Malam ini Nafisa menikmati malam sejahtera setelah semuanya selesai. Ya, pendidikannya di jenjang kuliah selsesai. Tapi pikirannya mulai berkelana kemana saja.
Jika kuliahnya usai, selain ia mendapatkan gelar sarjana ia juga mendapatkan gelar pengangguran karena Nafisa belum mengambil ancang-ancang atau mencari pekerjaan saat detik-detik akhir masa kuliahnya, membuatnya bingung. Disisi lain, sang mama merekomendasikan agar mencoba melamar pekerjaan di salah satu sekolah menengah kejuruan yang letaknya memang lebih dipelosok lagi dari tempatnya tinggal. Tapi disisi lain pula sang mama mengatakan untuk segera menikah.
"Maunya apasih! Disuruh kerja atau nikah coba. Kalau kerja masih bisa dicari caranya nih, kalau nikah ya kali gak ada calon disuruh nikah, tapi pengen juga sih. Bisa jalan bareng berdua, pelukan pegangan tangan dan ...."
"Mbak!" Seru seseorang dari balik pintu kamarnya, membuat Nafisa menghentikan khayalannya.
"Ish, Apasih dek?"
"Aku masuk ya."
"Hm, masuk aja."
Setelah dipersilakan masuk, adiknya a.k.a Humaira Azzahra langsung masuk dan duduk di sebelah Nafisa sembari menyodorkan lembaran kertas yang berjudul kisi-kisi ujian nasional sekolah menengah pertama negeri satu. Sudah diduga, adiknya pasti ingin bertanya.
"Mau apa?"
"Mau tanya mbak, susah ini."
"Mana coba, kalau aku bisa bakalan ku jawab, tapi kalau nggak berarti aku udah lupa sama pelajaran SMP."
"Mbak kan sekarang udah sarjana pasti bisalah."
"Heh, mbak bukan sarjana pendidikan ya, apalagi disuguhi soal matematika." Cibirnya.
"Ya udah nih, lihat dulu, kalau bisa langsung kerjain ya."
"Hm ...."
Setelah berkuat dengan pensil dan buku-buku lamanya. Tiga puluh soal selesai ia kerjakan.
"Nih, mbak mau tidur, kamu periksa aja lagi."
"Ini benar kan mbak jawabannya?"
Nafisa menggeleng, "Ya gak tahu, kan mbak jawab asal-asalan." Balas Nafisa membuat Humaira melemparkan buku tebal berisi rumus matematika ke arah Nafisa.
~~~
Pagi hari menyapa desa Kambangan dengan hujan deras yang mengguyur beserta kilatan petir membuat aktivitas warga yang mayoritasnya sebagai penyadap karet harus berhenti karena hujan melanda perkebunan mereka.
Pagi ini Nafisa juga Humaira tengah berperang dengan dapur, mengolah makanan yang berbahan dasar tepung tapioka menjadi cireng maupun cimol. Ditengah adu mulut antara kedua kakak beradik yang menyuarakan resepnya masing-masing, sang ibu a.k.a Desi datang membawa panci dan juga wajan besar dari arah gudang penyimpanan perkakas dapur di halaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend My Husband (Selesai)
Fiksi UmumBAB TER-ACAK, MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA🙏 cerita ini hanya ada di wattpad BLURB Acara reuni sekolah menengah pertama ternyata membawa berkah tersendiri bagi gadis pemilik nama Nafisa Kanza Mufida yang baru saja menyandang gelar sarjana, kar...