13

1.6K 193 15
                                    

jam menunjukkan pukul delapan pagi. Rencananya ingin Ke taman dengan jalan kaki menemui gala dawangsah senar.

Ngomong ngomong tentang gala, dia adalah antagonis dalam cerita ini. Manusia berusia dua puluh tahun yang begitu terobsesi pada Ana.

Gala merupakan anak broken home, kedua orang tuanya berpisah saat usianya sepuluh tahun, dan sepuluh tahun terakhir dia hidup dalam tekanan ayahnya. Membuatnya gila hingga menjadi seorang psychopat.

Deskripsi novel menjelaskan bahwa gala memiliki wajah tampan. Ketampanannya sama seperti dewa Zeus.

Terlalu lama hidup dalam kegelapan hingga Ana datang mengulurkan tangannya. Membantunya bangkit dan untuk pertama kalinya gala merasakan kasih sayang. Rasa yang sudah lama hilang dan datang dari Ana. Untuk pertama kalinya gala merasa berdebar dan detak jantungnya berpacu seperti larian kuda. Gala jatuh cinta saat pandangan pertama bertemu dengan Ana di bawah sinar bulan dekat jembatan dan kembang api sebagai background Nya. Pertemuan pertama mereka tepat saat malam tahun baru. Dan itu artinya mereka berdua belum bertemu sekarang.

Aku menghembuskan nafas lelah, btw aku masih di kamar. Berdiri depan cermin menatap pantulan diri yang memakai pakaian biasa tapi tetap modis.

Dan untuk bertemu gala, aku sudah memikirkan nya dengan sangat matang, untuk hidup di dalam novel ini, aku harus punya seseorang yang berpihak padaku, meminta perlindungan pada Daniel rasa nya tidak penting karena dia adalah sumber kematian ku, pria gila itu!!!

Dan dari mana aku tau dia di taman, karena itu tertulis dalam novel, hari ini hari gala kembali dari perjalanan nya di luar negeri yang tak tertulis negara apa dan sedang apa, tapi setelah kembali gala memilih berjalan di taman untuk mengenang masa kecil nya.

***

Sepertinya waktu sarapan sedikit terlambat pagi ini, karena saat aku menuruni anak tangga dan berjalan ke arah dapur, aku baru Melihat 'keluarga' ku baru saja duduk untuk memulai ritual makan "Chris kemari" panggil mama tiba tiba, aku sempat tersentak sedikit terkejut saat mereka berinisiatif memanggil nama ku terlebih dahulu, wanita gila kerja itu yang sayang nya ibu ku, menatap ku tegas dengan sorot mata sedikit lembut? Mungkin, untuk pertama kalinya di ingatanku ibu ku menatap ku lembut, aku tidak tau makna tatapan itu. Tapi aku merasa sedikit hangat?.

"Christall apa kamu tidak punya telinga?" Suara tegas sedikit serak menyandarkan ku, kepala keluarga yang berada di pusat meja makan menatap datar ke arah Ki,sial pria tua yang sayangnya tampan dan lebih sayang nya ayah ku itu, ccih

"Maaf, tapi sepertinya saya tidak bisa ikut sarapan dengan kalian semua, saya ada sedikit urusan di luar yang tentunya berjalan mencari udara segar dan menemui malaikat ku?" Ucapku yang tentunya kalimat terakhir tidak ku ucapkan secara langsung, hanya dalam hati saja.

"Christall duduk lah dahulu, sepertinya papa dan mama ingin mengatakan sesuatu kepada kamu"

Ah suara terkesan lembut yang sudah aku hafal di luar kepala, "oh Ana? Maaf aku baru Melihat mu" tentu saja, manusia goib seperti nya memang tidak terlihat dan selalu membawa masalah, akhirnya aku duduk di paling pojok, dekat Kakak kakak ku yang sedari tadi diam tanpa suara.

Maksudnya kedua Kakak kembar ya v sedari tadi diam membuatku bingung sedikit? Untuk manusia semacam Noah tak heran jika dia hanya diam dan menyantap makanan terlebih dahulu, tapi untuk pria semacam Leon? Manusia pecicilan yang baru mendengar nafas ku saja sudah membuatnya panas apalagi tadi? Dan kini aku duduk di hadapan nya yang dia duduk dengan gadis itu, sedangkan aku duduk dengan Noah, dan untuk kakak pertama, seperti biasa ada bisnis di Luar negeri.

***

"Ada apa?" Tanya ku to the poin, sedikit malas ah tidak banyak malas untuk duduk lebih lama di sini, meskipun aku sempat tergiur dengan makanan mewah di depan, entah sadar tak sadar aku menggeleng untuk menyadarkan diri ku sendiri untuk tidak kalap memakan semua ini, kalian ingat aku yang setres dan memakan habis sarapan kemarin kan?

***

"Kamu pasti mengenal Ana kan?"

"Tentu saja, setiap hari dia datang kerumah dan setiap hari aku bertemu dengannya di sekolah." jelas Chris. Ah mulutnya menolak mengatakan nama gadis? Itu.

Entah kenapa papa menjadi gugup untuk mengatakan ini, tapi..

" Ana adalah anak dari adik papa, maaf karena belum memberi tahu mu sebelumnya Chris, tapi mulai sekarang Ana akan tinggal bersama kita dan menjadi saudara kamu"

"Papa yakin?" Tanya Chris dengan senyum miring yang terbit di ujung bibirnya. Ayahnya terlihat bingung, dengan alis yang terangkat sebelah, Christall bersandar pada kursinya dan menunjuk anak dengan dagunya.

"Kalau Ana adalah anak dari adik papa yang katanya sudah meninggal?" Chris mental tangan Ana yang sedikit terkepal, entah tak ada yang sadar tapi Christall tersenyum miring melihatnya.

"Chris, Ana saudari sepupu kamu, papa harap kamu ingin berbagi dan saling menyayangi" ucap papa membuat Christall menggeleng prihatin apa ayahnya ini sangat menyayangi gadis itu?
Tapi melihat itu Ana mengangguk santai.

"Chris, aku harap kita bisa menjadi saudara yang baik" jelas Ana.

"Yakin?" Ana terdiam dengan kepala menunduk semakin dalam, Chris melihat itu hanya mencibir. Tanpa sadar pandangan seorang pria hanya tertuju padanya

"Udah?"

Papa dan mama terlihat bingung dengan pertanyaan Christall, apalagi saat Christall berdiri dari duduknya dan akan pergi dari ruang keluarga.

Melihat itu Leon, yang notabennya kakak dari Chris menghentikan langkah Chris dengan menahan tangannya.

"Chris, di mana sopan santun mu? Masih ada yang ingin mama dan papa katakan!" Sentak Leon, Chris memutar bola matanya malas dan berbalik tanpa harus duduk kembali. Lalu Tanpa sadar tangan Leon masih menggenggam erat tangan nya.

Wajahnya datar dan terkesan dingin.
Berbeda dengan saudaranya itu yang tertegun.

"Halus" batin Leon

"Chris mama juga ingin bilang, Ana memiliki riwayat penyakit asma, dan kamar yang tersedia hanya ada di lantai 4, sangat jauh dari kamar mama dan yang lainnya, kamu mau kan? Memberikan kamar kamu untuk Ana?"

Tubuh Chris menegang, tangannya terkepal dan Leon merasakan itu, dia tau pasti adik ya merasa sakit hati.

"Aku tidak mau"

"Chris jangan mempersulit, kamar di lantai empat juga tidak kalah bagusnya, kamu hanya harus mengganti kamar kamu saja"

"Chris gak mau mah! Kenapa bukan Ana aja yang di lantai empat? Atau gak tukar sama kamar anak mama yang lain?, kenapa harus kamar Chris? Lagian di rumah ini ada lift..." Ucap Chris, tangannya terlipat di depan dada meskipun hatinya terasa terhimpit ribuan ton. Ia bahkan menahan dengan susah air matanya.

"Maaf Christall, tapi aku takut sendirian" jelas ana menunduk merasa bersalah, ingin sekali Chris menarik rambut nya itu dan memarahi nya.

"Chris, jangan mempersulit!" Ucap Noah, Chris memandang tak percaya kakak nya itu.

"Terserah! Terserah kalian aja! Kalian emang lebih sayang sama Ana kan dari pada Chris? Aku mau nolak juga gak ada artinya"

Pandangan Chris jatuh pada Ana yang hanya diam sedari tadi.

Tangannya mengepal erat, pandangan tajam seakan ingin menembus jantung Ana membuat lagi lagi orang yang melihat merasa bersalah.

"Ana kamu senang kan? Kalau memang kamu sangat ingin kamarku! Ambil saja, sejak dulu kau memang suka mengambil milikku kan? Sekarang kamarku.. kalau kau memang suka memakai bekas milikku, ambil saja, Anak kampung seperti mu memang haus akan harta _chris tersenyum sinis_ dan bekas ku kini punya mu, bye .."

Pandangan Chris jatuh pada Bu nari, yang menatapnya dengan rasa bersalah karena tak dapat membantu putrinya.

"Bu nari, tolong bantu angel mengemas barang angel dan membawanya ke lantai empat, ibu mau kan?" Ibu nari dengan cepat mengangguk. Suara lembut Chris saat berbicara pada pembantu membuat mama merasa sakit.

Lalu tanpa berkata apa apa lagi, Chris menyentak tangan Leon yang menggenggamnya. Dan pergi dari mereka. Sebelum pergi Christall bergumam sesuatu yang membuat keluarganya menegang

"Bodoh!"

TBC!!

MELANKOLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang