Bagian 9: Bukan Biru!

76 7 0
                                    

"Jika benar aku bisa mengubah masa depan, maka aku akan terus berusaha mencegah kematianmu, meskipun harus berulangkali mengulang waktu."

🥀

Langkah Biru terasa berat, napasnya pun tercekat. Ia sampai harus dibopong oleh Jeff untuk berjalan mendekat menuju tempat kejadian perkara yang sudah diberi garis polisi. Ada sisa noda darah yang masih segar, yang Biru yakini jika bekas noda darah tersebut adalah milik istrinya.

Tubuhnya mendadak lemas, dan ia pun terduduk di lantai dengan pandangan kosong. Ia berusaha mencari di mana tubuh sang istri, namun nihil. Sepertinya mayat istrinya telah dibawa oleh polisi ke rumah sakit.

Begitu ia hendak keluar dari tempat tersebut untuk menuju rumah sakit agar bisa segera melihat jasad istrinya, langkahnya tiba-tiba saja dihadang oleh Jeff, dan entah mengapa Jeff malah memeluk tubuh Biru sambil mengusap punggungnya. "Udah gue duga lo gak akan kuat, mending sekarang lo tenangin diri dulu. Lo gak boleh ada di sini."

"Gak! Gue harus ngeliat jasad istri gue! Gue harus tau siapa pembunuhnya, baru gue bisa tenang!" Ucap Biru dengan nada penuh emosi. Biru pun langsung berbalik badan menatap Jeff dengan tatapan penuh amarah, lalu ia daratkan satu pukulan di wajah temannya itu, merasa kembali curiga karena sejak tadi Jeff selalu menghalangi jalannya.

"Pasti lo yang ngebunuh istri gue, iya kan? Karena lo masih suka sama Luna dan gak terima kalo Luna nikah sama gue, makanya lo berbuat sekeji ini, iya kan? Ngaku lo! Dasar bengsek!" Biru berteriak dan malah memukul Jeff tanpa henti, sedangkan Jeff malah terlihat pasrah dan tak berniat untuk membalas pukulan Biru sama sekali. Ia paham jika saat ini pikiran Biru sedang kalut hingga butuh seseorang untuk melampiaskan amarahnya.

"Kenapa lo ngebunuh istri gue!? Kenapa?! Kenapa lo gak ngebunuh gue aja!? Bunuh gue sekalian sekarang juga! Bajingan!" Biru terus saja berteriak sambil masih melampiaskan kekesalannya pada Jeff, namun tiba-tiba saja tubuhnya ditarik dari belakang oleh seseorang agar ia bisa berhenti memukuli Jeff, yang ternyata adalah Yudha.

"Biru! Cukup!! Bukan Jeff pelakunya! Lo tenangin diri lo dulu! Jangan nuduh orang sembarangan kayak gini! Gue janji gue bakal bantu lo sampe nangkep pembunuhnya." Sahut Yudha sambil berusaha mendekap tubuh Biru agar temannya itu sedikit tenang.

Jeff menyeka darah di sudut bibirnya, lalu berusaha bangun sambil menahan rasa sakit. Jeff hanya terdiam, ia tidak tahu bagaimana cara menenangkan Biru yang sedang kalut itu. Jeff bahkan hanya pasrah ketika dituduh sebagai pembunuh, karena ia tahu Biru hanya sedang terpukul dengan kematian istrinya yang tragis.

"Yud, gue yakin Jeff pembunuhnya! Gue gak bisa ngasih penjelasan karena lo gak bakalan ngerti, tapi gerak-gerik dia mencurigakan! Apalagi dia punya bawahan yang banyak, jadi gampang banget buat dia ngelakuin hal sekeji ini!" Balas Biru tak mau kalah.

"Gapapa lo nuduh gue, tapi tolong cari bukti yang kuat biar gue gak ngerasa terluka kayak gini." Jeff menghela napas sambil menepuk pundak Biru, lalu ia berjalan meninggalkan keduanya dengan wajah tertunduk lesu.

Biru memicingkan matanya, mengikuti arah kepergian Jeff hingga lelaki itu tak terlihat lagi. Ia malah berpikir jika Jeff saat ini sedang berakting di hadapan dirinya dan juga Yudha, dan ia putuskan untuk segera mencari bukti yang kuat agar misteri kematian Luna dapat segera terpecahkan.

"Gue harus ke rumah sakit sekarang." Batin Biru.

🥀

Pandangan Biru langsung tertuju pada satu tempat yang saat ini terlihat ramai di rumah sakit. Ruang jenazah. Begitu banyak kerabat yang tiba-tiba saja telah berkumpul di depan ruang tersebut, termasuk mertuanya. Jika dulu ia memang sengaja tidak hadir karena merasa tak pantas, maka kini ia memberanikan diri untuk mendekat dan siap menerima semua perkataan menyakitkan yang akan terlontar dari bibir mereka.

ANGAN BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang