Hutan Terlarang

63 13 0
                                    

"Jangan!" pekik Nyonya Foster diiringi bunyi denting keras spatula yang terjatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan!" pekik Nyonya Foster diiringi bunyi denting keras spatula yang terjatuh.

Semua orang yang saat itu tengah berdiskusi di ruang makan otomatis terdiam. Menatap heran ke arah wanita bercelemek yang kini berjalan tergopoh mendekati mereka. Seolah darah tersedot habis dari tubuh, wajah Nyonya Foster berubah pias. Seputih kertas.

"Kalian jangan pernah memasuki hutan terlarang!" ucapnya tegas dengan napas memburu.

Terlihat jelas kecemasan dari wajah bulat berkeriput itu. Kedua tangannya meremas kuat ujung-ujung celemek. Giginya bergemeletuk. Hidungnya kembang kempis.

"Sebaiknya kalian pulang sekarang juga!" Wanita yang tiga hari terakhir ini selalu tampak tenang dan sabar, mendadak panik tak karuan. Berjalan hilir mudik tanpa tujuan pasti. Hingga beberapa kali tubuhnya menabrak ujung meja. Suara berisik panci yang jatuh dari atas meja membuat Lilith berjengit terkejut.

"Demi Tuhan! Ada apa ini?" Tuan Foster yang baru pulang dari mencari kayu bakar tampak terkejut dengan kondisi rumah. Beberapa panci tergeletak di lantai. Dan istrinya seperti orang linglung.

"Maaf, Tuan, tadi kami membicarakan tentang hutan terlarang, lalu-"

"Hentikan!" Teriakan Nyonya Foster memotong ucapan Jonathan. "Jangan ucapkan tempat itu!" Nyonya Foster menepuk-nepuk kedua telinga cukup keras sambil terus hilir mudik tak tentu arah.

Dengan sigap Tuan Foster mendekati istrinya, lalu memeluknya erat. "Tenanglah, semua sudah berlalu."

Kelima pemuda itu saling berpandangan saat Tuan Foster menuntun istrinya memasuki kamar. Meninggalkan satu pertanyaan besar di benak mereka. Ada apa dengan hutan terlarang?

* * *

"Kalian harus membatalkan niat untuk memasuki hutan terlarang. Tempat itu bukan untuk kalian." Tuan Foster duduk tegak di sofa tunggal samping perapian. Terselip cerutu di sela jari telunjuk dan tengah. Bukan hal mudah baginya untuk mengungkit tempat penuh luka itu. Namun, ia harus memperingatkan para pemuda ini. Jangan sampai tragedi sepuluh tahun silam kembali terulang.

"Mengapa kami dilarang memasuki tempat itu, Tuan?" Pertanyaan Lilith mewakili semua temannya. Sebenarnya dia sudah memikirkan jawaban terburuk. Mengingat beberapa hari ini dia selalu diganggu oleh kehadiran sosok misterius. Bukan tak mungkin jika ada cerita mistis di balik larangan untuk memasuki hutan tersebut.

Tuan Foster mengembuskan napas panjang. Ia menyandarkan kepala. Memejamkan mata sambil mengambil udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-paru. "Makhluk itu ...."

Beberapa detik berlalu. Tak ada kalimat lain yang keluar dari bibir Tuan Foster.

"Makhluk?" tanya Jonathan penasaran. Dia menggeser duduk lebih mendekat ke Tuan Foster. Seperti biasa, adrenalinnya tertantang ketika mendengar sesuatu yang mistis.

The Red Castle (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang