40 - Tidak Bisa Menahan Diri

1K 98 5
                                    

***

Sentuhan merayu di puncak dada milik Lily masih terus berlanjut meskipun Lily sendiri sudah menangkap punggung tangan Rama untuk menyuruhnya berhenti. Namun pria itu tidak mendengarnya sama sekali, gerakannya justru semakin intens, semakin mendalam membuat Lily sangat kewalahan.

Pun ketika sentuhan itu turun. Tidak lagi meremas buah dadanya, melainkan menyelip di balik paha. Lily langsung memekik. Mencengkeram erat pergelangan tangan sang 'kekasih' sambil menggeleng memberi peringatan. "Dokter sedang merayu saya," kedua bola mata Lily melotot penuh tuduhan. Kepalanya miring, berusaha menatap Rama di belakangnya.

Hal itu justru membuat Rama tidak menyia-nyiakan kesempatan. Karena dalam sekejap, dia langsung menyambar bibir Lily memberinya satu lumatan keras yang menggairahkan.

"Saya kayaknya nggak bisa tahan." Rama menggeram ketika Lily membalas ciumannya dengan gerakan yang tak kalau bersemangat.

Lily menarik lututnya. Dia berdiri di atas kedua lututnya sebelum berbalik. Berlutut di hadapan sang pria dan bibir mereka kembali bertemu dengan hangatnya.

Telapak tangan Lily menggoda dada Rama yang telanjang, membelai, mengusapkan busa yang semakin menambah gairah mereka meninggi. Rama menggeram. Memangut bibir Lily dengan gerakan kasar yang tidak menyakiti.

Diedarkannya pelukannya ke pinggang Lily sampai tubuh mereka tidak ada jarak sama sekali. "Kita bercinta sekali lagi ... Ya?" Netra hitam di kedua bola mata Rama seketika menggelap. Pupilnya membesar penuh gairah seiring dengan napasnya yang terengah. Ditatapnya wajah ganti di hadapannya itu, penuh pemujaan yang masih sama seperti sebelum-sebelumnya. "Saya benar-benar ...." Dia bahkan sudah tidak lagi sanggup melanjutkan ucapannya.

Pun ketika Lily kembali maju, kali ini dia berniat untuk memimpin percintaan mereka. Menenggelamkan wajah di sela leher dokter Rama yang hangat dan memberinya satu kecupan dalam yang menimbulkan sedikit lebam kemerahan. Rama kembali mengerang, wajahnya mendongak merasakan sensasi terbakar di dadanya yang terasa tanpa ampun. Kejantannya sudah berdiri setegak mungkin seolah siap untuk diajak bertempur.

Masih menenggelamkan wajah dan menggerakkan bibir untuk merasakan leher sang dokter dengan intens, jari-jari lentik yang Lily miliki juga menyusuri garis dada sang dokter. Membelainya seringan bulu namun menimbulkan efek besar yang sama sekali tidak ringan.

"Liliana ...." Rama menggeramkan nama itu penuh makna. Napasnya benar-benar susah sekali untuk diatur. Sentuhan Lily menyengat kulitnya sedemikian rupa. "Ah, jangan di sana." Kali ini, gantian dia lah yang mencengkeram pergelangan tangan wanita itu. Mencegahnya untuk terus turun menyusuri perut dan semakin ke bawah.

"Kenapa?" Lily menatap dengan wajahnya yang polos. "Dokter sering melakukan hal itu ke saya," lanjutnya seraya cemberut. "Udah ya, dokter tinggal diam dan menikmati aja. Gantian." Dia meraih bibir dokter Rama lagi. Kali ini dirinya lah yang berinisiatif untuk memberi kepuasan kepada pria itu.

Tidak peduli walaupun Rama masih mencegahnya, Lily tetap membawa tangannya turun. Mengusap garis perut yang keras, sampai ... Rambut-rambut lebat yang menggores telapak tangannya. Sensasinya geli-geli enak. Membuatnya tidak bisa berhenti hanya sampai di sana.

Telapak tangannya yang kecil kemudian mencengkeram sesuatu yang sejak tadi telah mengeras minta diperhatikan. Rama langsung mengerang, wajahnya mendongak ke belakang dengan raut tersiksa namun penuh dengan kenikmatan. Lily menyukai ekspresi itu. Dia mengambil kesempatan untuk mendaratkan satu kecupan lagi di leher Rama yang masih mendongak. Pria itu menyerukan namanya kuat-kuat seiring dengan telapak tangan Lily yang mulai bergerak. Naik-turun penuh belaian yang mengagumkan.

Tongkat sakti yang entah sudah berapa kali memberi Lily banyak kepuasan itu benar-benar terasa lembut, menenang menunjukkan kekuasaan dan kearoganan hanya sebagai pertunjukan saja. Karena yang asli, Lily justru mengagumi bagaimana benda yang terlihat keras dan menantang itu justru terasa selembut ini ketika disentuh.

"Saya benar-benar akan membalas kamu," ucapan Rama yang penuh dengan nada tersiksa itu malah membuat Lily tertawa. "Saya nggak pernah disentuh seperti itu sebelumnya."

