Lilith berlari cepat menuruni tangga. Sedari tadi Ferguso tak henti-hentinya menyalak dari pintu gerbang depan. Tak biasanya anjing itu ribut sampai seperti ini.
"Naiklah lagi," ucap Claudius begitu melihat Lilith menyusulnya di lantai bawah.
"Apa yang terjadi?" Lilith tak mengindahkan perintah Claudius. Ia membuntuti pria itu menuju ruang depan.
"Ada tamu tak diundang memasuki wilayah hutan terlarang. Sebaiknya kau kembali ke kamar. Tunggulah di sana."
"Tamu? Jangan-jangan mereka mencariku." Ada setitik harap muncul.
Lilith bersumpah melihat raut kecewa dan kesedihan di wajah Claudius. Namun, pria itu gegas membuang muka.
"Kita akan tahu begitu Martin kembali." Claudius mengambil mantel hitam yang tergantung di ruang santai.
"Kau mau ke mana?" Meskipun senang jika teman-temannya saat ini sedang mencarinya, tapi Lilith juga merasa khawatir. Bagaimana kalau mereka bertarung satu sama lain?
"Akan sangat berbahaya bagi Martin jika mereka melihat wujud aslinya. Larinya tak secepat diriku."
Spontan Lilith mencengkeram lengan Claudius. "Jangan ke sana."
"Kau mengkhawatirkanku?" Claudius menatap Lilith. Mencari jawaban yang ia inginkan dari kedua netra coklat milik gadis itu.
Lilith tidak berani membalas tatapan Claudius. Dia bingung dengan perasaannya. Apakah dia takut terjadi sesuatu pada Claudius atau pada orang-orang itu?
Claudius menyadari kebimbangan yang dirasakan Lilith. "Tidak akan terjadi apa-apa. Percayalah."
"Izinkan aku ikut. Kumohon," pinta Lilith. "Kemungkinan mereka mencariku. Jika mereka melihat diriku baik-baik saja, pasti semua akan aman."
"Tidak!" Claudius takut. Dia belum siap jika Lilith meninggalkannya. Tidak akan pernah siap.
"Kumohon. Demi kita semua, Claud."
Sial! Rutuk Claudius dalam hati. Dia selalu kalah telak saat Lilith-baik dulu maupun sekarang-memanggilnya 'Claud'.
Dengan terpaksa, Claudius membiarkan Lilith mengikutinya menuju gerbang kastil.
Saat mereka tiba di pintu masuk, Lilith mendengar keriuhan di depan. Dari sela jendela, terlihat masing-masing orang membawa obor dan senjata tajam. Dengan menggunakan balok kayu besar mereka menerobos masuk gerbang. Sama sekali tidak gentar mendengar lolongan Ferguso.
"Kumohon tetaplah di sini. Mereka bisa mencelakaimu." Lilith berdiri di depan pintu dengan dua tangan ia rentangkan.
Claudius menurunkan kedua lengan Lilith. Menggenggam kedua tangan gadis itu, lalu menciumnya dengan lembut.
"Percayalah padaku. Semua akan kembali seperti semula. Hanya akan ada aku dan kamu."
Lilith mundur selangkah. Menempelkan punggung ke pintu kayu. Dia menggeleng kuat sembari memegang erat pegangan pintu di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Castle (TAMAT)
FantasyDi pulau Vrykolakas, terdapat larangan yang sudah melegenda. "Jangan pernah memasuki hutan terlarang." Konon katanya, tak ada yang dapat keluar setelah masuk ke sana. Namun, sekelompok remaja metropolitan itu tak memercayainya. Mereka melanggar lara...