU SEDANG MEMBACA
LENSA USANG MILIK CAKRA
Short StoryKacamata usang ini tersimpan sangat rapi tepat di tengah etalase barang-barang kesayangan milik seseorang yang bernama Bamantara Cakra . Telah lama meninggalkan hiruk-pikuk perkotaan tanpa kembali lagi, ternyata mempunyai cekungan besar bagi se...