Bagian 5: Pilihan Semesta

84 11 0
                                    

"Karena sepertinya semesta sangat menyayangimu, melebihi aku."

🥀

"Biru? Heh? Biru! Lo ngapain tidur di sini? Lo lagi simulasi jadi gembel?" Cerca Juan sembari menepuk pipi Biru berkali-kali. Sedangkan si pemilik pipi hanya mengerang sambil menggeliat perlahan. Tubuhnya terasa berat dan lelah sekali, bahkan untuk membuka mata saja ia tak sanggup.

"Gue gak habis pikir sama lo. Lo udah punya rumah sendiri, udah punya istri, malah tidur di deket tong sampah kayak gini. Lo gak lagi berantem terus diusir dari rumah sama Luna, kan? Apa lo semalem habis mabuk-mabukan sampe lupa jalan pulang?" Juan terus saja mengoceh panjang lebar sembari membantu Biru yang sepertinya kesulitan untuk bangun.

"Gue ada di mana?" Ucap Biru setelah berhasil membuka kedua matanya.

Hal pertama yang ia lihat selain wajah Juan adalah tumpukan sampah disertai bau tak sedap yang menyengat hidungnya. Biru pun menjadi pusing dan mual akibat bau busuk yang langsung menyerang indera penciumannya itu.

"Lo ada di tempat pembuangan sampah deket apartemen lo. Gue kebetulan mau numpang ikut sarapan bareng lo sama Luna, tapi gak sengaja liat lo tidur di sini. Ayo, gue anter pulang. Istri lo pasti khawatir." Sahut Juan enteng, karena ia berpikir pasti Biru semalaman mabuk hingga malas pulang. Juan tahu jika sepupunya itu belum bisa menerima Luna sebagai istrinya.

"Hah? Istri? Bukannya gue sama Luna emang belum niㅡ" Biru tak sempat melanjutkan perkataannya setelah melihat mimik wajah Juan yang terlihat bingung. Ia pun segera mencari ponsel di saku celananya, dan ada sebuah notifikasi baru yang membuat kepalanya hampir meledak.

Pusing, bingung, semua masih terasa aneh. Ia masih tidak paham mengapa semesta membuatnya kebingungan seperti ini, meskipun ia tahu semua ini adalah hukuman baginya.

☠️ Announcement ☠️
29 Days Left

A certain time that you think in your brain before you fall asleep, then that's what you're going to experience when you wake up.

Biru mengacak rambutnya dengan asal. Terlempar ke masa lalu saja sudah membuatnya pusing. Apalagi jika ditambah dengan banyaknya aturan-aturan baru yang muncul bersamaan dengan sisa waktunya yang begitu singkat. Lagi, ia tak tahu harus bagaimana dengan sisa waktunya yang tinggal 29 hari ini.

Terlebih kemarin Biru juga belum mengetahui alasan dibalik wajah murung Luna yang membuat dadanya sakit. Sungguh, semua yang ia alami terasa sangat memusingkan baginya.

Namun untungnya, ada satu hal yang kini bisa Biru pahami. Ia harus memikirkan alur waktu yang tepat sebelum tidur, karena ketika ia terbangun nanti, dirinya akan terlempar di waktu yang sudah ia pikirkan dalam otaknya. Seperti saat ini, ketika ia terlempar dari 2016 menuju 2021, awal ketika ia menikah dengan Luna.

"Bagus! Sekarang adalah waktu yang tepat buat nyari tau semuanya." Biru membatin sambil tersenyum tipis.

"Lo aneh banget hari ini. Mendingan lo berhenti minum alkohol sebelum lo makin jadi aneh ke depannya." Juan menghela napas kasar sambil membantu Biru berdiri dan berjalan kembali ke apartemennya.

Jika saja ia bisa egois, ia pasti sudah membiarkan Biru sejak awal. Tapi, Juan tetaplah Juan. Meskipun sakit hati karena Luna menikah dengan sepupunya sendiri, ia tetap tidak bisa bersikap jahat kepada keduanya.

🥀

Bel apartemen berbunyi, Luna pun bergegas membukakan pintu setelah selesai membereskan dapur. Luna berusaha mengembangkan senyumnya tatkala melihat kehadiran Biru yang datang bersama Juan, meskipun masih ada perasaan sesak yang menjalar di dadanya.

ANGAN BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang