Bell istirahat makan siang berbunyi, elvino terbangun karena bell itu berbunyi cukup keras, ia merenggangkan badannya yang sedikit kaku dan melihat ke sekitar, di sana semua murid masih saja duduk tegap membelakangi nya, elvino sangat bingung, apakah badan mereka tidak pegal duduk seperti itu berjam-jam?.
Dengan hati-hati elvino turun dari sofa dan menuju ke meja nya yang mana terdapat tas nya di sana, ia mengeluarkan cemilan yang ia bawa tadi dan memakan nya dalam diam.
Saat elvino sibuk dengan cemilan nya, ia tidak sadar jika seluruh murid sudah memandang nya dengan tatapan datar.
Elvino yang merasa dirinya sedang di perhatikan langsung menaikan pandangannya, dan benar saja mata tajam bak elang itu menatap kearahnya seperti ingin memangsa dirinya hidup-hidup.
"Kalian mau?, maaf el gak nawarin tadi", ucap nya gugup, ingin sekali ia menangis, tapi elvino berfikir kalau dirinya sudah kebanyakan menangis tadi, ia tidak mau di cap menjadi anak cengeng, tidak tahu kenapa mental nya tidak sekuat dulu, sekarang ia benar-benar anak yang mudah tersentuh, terkadang elvino rindu dengan dirinya dahulu yang sangat pemberani.
Mereka tidak menjawab pertanyaan elvino dan elvino pun hanya bisa tersenyum canggung dan kembali menundukkan kepala nya untuk memakan kembali cemilan yang berada di tangan nya.
Tidak terasa satu titik air mata jatuh begitu saja, cepat-cepat elvino menghapus air mata yang ingin keluar agar mereka semua tidak tahu kalau dirinya menangis, saat itu juga ada sepasang sepatu yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah meja nya, dengan berani elvino menaikan pandangannya dan menatap perempuan di depan nya berkaca-kaca.
"Hei kenapa kamu menangis hmm?", tanya nya lembut sembari menghapus jejak air mata di pipi elvino.
"El hiks enggak hiks menangis kok", ujar elvino sesegukan, perempuan itu terkekeh pelan melihat reaksi elvino yang tidak sesuai dengan perkataan nya.
"Jangan menangis, kita tidak jahat, tadi kita hanya takut untuk mendekati mu", ucap nya menenangkan, elvino hanya mengangguk mengerti, karena jujur ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata nya, karena ia sedang menahan tangisan sekarang, kalau ia berbicara semua nya akan pecah.
Setelah beberapa menit elvino masih saja sesegukan, perempuan itu pun tidak tahu bagaimana menenangkan elvino karena sudah beberapa cara ia lakukan tapi tidak ada yang ampuh, Tiba-tiba saja tubuh elvino melayang seorang pemuda membawa elvino ke dalam gendongannya dan mengusap punggung itu dengan cara selembut mungkin.
"Sttt jangan menangis lagi ya, tarik nafas mu dan hembuskan, lakukan secara perlahan, sampai el tenang", ujar pemuda itu, elvino yang mendapatkan usapan lembut itu akhirnya bisa lebih tenang dan ia pun mengikuti intruksi dari orang itu.
"Mau coklat?", tawar pemuda itu yang ber name tag ravin rajendra, ia sedari tadi sudah memerhatikan elvino, karena terlanjur tidak tega ia memberanikan diri untuk mendekatinya.
Elvino sedikit tersenyum saat melihat coklat itu, ia mengangguk dan mengambil coklat nya malu-malu, sudah lama sekali semenjak terakhir kali ia memakan coklat, mengingat daddy nya sangat memerhatikan segala kesehatan, maupun kesehatan gigi nya.
"Tapi makan nya nanti ya, jangan sekarang, harus izin daddy el dulu", ujar ravin, elvino yang mendengar itu jadi cemberut Seketika, dia kira bisa memakan nya sekarang, tapi tidak apa-apa lah, yang penting coklatnya sudah ada di tangan nya, nanti ia akan bernegosiasi dengan daddy nya.
"Terimakasih emm".
"Ravin rajendra, panggil saya ravin", seolah tahu dengan kebingungan elvino, ravin langsung saja memperkenalkan dirinya.
"Terimakasih ya ravin hehe".
"Haha iya sama-sama", jawab ravin seraya mengusap pelan pucuk kepala elvino.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVINO 2
Teen FictionIni kisah kedua dari pemuda menggemaskan bernama elvino, setelah kejadian dia di culik itu keluarga nya semakin overprotective kepada nya, bahkan sekarang peraturan yang di buat keluarga nya semakin membuat nya terkekang, oh ayolah dia bukan melakuk...