MFMH 39 - IMAMKU SELAMANYA

10.6K 351 7
                                    


Happy Reading Bestieee🥰
.
.
.

Nafisa kembali dengan aktivitas melipat pakaiannya, di dampingi Najmi dan Najla yang juga sibuk menghamburkan pakaian yang sudah tersusun rapi dalam keranjang. Nafisa mendengus kesal dengan dua bocah yang gencar mengeksplor setiap benda yang mereka temui. Ia geleng kepala sembari menahan kesal, jika keduanya tidak dipisahkan maka bersiaplah ruangan ini menjadi kapal pecah.

"Mas Dhaniar!" Kedua bocah itu menoleh menatap sang ibu lalu tertawa.

Dhaniar yang baru saja pulang bekerja langsung masuk ke kamar, menatap Nafisa yang cemberut mengamati Najmi dan Najla yang masuk ke dalam keranjang pakaian.

"Ututu... anak ayah main di dalam keranjang ya sayang, mau di paketin ke rumah kakung sama uti apa ke rumah mbah anang sama mbah putri?" Dhaniar membawa Najla lebih dulu keluar dari keranjang. Nafisa mendengus menatap Dhaniar. "Kita paketin aja Mbul."

"Gak boleh! Mas aja yang aku paketin." Dhaniar tertawa. "Kenapa sih istriku." Ia mencium pipi Nafisa sekilas dan mengulurkan tangan, Nafisa menyambut lalu mencium punggung tangan Dhaniar.

"Mereka nyebelin, masa aku udah lipat mereka hambur---"

"Mereka masih suka eksplor sayang, kamu sabar ya, nanti pasti mereka ngerti kalau barang yang udah rapi gak boleh di dihamburkan."

"Najmi Mas yang ngeselin tuh, mana mukanya ngeledek banget, lihat...." Dhaniar menatap putranya yang mengoceh sesekali tertawa, Nafisa jelas cemberut melihatnya.

"Najmi... ibu marah tuh, sini sayang sama ayah, kita main di depan."

"Jangan main di luar Mas, mereka udah mandi." Nafisa lebih dulu mencegahnya sebelum Dhaniar beranjak dari duduknya menggendong Najmi dan Najla

"Iya, jadi bolehnya main di mana sayang?" Nafisa sedang memikirkannya, ruangan yang belum ia bereskan hanya tersisa kamar ini. "Ya udah di sini aja...."

Dhaniar tersenyum tipis menatapnya. "Nanti mas bantu bereskan ya, maaf mas pulang telat. Kamu selesaikan lipat bajunya, biar mas bawa Ajla, Ajmi ke dekat jendela."

***

Cuti bersama membuat Dhaniar bisa menetap di rumah selama beberapa hari ke depan, mendampingi Nafisa mengurus dua bocah kecil yang sangat aktif itu.

Hujan deras mengguyur wilayah kota sejak dini hari tadi membuat keduanya merelakan rencana jalan-jalan mereka, sekalipun ada mobil yang bisa mereka tumpangi tetapi hawa dingin sangat menusuk di luar sana, lebih baik mereka menikmati secangkir teh dan pisang goreng di rumah saja.

"Mas aku mau masak nasgor aja ya, enak hujan-hujan gini. Anak-anak juga masih tidur."

"Iya Mbul, oh iya di dalam kulkas ada kue loh."

"Kue apa Mas?"

"Gak tahu namanya kemarin titip Jaja liat aja, mas juga pengen makannya." Nafisa lalu mengambil dan membawanya ke meja makan.

"Potong Mbul, mau, tapi suapi ya."

"Ngalem---"

"Kan mumpung si kembar tidur, nanti kalau mereka bangun yang ada ngereog semua." Nafisa terbahak mengingat kejadian kemarin dimana Ajmi dan Ajla menumpahkan air di atas map penting milik Dhaniar. "Anakmu."

"Anak kita, kan buatnya bareng-bareng." Nafisa melotot di tempat. "ini apa Mas? Kertas apa nih, hampir aja kepotong." Nafisa menarik beberapa lembar kertas di dalam kue itu, dengan telaten ia membukanya, netranya berbinar. "Mas serius, buat kita?"

My Friend My Husband (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang