Bagian 4: Forget Me Not

97 9 0
                                    

"Forget-Me-Not, they represent the immortal love we have for those who go before us."

🥀

Aliora Lunara ㅡ Luna (28)
Florist
Istri Biru

Sejak lima belas menit yang laluㅡatau mungkin lebih, Luna hanya bisa terdiam dan sesekali mengubah posisi duduknya karena ia merasa risih dengan tingkah Biru yang terus saja memandanginya sambil tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak lima belas menit yang laluㅡatau mungkin lebih, Luna hanya bisa terdiam dan sesekali mengubah posisi duduknya karena ia merasa risih dengan tingkah Biru yang terus saja memandanginya sambil tersenyum manis. Luna tidak berani bertanya mengapa hari ini Biru terlihat aneh, dan yang bisa ia lakukan hanyalah menjadi objek visual Biru.

"Kamu cantik. Cantik banget." Ucap Biru sambil masih memandangi Luna sembari menopangkan sebelah tangan pada dagunya. Entah ia menyadarinya atau memang ia menjadi bodoh karena kehadiran gadis di hadapannya, namun Luna benar-benar sudah mati kutu dibuatnya.

Gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya, semburat merah muncul di kedua pipinya karena merasa tersipu dengan pujian yang dilontarkan Biru. Apa memang Biru berbalik menyukainya juga? Atau bagaimana? Luna hanya takut jika ternyata ia hanya menjadi subjek permainan Biru karena Biru memang terkenal badboy di kampus.

Semasa kuliah, Biru memang terkenal sering bermain wanita di club bersama dengan dua teman akrabnya tadi, yakni Yudha dan Jeff. Dan sudah banyak pula wanita yang menjadi korban ketiganyaㅡ korban rayuan buaya darat.

"Luna? Biru?" Sebuah suara lelaki tiba-tiba saja membuyarkan lamunan Luna yang sejak tadi terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak dipahaminya. Sama halnya dengan Biru yang terlihat kesal karena kebersamaannya dengan Luna harus terganggu. Juan, sepupu Biru yang merupakan sahabat Luna semasa SMA itu tiba-tiba saja datang dan menghampiri keduanya.

Juan hanya merasa bingung, karena tidak biasanya Biru mau berdekatan dengan wanita jika sedang berada di kampus. Apalagi wanita tersebut adalah Luna, sahabat sekaligus sosok yang ia sukai sejak lama.

Juan langsung duduk di sebelah Biru, menghiraukan tatapan menusuk Biru yang jika diterjemahkan oleh Juan, artinya kurang lebih adalah 'ngapain lo ada di sini'.

Juan menyapa Luna seperti biasanya, dibalas dengan sapaan juga oleh Luna seperti biasanya. Namun, pemandangan tersebut tak biasa jika berdasarkan penglihatan Biru.

Selama ini ia tidak begitu memedulikan hubungan persahabatan diantara keduanya, namun kini ia merasakan hal yang aneh. Ia merasa jika sepertinya Juan memiliki perasaan lebih kepada Luna. Terlebih setelah kepergian Luna, Juan juga tak kalah merasa kehilangan seperti dirinya.

Biru memicingkan matanya, terus menatap Juan yang sepertinya tetap tidak menganggap keberadaannya. Hingga akhirnya ia memilih sedikit berdeham, berharap Juan tidak akan mengganggu kebersamaannya bersama Luna.

"Lun, udah makan? Kalo belum, mau makan di kantin kayak biasanya, gak?" Ucap Juan membuka suara sambil kedua matanya tetap mengarah pada Luna.

"Ehm, Biru udah makan? Mau ke kantin bareng kita?" Bukannya menjawab pertanyaan Juan, Luna malah melemparkan pertanyaan kepada Biru yang sejak tadi memilih diam.

ANGAN BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang