15. Mencari Alwi

38 10 0
                                    

Tiba-tiba aku merasa menjadi perempuan paling menyedihkan.

Ketika dia memilih orang lain di hadapanku.

Hari ini adalah hari Minggu, di mana lomba Acapella dan band nasyid berlangsung. Aku tidak bisa menonton karena yang dipersilakan datang hanya peserta lomba. Lombanya berlangsung dari pagi hari pukul 08.00 untuk Acapella dan siang hari pukul 13.00 untuk band nasyid.

Aku hanya tahu dari grup bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan. Hilda juga sudah di sana dari pagi. Mereka berenam foto bersama dan Tirta meng-upload fotonya sambil mengatakan 'Doain ya gaes biar juara!'. Hilda perempuan sendiri di antara mereka, tapi itu tidak apa-apa karena peserta lomba yang lain juga ada yang perempuan. Jadi tidak masalah.

Aku benar-benar lama tidak bertemu Alwi secara langsung setelah aku datang ke rumahnya. Mungkin tidak sih kalau dia sengaja menjauh? Bisa jadi kan karena dia ingin menjaga jarak. Bahkan latihan band-nya saja tidak di kampus, tapi di rumah Alwi katanya. Ada Kak ratna di sana, jadi kalau ada Hilda jadi tidak masalah.

Kurasa Kak Ratna juga tidak membahas tentang aku di hadapan Tirta, Fatur, Hilda, Anas, dan Zen. Buktinya Hilda tidak tahu apa-apa kalau aku pernah datang ke rumah Alwi. Aku juga tidak mau membahas soal Kak Ratna di hadapan Hilda meskipun aku sudah kenal.

Terasa sekali Alwi seperti menjaga jarak denganku. Bahkan saat tahsin dan kajian umum, dia tidak datang. Aku tidak tahu sama sekali apa alasannya karena mungkin Alwi hanya menyampaikan di grup PK, bukan grup Keluarga IMRI. Selama pulang ke rumah pun aku dibonceng Anas.

Aku membuka pesan Alwi yang terakhir, yang bilang 'hati-hati', tapi tidak kujawab. Tiba-tiba sederet kata mengetik terlihat olehku di bawah nama Alwi. Aku jadi tegang. Dia hendak mengirimi pesan apa padaku? Tulisan mengetik itu tidak selalu muncul, kadang tenggelam, kadang muncul sampai akhirnya tulisan mengetik itu hilang. Alwi mau mengirim apa? Apa harus kutanya dulu? Tapi nanti dikira aku kangen. Aduuuh galau! Fiks, aku penasaran!

Mau ngetik apa? Nggak kepencet kan?

Aku akhirnya memberanikan diri bertanya, Alwi membaca pesanku, tapi tak kunjung dibalas. Ayo dong balas! Jangan nyebelin! Tidak dibalas. Hanya dibaca. Sampai lewat tengah hari, pesanku belum dibalas. Sampai Tirta wara-wara kalau Isbata Acapella mendapat juara 1 juga tidak ada balasan dari Alwi. Padahal Alwi menulis pesan di grup keluarga. Dia bilang 'thanks doanya gais!'. Menyebalkan bukan? Positif thinking, mungkin Alwi sedang ingin fokus lomba.

Aku masih memantau grup dan kontak Alwi. Aku menunggu sambil mengerjakan tugas-tugas kuliah. Sampai sore, sampai ada wara-wara lagi dari Tirta kalau Isbata Band juga mendapatkan juara, tapi sayangnya hanya juara 3, Alwi juga belum membalas pesanku. Teganya. Kenapa sih itu orang? Masalahnya apa? Aku mengucapkan selamat pribadi pada Hilda. Kata Hilda dia punya cerita untukku besok. Halah, paling-paling tentang Tirta. Apa lagi.

Aku masih sabar. Coba kutunggu sampai malam. Sampai aku mau tidur, chatku tidak dibalas. Haruskah kutagih jawaban saat bertemu dengannya? Iya kalau ketemu. Lama-lama aku capek sendiri ke basecamp karena Alwi tidak pernah muncul di saat aku ada di sana. Buruk sangkaku, Alwi bertanya kepada temannya ada siapa di basecamp? Kalau ada aku, dia tidak akan datang dan kalau tidak ada aku, dia akan datang. Fiks, ini tidak dibalas.

...

"Azza!!! Lo harus lihat ini! Tirta minta gue sama dia foto berdua. Otomatis gue upload dong di IG sama kelompok Isbata Band sih. Biar nggak kelihatan banget kalau tujuan gue memamerkan foto gue sama Tirta. Keren nggak?"

"Iya, keren," jawabku lesu. Aku masih belum bisa menerima Alwi mengabaikan pesanku.

Mendengar jawabanku yang lesu, Hilda mengubah ekspresi senangnya jadi khawatir.

Bismillah Denganmu ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang