***
"Aku sudah mendaftarkan pernikahan kita ke pengadilan." Rama meneguk air putihnya. Duduk di meja makan dengan Rosi yang ada di hadapan. "Ini keputusanku, Chi. Maaf banget kalau aku nggak bisa menjadi suami yang baik buat kamu."
"Mas—" Kedua bola mata Rosi langsung memerah.
"Aku merasa nggak bisa melanjutkan apapun lagi. Pernikahan kita, sejak dulu memang nggak sehat. Aku udah mencoba menerima dan bersikap seolah semuanya akan baik-baik aja. Tapi nyatanya nggak begitu, kan, Chi?" Rama mendesah. Perasaan berat benar-benar menggumpal di dadanya. "Bukan hanya kamu yang salah, tapi ... Aku juga. Aku juga punya kesalahan fatal yang nggak akan mungkin bisa kamu maafkan. Makanya ... Aku ingin mengakhiri ini semua."
Rosi menggigit bibir keras-keras. Kedua tangannya diam-diam mengepal di atas lutut. "Apa—" dia berdehem karena suaranya mendadak tersedat. "Kesalahan fatal yang kamu lakukan itu ... Ada hubungannya dengan perempuan lain?"
Rosi sudah tahu. Siapa wanita yang sudah menggoyahkan hari Rama pun dia sudah tahu. Rosi menanyakannya lagi hanya untuk memastikan saja. Jika memang benar karena adiknya Rama ingin bercerai, tentu saja Rosi tidak dapat membiarkannya. Dia memperhatikan suaminya yang langsung terdiam. Raut wajahnya merenung dan tampak penuh beban.
Dan ketika kepala pria itu mengangguk perlahan, Rosi merasakan dunianya seketika runtuh. Hatinya hancur berkeping-keping tanpa bisa disatukan lagi. "Jadi ... Kamu memilih meninggalkan aku ... Karena wanita itu?" Karena Lily?
"Bukan." Namun Rama justru menjawab pasti. "Aku mengakhirinya, karena aku sadar bahwa pernikahan kita sudah terlalu banyak noda. Aku merasa nggak sanggup melanjutkannya."
Noda.
"Kamu masih memiliki dendam terhadapku mengenai Eki?" Jantung Rosi terasa ditusuk dua kali. Mengingat mengenai kejadian beberapa tahun lalu, rasanya Rosi benar-benar ingin mati. "Aku memang berselingkuh dengan Eki dan hampir mempunyai anak sama dia. Itu—karena dulu kita belum saling cinta kan, Mas? Sekarang aku mencintai kamu, tapi kenapa kamu malah memilih wanita lain?!"
"Aku udah bilang bahwa ini bukan hanya salahmu. Aku yang akan datang menghadap Papa dan menjelaskan semuanya. Tenang aja. Aku akan menanggung akibatnya sendiri. Rahasia kamu mengenai Eki akan terus tersimpan rapat, aku tidak akan membocorkannya sampai aku mati." Rama kemudian berdiri. "Dan lagi, ini bukan salah siapapun. Ini salahku. Orang yang harus kamu salahkan atas hancurnya pernikahan kita adalah aku."
Rama beranjak pergi. Wajah Rosi memerah dengan pipinya yang basah. Kalimat terakhir pria itu ... Apa dia sedang mencoba memberitahu Rosi untuk tidak menyalahkan Lily? Jelas itu tidak bisa. Bagaimana pun, tahu bahwa suami yang dicintainya lebih memilih pergi bersama Lily, Rosi jelas tidak bisa diam saja. Dia akan melakukan sesuatu untuk membalasnya.
***
Rama melihat calon mantan mertuanya melepaskan ponsel dari telinganya. Wajahnya terlihat suram. Rama memang baru saja menyampaikan apa yang dia katakan kepada Rosi semalam. Dia berniat untuk bercerai. Dan respon Papa Alino Karenada jelas menahan murka.
"Apa—" Sang Papa mertua mengurut keningnya yang berdenyut nyeri. "Karena Lily?" Dia tampak kesusahan mengatur napasnya sendiri.
Mendengar hal itu, kedua mata Rama membola. Dia mengangkat wajah dan rautnya yang semula datar langsung berubah. "Maksud ... Papa?" Sebelumnya, Rama sama sekali tidak menyebutkan Lily, terhadap Rosi apa lagi Papa mertuanya. Kenapa Papa Alino justru tahu?
"Kamu—meninggalkan anak Papa ..., untuk anak Papa yang lain?"
Rama menunduk dalam. Wajah ayah mertuanya itu jelas terlihat kian suram. Dadanya dipenuhi oleh kekhawatiran yang amat sangat. Apa kah yang baru saja menelpon itu Rosi? Apa Rosi memberitahu ayahnya jika Rama memang berselingkuh dengan Lily?
"Tolong jawab, Rama." Suara dalam penuh tekanan itu kembali menginterupsi. "Mumpung kamu masih ada di sini, tolong jelaskan semuanya. Kamu—benar-benar sudah menyakiti Papa dan anak-anak Papa."
"Bukan salah Lily." Kedua mata Rama terasa memanas. "Rama memang salah karena sudah merayunya. Lily—dia cuma wanita polos yang masuk ke dalam rayuan Rama." Benak Rama benar-benar dipenuhi rasa khawatir yang membeludak. Apa yang kini sedang dilakukan Rosi terhadap adiknya? Dia jelas tidak berani macam-macam, bukan?
"Papa baru tahu kalau kamu pria yang senang merayu." Papa Alino justru langsung berdiri. Wajah kalutnya saat ini berganti dengan raut tegas yang menguarkan aura hitam menyeramkan. "Papa akan menjemput Lily."
Ketika sang Papa mertua hendak berjalan, Rama langsung bersimpuh di bawah kakinya. Wajahnya yang memerah tak lagi dapat dia sembunyikan. "Jangan lakukan apapun kepada Lily," dia menunduk dalam. "Ini salah Rama, Pa. Kami sudah berniat mengakhirinya. Hanya Papa—satu-satunya orang yang nggak ingin dia buat kecewa." Rahang Rama mengetat kuat. Jemarinya menggenggam lantai dingin dengan kuat.
Demi apapun, dia rela mati dari pada melihat Lily dimarahi.
"Tapi dia memang sudah bikin Papa kecewa," gumam Alino menahan murka. Giginya saling gemertuk. "Seenggaknya, Papa harus datang untuk memberinya sedikit pelajaran."
"Pukul Rama." Rama memeluk kaki sang Papa mertua. "Luapkan semua emosi yang Papa simpan untuk Rama. Ini semua salah Rama. Jangan lakukan apapun terhadap Lily. Dia—sudah lama menyimpan luka. Lily akan hancur kalau Papa juga ikut menyakitinya."
Namun Alino Karenada justru tertawa sinis. "Menghajarmu? Untuk apa? Kamu bukan anak saya, nggak ada kewajiban bagi saya untuk mengajari kamu. Mau menjadi laki-laki yang berengsek, itu terserah kamu. Saya akan menyadarkan anak-anak saya." Dengan keras Alino melepaskan kakinya. Berjalan cepat keluar dari rumah dan berteriak memanggil supir untuk menyiapkan mobil.
Rama menunduk sesaat, lalu berdiri. Dia jelas harus mengejar dan sampai ke rumah Lily terlebih dahulu. Wanita itu jelas tidak boleh menghadapi semuanya sendirian lagi.
***
Namun kala itu, rumah Lily sepi. Pintu yang terbuka tanpa dikunci membuat Rama dan juga Papa Alino menelan ludah merasa panik bukan main. Noda dari di ujung tembok semakin membuat keduanya tidak dapat mengatakan apa-apa. Lily jelas sedang berada dalam bahaya.
"Pa—"
Pria paruh baya bertubuh tinggi besar itu langsung balik badan. Alino jelas menyayangi putrinya sama besar. Meskipun Lily membuat kesalahan, tentu saja dia tidak bisa membiarkan Lily disakiti oleh kakaknya sendiri.
Alino mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Memerintahkan beberapa anak buahnya untuk melacak keberadaan Lily saat ini. Rama mengikuti ayah mertuanya keluar dari kamar Lily. Dirinya benar-benar khawatir setengah mati. Melihat darah di ujung tembok, pikiran Rama langsung beralih ke mana-mana. Jelas Rosi sudah melakukan sesuatu yang sangat berbahaya terhadap adiknya.
"Ke rumah sakit."
Rama mendengar Papa mertuanya menggumamkan sesuatu kepada supir pribadinya. Jelas rumah sakit yang dimaksud adalah rumah sakit Karenada. Dengan cepat pula, Rama masuk ke dalam mobilnya sendiri dan menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata.
Liliana ... Aku harap kamu bisa bertahan dan tidak terluka.
***
Yang mau baca duluan untuk bab 49 & 50 bisa langsung ke Karyakarsa ❤️❤️❤️
49 - Pembalasan Yang Sepadan
50 - Lily ... Hamil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry From Lily (Selesai)
Romansa*** Semula, Lily sangat membenci perselingkuhan. Namun dia justru menjadi selingkuhan dari kakak iparnya sendiri. Lily juga membenci setiap laki-laki yang tidak setia, tapi dia justru menerima cinta dari laki-laki yang tak lain adalah suami dari ka...