"Kalau begitu ... Biarkan saya jadi yang pertama." Lily tidak tahu dari mana dewi binal yang merasukinya berasal. Yang jelas kali ini ... Dia justru bisa berbuat berani dengan mengangkangi paha dokter Rama dan memberi pria itu jilatan sensual di permukaan telinganya.

Lily menggigit bibir bawah, lengannya masih mencengkeram kejantanan yang berdiri tegak itu, mencoba membimbingnya masuk ke dalam dirinya sendiri. Saling bertatapan di antara desah yang tertahan, keduanya mendesah bersama tak kala bagian tubuh mereka yang paling intim sudah menyatu sepenuhnya. Saling melengkapi dengan kenikmatan yang tiada tara.

"Ooooh!" Punggung Lily melengkung, dia ikut mendongakkan kepala. Rambutnya yang semua dicepol asal menyisakan anak-anak rambut yang acak-acak kan di sekitar dahi. Membuatnya tampak begitu seksi di mata Rama.

Rama merasakan miliknya dicengkeram kuat. Berkedut dengan rasa nikmat yang tak terlupakan. Dengan pelan dia mulai membimbing Lily untuk menggerakkan pinggulnya. Bunyi kecipak dari air hangat mengiringi pergerakan mereka yang erat.

Awalnya, Lily hanya memutar pinggulnya, menciptakan gerakan berkala yang berhasil membuat Rama menyerukan namanya berulang kali tanpa jeda. Pinggulnya bergoyang, mencoba membuat kejantanan milik sang dokter menyentuh titik-titik sensitif di dalam tubuhnya yang sebelumnya tidak Lily ketahui sama sekali.

Sampai kemudian tangan-tangan kuat milik Rama meremas dua bongkah bokongnya dengan kuat. Membimbing Lily untuk mengganti gerakannya dengan naik-turun. Seketika, Lily merasakan wajahnya merah padam. Sentuhan-sentuhan itu benar-benar menggempurnya dengan intens.

"Dokter ...." Lily mendesah di sela tubuhnya yang melonjak-lonjak di antara kecipak air. Tangannya mencengkeram pundak Rama yang kokoh kuat-kuat. Matanya terpejam erat dengan bibir bawah yang tergigit. Rasa ini ... Sangat baru. Asing, namun menyenangkan. Bercinta di dalam bath up yang penuh busa sama sekali tidak pernah Lily pikirkan selama ini. Dan Rama merealisasikannya disertai pengalaman-pengalaman berharga yang penuh dengan kenikmatan.

Namun beberapa saat kemudian, di saat gerakan pinggulnya yang naik turun mulai tak terkendali, ketika Rama menggeramkan namanya berulang kali, ketika sebuah kedutan muncul Lily rasakan milik pria itu, dengan cepat dia mengangkat diri. Membuat Rama langsung terpaku dengan wajah bingung dan penuh dengan protes.

Lily tidak mengindahkan hal itu. Yang dia lakukan selanjutnya adalah mencari tutup hitam di ujung bath up dan membukanya. Seketika busa dan air yang menyelimuti mereka terkuras pelan-pelan tanpa bekas. Membuat Lily bisa melihat penampakan tubuh Rama dengan jelas. Dia tersenyum. Membawa shower mendekat dan menyiram sisa-sisa busa di tubuh Rama dengan air hangat.

"Apa yang kamu lakukan?" Rama bertanya dengan nadanya yang serak akibat hasrat yang belum tuntas. "Kita bahkan belum selesai."

Masih dengan senyum manis di wajahnya, Lily mengarahkan shower untuk membersihkan kejantanan milik Rama yang masih menegang seolah sedang menunggu dipuaskan lagi. Busa itu mulai menghilang, digantikan dengan tubuh liat sewarna madu yang terlihat sangat mengkilap.

Mematikan shower, Lily kembali berlutut di antara dua kaki sang dokter yang terbuka. Kedua mata Rama menajam melihat wanita itu yang membungkukkan punggungnya, rahangnya mengetat merasakan kejantannya kembali di cengkeram erat.

"Lily—" dia tidak sempat melayangkan pencegahan apapun, karena wanita di depannya ini sudah terlanjur memasukkan kejantanan milik Rama ke dalam bibirnya yang kecil.

***

Maaf lama menunggu, soalnya banyak banget ceritaku yang butuh perhatian dan bakal ku update satu persatu. Termasuk Sorry From Lily ini. Hehe.

Seperti biasa, untuk dua bab ke depan bisa kalian baca duluan di Karyakarsa. Sedikit bocoran aja, bab depan mungkin kisahnya Lily bakal nggak semudah bab-bab sebelumnya. Karena ... Rosi akhirnya tahu. Wkwkwk.

Yang nggak sabar dan penasaran gimana caranya si kakak bisa tahu, bisa langsung cus ke Karyakarsa, ya. Atau yang mau nunggu up di sini juga boleh banget. Aku seneng-seneng aja soalnya ditungguin☺️

Vidia,
05 November 2022.

Sorry From Lily (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang