14. Believe Me!

55 5 0
                                    

1 minggu berlalu dan Saera masih larut dalam traumanya. Dia memang tak menunjukkan hal itu didepan Taehyung, Jungkook dan Homin. Tapi tiap kali Taehyung dan rekannya itu keluar, Saera mau gila rasanya. Sama seperti saat ini, bayang bayang penculikan itu singgah lagi dikepalanya

"Arghh! Tolong aku!" teriak Saera yg sementara memegang kepalanya

"Keluar! Keluar! Ini kepalaku!"

Saera yg awalnya duduk dibalkon dan sedang menikmati angin malam langsung berlari masuk kedalam kamar. Dia tak melihat jalan sampai akhirnya jari kaki kelingkingnya membentur kaki meja. Jari itu berdarah pada bagian kukunya

"Ahh shhh" ringis Saera berjongkok

"Saera?!" teriak Taehyung dari bawah, rupanya mereka telah tiba

Dengan panik Taehyung berlari menuju tempat Saera. Namun yg dilihatnya Saera yg terdiam dan sedikit tersenyum

"Kau tak apa?"

"Aku menemukan solusinya, Taehyung-a"

"Hm? Solusi apa?"

"Tak ada. Mau makan apa? Biar kumasakkan"

"Obati lukamu dulu"

"Tak apa. Aku tak perlu mengobatinya"

"Ada apa denganmu?"

"Nanti juga sembuh sendirinya"

Saera turun meninggalkan  Taehyung yg masih mematung saking herannya dia

"Kau tak apa?" tanya Jungkook

"Apa maksudmu?"

"Aku melihat hyung berlari keatas dan sempat mendengarmu meringis. Lihat, kau pincang"

"Aku baik baik saja. Tunggu kubuatkan makan malam"




2 minggu kemudian....

Saat ini Saera baru saja selesai mandi dan sedang menyisir rambutnya didepan meja rias. Sedangkan Taehyung sedang merebahkan dirinya dikasur, namun dia memperhatikan Saera dari tadi

"Kenapa?" tanya Saera berbalik badan

"Tak ada. Lukamu?"

"Sudah kering. Bahkan yg lain sudah hilang"

"Memar?"

"Kau kenapa hm?" heran Saera sedikit terkekeh. "Sudah 3 minggu, normal kalau sudah sembuh"

Taehyung mendengus lalu mengulurkan tangan kanannya seakan memanggil Saera agar dia tidur bersamanya

Saera menerima sinyal itu lalu perlahan berjalan menghampiri Taehyung. Dia tidur dilengan Taehyung, sedangkan Taehyung terus menempelkan bibirnya didahi Saera dengan mata yg tertutup

"Apa? Ada yg kau pendam, 'kan?" tanya Saera

"Aku hanya merindukanmu"

"Ayolah Taehyung. Kau selalu melihatku"

"Kamu yg dulu"

"Hm?"

"Kau berubah, sayang. Dan aku tak menyukainya. Tunjukkan padaku kalau kau sedang depresi. Jangan sembunyikan"

"Aku hanya berusaha membuatmu tak mengkhawatirkan aku"

"Huft, baiklah. Kau mau cerita mengenai orang itu?"

"Aku tak bisa"

"Saera, kau mau terus menutupinya? Kau takkan tenang seumur hidupmu jika begini terus"

"Berikan aku waktu, Taehyung. Saat ini, tidur saja hanya 2 jam semaksimal mungkin yg kubisa"

"Makanya aku bertanya agar kau bisa tidur nyenyak. Aku sakit melihatnya"

Tanpa berpikir panjang, Saera berjalan menuju kamar mandi. Taehyung yg melihat hal itu tentu saja heran. Bagaimana bisa dia pergi saat mereka sedang membicarakan hal yg sangat serius ini?

Tiba tiba saja bunyi barang pecah menggelegar diseisi ruangan itu. Dengan panik Taehyung berlari, hendak melihat apa yg terjadi

"Saera!" teriak Taehyung

Saera sementara memegang cermin kamar mandi yg sudah pecah, dia berusaha mengiris tangannya. Jika saja Taehyung tak masuk, mungkin Saera sudah tak ada sekarang

"Apa yg kau lakukan?!" bentak Taehyung

Tanpa berpikir panjang, Saera mengambil pecahan lainnya dan berlari menuju kamar. Sedangkan Taehyung dengan panik berusaha mengejarnya

"Berhenti!" teriak Taehyung saat dia menempatkan lubang tempat keluarnya peluru pada pistol tepat dikepalanya

Saera yg hendak mengiris lengannya terhenti sejenak. Bukan ini yg diinginkannya

"Letakkan itu Taehyung"

"Jika kau mati, maka aku juga"

"Aku tak ingin mati, Taehyung! Jangan bertingkah gegabah!"

"Tak ingin mati? Lalu itu apa?! Siapa yg gegabah disini hah?!"

"Hyung? Kalian baik baik saja? Aku mendengar barang pecah"

Hening. Tak ada yang menjawab, mereka hanya saling berbagi perasaan dalam pikiran mereka

Tok tok tok!

"Hyung?"

Mereka masih saja saling melirik sebelum Taehyung membuka mulutnya lagi

"Sebegitu tak percayanya kah kau padaku? Hm?" lirih Taehyung

Saera yg mendengarnya seketika tersentak. Matanya mulai berkaca kaca

"Aku suamimu, sayang. Jika sesulit itu, kau bisa cerita padaku. Apa kau menganggapku sebagai orang asing sampai saat ini?"

"Tidak, Taehyung" isak Saera

"Lalu kenapa kau tak mempercayaiku? Aku bisa membantumu keluar dari masalah ini"

"A-aku capek..."

"...aku tak ingin orang lain berada dalam masalah karena aku"

"Jadi benar, kau menganggapku sebagai orang asing"

"Tidak"

"Sudah kubilang percaya padaku. Kali ini saja, hm? Kumohon, Saera"

"M-maaf-kan aku" tangis Saera pecah saat dia terduduk dilantai setelah melepaskan pecahan cermin

Begitu juga sang suami. Dia melempar pistolnya lalu duduk bersama Saera dan memeluknya, membiarkan kepala istrinya ini tenggelam didadanya

"Aku menyesal" kata Saera

"Shhtt, ini bukan salahmu"

"Jika saja aku tak memendamnya, mungkin k-kita masih bisa menghabiskan waktu b-bersama" tangis Saera

"Ayo kita perbaiki. Ayo kita habiskan waktu bersama lagi. Ayo kita jadikan dunia ini hanya milik berdua lagi, hm?"

Saera mengangguk, mengiyakan semua ajakak yg ditawarkan suaminya


Tbc
Votmen, ngohghey?

My Mafia Guy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang