Chapter 7: Kelas Pertama

144 10 16
                                    

"Ada yang bisa menjelaskan pembagian 'Zaman' di dunia ini?"

Nila mengangkat tangan. Aku langsung mengurai senyum tipis melihatnya. Seperti biasa, Nila selalu aktif di kelas. Namun ada satu hal yang berubah sejak kami bersekolah di Akademi Dwiastara. Bukan hanya Nila yang mengangkat tangan, tapi juga Allister.

Luca, atau Kak Luca, kami memanggilnya, tertawa kecil melihat dua adik kelasnya sangat bersemangat menjawab pertanyaannya. "Nila bisa menjelaskan tentang Zaman Prasihir, lalu Allister menjelaskan tentang Zaman Sihir. Bagaimana?"

Keduanya mengangguk mantap. Nila pun berdiri di kursinya dan mulai menjelaskan. "Seperti yang kita ketahui, Zaman Prasihir terbagi menjadi tiga Era."

Setelah perkenalan tadi pagi, kami pun memulai hari pertama pembelajaran di Akademi Dwiastara. Untuk hari ini, kami akan belajar sejarah sihir dan sihir-sihir dasar yang diajarkan oleh Luca. Setelah itu, kami akan belajar mantra-mantra sihir dari Nayanika. Terakhir, kami akan belajar bertarung bersama 'Pak' Nalendra.

"Era pertama adalah Era Perang Dunia. Negara-negara adidaya di seluruh dunia saling berperang dengan senjata yang disebut 'Nuklir'. Mereka saling menghancurkan hingga bahkan tidak ada lagi yang bisa disebut pemenang.

Era kedua adalah Era Meteor. Dari sinilah awal mula sihir. Meteor itu jatuh ke Bumi dengan membawa serpihan benda asing yang membuat tubuh manusia bermutasi. Mutasi itu membuat manusia bisa melihat gelombang panas yang menjadi awal mula ditemukannya sihir.

Dan Era ketiga adalah Era Kegelapan. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di Era ini. Semua catatan dan jurnal ilmiah dilenyapkan. Satu-satunya petunjuk tentang Era ini adalah prasasti yang sekarang terkubur jauh di dalam perut Bumi."

PROK PROK PROK!

"Bagus sekali Nila!" Luca memuji. Terlihat sekali ia sangat antusias dengan pembelajaran ini. Sepertinya ini karena hingga dua tahun lalu, Ancient Grace tidak memiliki murid baru sama sekali di Akademi. Jadi melihat kami hadir belajar di sini, pastinya adalah pengalaman menyenangkan bagi para senior dan guru-guru.

Nila duduk kembali sambil memperbaiki rambutnya. Cukup senang dengan reaksi yang ia dapatkan. Berikutnya Allister yang duduk di samping Allista pun berdiri. "Seperti Zaman Prasihir, Zaman Sihir juga terbagi menjadi tiga Era."

"Era pertama adalah Era Reformasi. Negara-negara yang telah hancur karena perang, perlahan-lahan mulai terbangun kembali. Di sinilah Kerajaan Pertiwi berdiri. Pada Era ini, kehidupan berpatokan pada hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang hidup dan berkuasa.

Era kedua adalah Era Revolusi. Tatanan dunia harus diperbaiki. Karena itu, muncullah enam belas keluarga yang kemudian menaklukkan seluruh dunia dan menciptakan sistem Enam Belas Faksi. Para keluarga itu disebut Enam Belas Keluarga Agung.

Dan Era ketiga adalah Era Modern, atau Era yang kita hidupi sekarang ini. Sihir dan Anugerah menjadi bagian seutuhnya dari peradaban dan kehidupan manusia menjadi lebih teratur."

PROK PROK PROK!

Sekali lagi suara tepuk tangan bergema. "Bagus sekali Allister!" Luca kembali memuji. Pemuda itu tersenyum bangga melihat keaktifan kami.

"Nila dan Allister sudah menjelaskan dengan rinci materi hari ini. Jadi, seperti yang kita ketahui...."

Luca mulai menjelaskan dengan semangat tentang awal mula Sihir dan Anugerah. Kami semua menyimak dengan seksama. Aku terus memperhatikan Luca sembari menopang daguku dengan tangan. Aku sangat suka mendengarkan dongeng. Sejak kecil ibuku sangat sering menceritakan epos dan mitos para pendekar Pertiwi. Dan sekarang, aku mungkin saja bisa menjadi bagian dari cerita itu.

Netra Anugerah : Akademi DwiastaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang