Bagian 11: Curiga

40 5 0
                                    

"Banyak hal yang ingin kuubah selain membuatmu hidup kembali, tapi aku tak boleh egois."

🥀

Biru menenggak salivanya begitu mendengar kata sepatu boots yang terucap dari bibir Juan.

"Sepatu ituㅡmilik Yudha? Atau Juan?" Biru membatin sembari terus menatap Juan dengan tatapan penuh kecurigaan.

Keringat dinginnya kembali bercucuran, kengerian ketika ia berada di toilet sebelum ia terlempar tadi masih terus menghantui pikirannya.

"Juㅡ sejak kapan lo pake sepatu boots? Buat apaan emangnya? Biasanya juga lo pake sepatu converse biasa." Biru memberanikan diri membuka suara, meskipun rasanya tenggorokannya saat ini terasa tercekat.

Juan yang baru saja mengakhiri panggilan telepon dari Yudha itu mengalihkan pandangannya ke arah Biru yang tengah menatapnya penuh selidik. Juan mengernyitkan keningnya bingung, untuk apa sepupunya itu tiba-tiba saja menjadi penasaran dengan hidupnya?

Padahal selama ini Biru sama sekali tak tertarik dengan hidup Juan.

Peduli pun tidak.

Ya, karena status Juan hanyalah adik sepupu, bukan adik kandung Biru.

"Tumben lo kepo tentang gue." Juan menanggapi pertanyaan Biru dengan santai, namun Biru malah semakin menaruh curiga terhadap sepupunya itu.

"Tinggal jawab pertanyaan gue apa susahnya, sih! Sepatu boots yang tadi sebenernya punya lo atau Yudha?!" Biru sedikit menaikkan nada bicaranya, kesal karena Juan tidak bisa menanggapi pertanyaannya dengan serius.

"Biru, lo kenapa sih? Gue tau lo baru putus. Gue paham banget suasana hati lo pasti lagi buruk. Mendingan kita berempat rencanain liburan bareng aja, gimana?" Kali ini Jeff membuka suara, tak enak hati karena atmosfir antara Biru dan Juan mendadak berubah aneh. Ia hanya tidak ingin ada pertengkaran tak penting yang terjadi, apalagi hanya karena masalah sepele.

Masalah siapa sebenarnya pemilik asli dari sepatu boots tersebut.

Biru hanya diam, tak menjawab tawaran menarik dari Jeff. Pandangannya sejak tadi masih terarah pada Juan yang juga tengah menatapnya, seakan ada pancaran api membara yang muncul dari mata keduanya.

Juan mendesah pelan. Bukannya ia marah pada Biru, hanya saja ia tak suka jika ada orang terdekatnya yang tiba-tiba menjadi penasaran dengan dirinya, apalagi tentang masalah sepele seperti ini. Selama ini bahkan Biru tidak tahu jika Juan menyukai Luna diam-diam, dan Juan memang bukan tipe orang yang mudah terbuka dengan orang lain meskipun hanya dengan pertanyaan sederhana seperti: semalam lo kemana aja?

Juan tak suka jika ada orang yang terlalu ingin masuk ke dalam kehidupannya. Kecuali satu orang. Luna. Hanya Luna seorang yang boleh mengetahui segala hal tentang Juan.

Jengah dengan tatapan tajam Biru, mau tak mau Juan pun bersuara. "Sepatu boots itu punya temen polisinya bang Yudha. Gue pinjem sebentar buat kerjaan gue. Lo tau kalo gue tukang foto, kan? Gue cuma pinjem sebentar buat properti foto."

Biru mengembuskan napas lega. Setidaknya kecurigaannya terhadap sepupunya itu bisa ia buang jauh-jauh.

Juan bukanlah orang yang telah membunuh Luna.

ANGAN BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang